TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP TUGAS DAN FUNGSI LURAH DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DI KELURAHAN GANG
BUNTU KECAMATAN MEDAN TIMUR SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
IMAM SAMUDRA RITONGA NIM : 130200141
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2 0 1 7
TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP TUGAS DAN FUNGSI LURAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DI KELURAHAN GANG BUNTU KECAMATAN
MEDAN TIMUR
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
IMAM SAMUDRA RITONGA NIM : 130200141
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Disetujui Oleh
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dr. Agusmidah, SH.MH NIP.197608162002122002
Pembimbing I Pembimbing II
Suria Ningsih, SH.M.Hum Afrita, SH.MHum
NIP. 196002141987032002 NIP. 197104301997022001
TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP TUGAS DAN FUNGSI LURAH DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
DI KELURAHAN GANG BUNTU KECAMATAN MEDAN TIMUR
ABSTRAK Imam Samudra Ritonga*
Suria Ningsih **
Afrita **
Kelurahan dalam menjalankan fungsi penyelenggaraan pemerintahan umum dan fungsi penyelenggaraan tugas-tugas yang telah diserahkan oleh Kabupaten/Kota sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan. Permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini adalah bagaimana pengaturan Kelurahan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 , bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi Lurah di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur, hambatan apa yang mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi Lurah dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris dan spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis. Pengumpulan data melalui data primer dan data skunder.
Metode analisis yang dipakai adalah kualitatif, dan penyajian datanya dalam bentuk laporan tertulis secara ilmiah.
Pengaturan Kelurahan dalam pelaksanaan tugas pemerintahan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 adalah kelurahan merupakan perangkat daerah Kabupaten/Kota yang berkedudukan di wilayah kecamatan yang dipimpin oleh Lurah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota melalui Camat.
Berdasarkan pembahasan disimpulkan bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi Lurah dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur meliputi pengarahan, pembinaan, pengawasan dan evaluasi telah di laksanakan oleh Lurah Gang Buntu Kecamatan Medan Timur sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008. Hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi Lurah dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur adalah Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dibuat oleh Lurah belum sepenuhnya dapat terimplementasi atau terlaksana dengan baik. Berdasarkan kesimpulan disaarankan perlunya peningkatan peran lurah gang Buntu dalam pelaksanaan pembangunan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur harus dioptimalkan lagi dengan berupaya semaksimalnya untuk memotivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi.
Kata Kunci : Tugas dan Fungsi, Lurah, Penyelenggaraan Pemerintahan.
*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdulillahhirabbil’alamin, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Syafa’at dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, : "Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Tugas Dan Fungsi Lurah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara.
Selesainya skripsi ini tak lepas dari peran orang-orang di sekitar penulis yang memberikan dukungan dalam berbagai bentuk. Terimakasih paling khususnya penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum sebagai Dekan Fakultas Hukum USU Medan
2. Bapak Dr. OK. Saidin, SH.M.Hum sebagai Wakil Dekan I FH. USU Medan 3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH.M.Hum sebagai Wakil Dekan II FH. USU
Medan.
4. Bapak Drs Jelly Leviza, SH.M.Hum sebagai Wakil Dekan III FH. USU Medan
5. Ibu Agusmidah, SH.MH sebagai Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara.
6. Ibu Suria Ningsih, SH.M.Hum dan Ibu Afrita, SH.MHum sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan pembuatan skripsi.
7. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum USU yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh Almamater Fakultas Hukum USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan kalian.
Terima kasih juga untuk seluruh pihak terkait yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna, masih terdapat kekurangan, namun demikian dengan berlapang dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang menaruh perhatian terhadap skripsi ini.
Medan, April 2017 Penulis
IMAM SAMUDRA RITONGA
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... 1
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6
D. Keaslian Penulisan ... 7
E. Tinjauan Kepustakaan ... 8
F. Metode Penelitian ... 13
G. Sistematika Penulisan ... 18
BAB II : PENGATURAN KELURAHAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 ... 20
A. Dasar Hukum Pembentuan Kelurahan ... 20
B. Susunan dan Bagan Organisasi Kelurahan ... 26
C. Peran Kelurahan dalam Pembangunan ... 40
BAB III : PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DI KELURAHAN GANG BUNTU KECAMATAN MEDAN TIMUR ... 50
A. Gambaran Umum Kelurahan Gang Buntu ... 50
B. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi Lurah ... 53
C. Implementasi Kewenangan Lurah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan ... 66
BAB IV : HAMBATAN LURAH DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN ... 78
A. Hambatan yang Dihadapi Lurah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan ... 78
B. Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Hambatan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan ... 83
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
Kebijaksanaan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah merupakan strategi baru dalam pelaksanaan pemerintahan di Indonesia yang menjadikan pemberdayaan sebagai misi utama pemerintahan dan mendudukkan tugas pemerintahan itu di atas landasan pelayanan serta semakin mendekatkan pemerintah kepada masyarakat.
Perubahan undang-undang tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut tidak terlepas dari upaya rakyat untuk mengembalikan fungsi organisasi publik (pemerintahan) yang selama ini berdiri diposisikan untuk melayani kekuasaan daripada costumernya yakni rakyat.1
Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut merupakan titik awal berjalannya otonomi daerah, dalam hal ini merupakan salah satu bentuk reformasi pemerintahan daerah dan reformasi pengelolaan keuangan daerah di Indonesia. Pemberlakuan undang-undang otonomi daerah itu berimplikasi pada penyelenggaraan pemerintahan yang juga mendorong peningkatan partisipasi,
1 Riantnugroho Dwijowijoto, Reinventing Indonesia: Menata Ulang Manajemen Pemerintahan untuk Membangun Indonesia Baru dengan keunggulan Global. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001, hlm.54
prakarsa, dan kreativitas masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan atau keadilan di seluruh daerah.
Mengamati perjalanan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan telah diubah dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan yang terakhir dirubah dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dalam implementasi undang-undang tersebut ternyata masih diliputi berbagai masalah atau kendala-kendala dalam implementasinya yang secara umum berkaitan dengan masalah manajemen, hukum, sosial maupun berbagai kendala lainnya, baik yang bersumber dari pengelola (pemerintah) maupun masyarakat.
Penerapan otonomi daerah di Indonesia sebagai salah satu wujud atau bentuk reformasi dalam bidang pemerintahan tidak terlepas dari desakan untuk melakukan perubahan dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan yang selama ini bersifat sentralistis. Keadaan pemerintahan yang sentralistis tersebut telah berdampak negatif terhadap akselerasi pertumbuhan daerah-daerah khususnya pada daerah kabupaten dan kota.
Keberagaman kondisi daerah yang memiliki karakteristik ekonomi, sosial dan budaya yang berbeda-beda, maka hal itu juga yang menyebabkan perlunya dilakukan perubahan sistem penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Tuntutan pemberian otonomi yang luas kepada daerah kabupaten dan kota adalah dianggap wajar paling tidak karena dua alasan yaitu:2
2 Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta, 2002, hlm. 4
1. Intervensi pemerintah pusat terlalu besar di masa lalu yang telah menimbulkan masalah rendahnya kapabilitas dan efektivitas pemerintahan daerah dalam mendorong proses pembangunan dan kehidupan demokrasi di daerah.
Besarnya peranan pemerintah pusat pada masa itu menyebabkan inisiatif dan prakarsa daerah cenderung mati sehingga pemerintah daerah seringkali menjadikan pemenuhan peraturan sebagai tujuan dan bukan sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2. Tuntutan pemberian otonomi daerah juga muncul sebagai jawaban untuk memasuki era new game yang membawa new rules pada semua aspek kehidupan manusia dimasa yang akan datang. Pada era seperti itu dimana globalisasi sudah semakin meluas, maka pemerintah akan semakin kehilangan kendali pada banyak persoalan.
Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan prinsip-prinsip antara lain yaitu:3
1. Memperhatikan aspek pendewasaan demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah
2. Didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab yang diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota sedang provinsi sangat terbatas.
3. Harus sesuai dengan konstitusi negara, sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dengan daerah.
4. Harus meningkatkan kemandirian daerah otonom.
3 Afan Gaffar Syaukani dan Ryaas Rasyid, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar dan PUSKAP, Yogyakarta, 2003, hlm.8
Salah satu perangkat daerah yang ada pada setiap daerah kota adalah Kelurahan. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah kota.
Institusi Kelurahan dalam kedudukannya sebagai perangkat daerah merupakan ujung tombak pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan.
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, maka penyelenggaraan otonomi daerah yang sesuai dengan undang-undang tersebut dalam subtansinya juga mengalami perubahan, namun pada esensinya tetap menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah di berikan kewenangan mengurus dan mengatur semua unsur pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah Pusat. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahtraan rakyat sejalan dengan prinsip tersebut di laksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
Implementasi kebijakan otonomi daerah tersebut mendorong terjadinya perubahan secara struktural, fungsional dan kultural dalam keseluruhan tatanan penyelenggaraan pemerintahan daerah, salah satu perubahan yang sangat esensial adalah yang berkenan dengan kedudukan, kewenangan, tugas, dan fungsi Lurah.
Perubahan paradigmatik penyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut, mengakibatkan pola distribusi kewenangan Lurah menjadi sangat tergantung pada pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan dari Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan penyelenggaraan pemerintahan
umum, yang mempunyai implikasi langsung terhadap optimalisasi peran dan kinerja Lurah dalam upaya pemenuhan pelayanan kepada masyarakat.
Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur merupakan wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah yang dipimpin oleh Lurah yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui. Lurah mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Walikota Medan yang dituangkan dalam Peraturan Walikota Medan Nomor 56 Tahun 2010 untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan melaksanakan tugas pokok.
Tugas Lurah menyelenggarakan fungsinya yaitu mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti mendorong partisipasi masyarakat, pembinaan dan pengawasan, melakukan evaluasi, tugas-tugas lain di bidang pemberdayaan, melaporkan pelaksanaan serta kewenangan atribut yang melekat pada jabatan Lurah.
Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur menjadi salah satu penyelenggara pemerintahan yang memberikan pelayanan langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat. Sebagai salah satu sub-sistem pemerintahan di Indonesia, Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur yang memiliki visi
“Terwujudnya Aparatur Pemerintahan Yang Kredibilitas dan Profesional dalam Pelayanan Prima Bagi Masyarakat Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur ” mempunyai kedudukan cukup strategis dan memainkan peran fungsional dalam pelayanan administrasi pemerintahan pembangunan serta kemasyarakatan.
Mengingat luasnya cakupan peran, tugas pokok dan fungsi Lurah dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka penulis melakukan penelitian tentang
"Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Tugas Dan Fungsi Lurah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur”.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan Kelurahan dalam pelaksanaan tugas pemerintahan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 ?
2. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi Lurah dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur ?
3. Hambatan apa yang mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi Lurah dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaturan Kelurahan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan tugas dan fungsi Lurah dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur.
3. Untuk mengetahui hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi Lurah dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur.
Adapun manfaat penulisan dalam skripsi ini adalah:
1. Secara teoritis untuk menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum khususnya tentang tugas dan fungsi Lurah dalam penyelenggaraan pemerintahan.
2. Secara praktis memberikan informasi kepada masyarakat tentang apa saja yang menjadi tugas, fungsi, wewenang Lurah dalam penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur.
D. Keaslian Penulisan.
Berdasarkan informasi yang diketahui dan penelusuran kepustakaan yang dilakukan khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulisan skripsi terkait dengan “Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Tugas Dan Fungsi Lurah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur” belum pernah ditulis sebelumnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya yang asli dan bukan merupakan hasil jiplakan dari skripsi orang lain. Skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran sendiri, refrensi dari
buku-buku, undang-undang, makalah-makalah, serta media elektronik yaitu internet dan juga mendapat bantuan dari berbagai pihak. Berdasarkan asas-asas keilmuan yang rasional, jujur, dan terbuka, maka penelitian dan penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan.
Kelurahan adalah salah satu perangkat pemerintah yang memberikan pelayanan langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat. Sebagai subsistem pemerintah di Indonesia, Kelurahan mempunyai kedudukan cukup strategis dan memainkan peran fungsional dalam pelayanan dan administrasi pemerintahan, pembangunan serta kemasyarakatan.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa Kelurahan adalah perangkat daerah Kabupaten/kota,4
1. Sekretariat daerah
sebagaimana dijelaskan pada ayat (2) huruf f, sebagai berikut : Perangkat Daerah kabupaten/kota terdiri atas:
2. Sekretariat DPRD 3. Inspektorat.
4. Dinas 5. Badan 6. Kelurahan.
Menurut Nordholt, kajian tentang Kelurahan berarti mencakup tiga lingkungan kerja yaitu:5
4Pasal 209 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
5 RA. Kinseng, Kelembagaan dan Tata Pemerintahan Kecamatan. Project Working Paper, Bogor, 2008, hlm. 24.
1. Kelurahan dalam arti kantor Lurah
2. Kelurahan dalam arti wilayah, dalam arti seorang Lurah sebagai kepalanya.
3. Lurah sebagai Bapak “pengetua wilayahnya”.
Kedudukan Kelurahan dijelaskan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai berikut :6
(1) Daerah kabupaten/kota membentuk Kelurahan dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat Desa/kelurahan.
(2) Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dengan Perda Kabupaten/Kota berpedoman pada peraturan pemerintah.
(3) Rancangan Peraturan Daerah (selanjutnya disebut Perda) Kabupaten/Kota tentang pembentukan Kelurahan yang telah mendapatkan persetujuan bersama bupati/wali kota dan DPRD kabupaten/kota, sebelum ditetapkan oleh bupati/
wali kota disampaikan kepada Menteri melalui gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk mendapat persetujuan.
Kelurahan dibentuk dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemrintahan artinya dengan adanya Kelurahan, Lurah sebagai pimpinan tertinggi di Kelurahan harus dapat mengkoorkinasikan semua urusan pemerintahan di Kelurahan, kemudian juga Lurah harus memberikan pelayanan publik di Kelurahan dan juga pemberdayaan masyarakat Desa/Kelurahan.
Kelurahan dibentuk cukup dengan Peraturan Daerah, dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Namun Rancangan Perda tentang pembentukan Kelurahan tersebut sebelumnya harus mendapat persetujuan bersama antara
6 Pasal 221 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Bupati/Walikota disampaikan kepada Menteri melelui Gubernur untuk mendapat persetujuan.
Perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan Kelurahan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, kemudian dilanjutkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan diperbaharui lagi pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Perubahan mencakup mengenai kedudukan Kelurahan tidak lagi menjadi perangkat daerah kabupaten/kota. Pasal 209 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa, “Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, inspektorat, dinas, badan dan Kecamatan”.7
Menurut Pasal 229 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan :
Berdasarkan ketentuan Pasal 209 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tersebut Kelurahan tidak termasuk di dalamnya. Artinya kelurahan bukan lagi bagian dari perangkat daerah. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan ketentuan di dua UU Pemda sebelumnya yang secara tegas menyebut kelurahan sebagai perangkat daerah. Akibatnya pendelegasian wewenang secara administratif maupun politik dari kabupaten/kota kepada kelurahan pun berubah.
8
1. Kelurahan dibentuk dengan Perda Kabupaten/Kota berpedoman pada peraturan pemerintah.
7 Pasal 209 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
8 Pasal 229 ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
2. Kelurahan dipimpin oleh seorang kepala kelurahan yang disebut lurah selaku perangkat Kecamatan dan bertanggung jawab kepada camat.
3. Lurah diangkat oleh bupati/wali kota atas usul sekretaris daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Tabel 1
Perbedaan Kelurahan Sebagai SKPD (Perangkat daerah) dan Non-SKPD
No Aspek Kelurahan sebagai Perangkat Daerah UU No. 32 Tahun 2004
Kelurahan Bukan Perangkat Daerah UU No. 23 Tahun 2014 1 Ketentuan
Yuridis
Pasal 120 ayat (2) UU no 32 Tahun 2004, kelurahan sebagai perangkat daerah bersama sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan.
Pasal 209 ayat (2) UU no 23 Tahun 2014, kelurahan bukan sebagai Perangkat Daerah
2 Definisi kelurahan
Permendagri no 36 Tahun 2007 wilayah kerja lurah sebagai perangkat Daerah Kab/Kota dalam wilayah kerja Kecamatan.
Tidak disebutkan definisinya selain ketentuan pembentukannya melalui Perda (Pasal 229 ayat (1) 3 Kewenangan a. Pelaksana desentralisasi politik
(devolusi Pendelegasian kewenangan)
b. Melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/wali
kota (Pasal 2 Permendagri no 36 Tahun 2007 tentang
Pelimpahan urusan Pemerintahan Kab/kota kepada
lurah)
Hanya sampai tingkat Kecamatan yang harus melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas perbantuan (Pasal 209 (3)
4 Tugas lurah UU No 32 Tahun 2004
a. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan;
b. Pemberdayaan masyarakat;
c. Pelayanan masyarakat;
d. Penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;
e. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
Permendagri No 36 Tahun 2007 : a. Kelurahan adalah wilayah kerja
lurah sebagai perangkat Daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kecamatan (Pasal 1).
b. Lurah mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan,
Pasal 229 UU no 23 Tahun 2014 disebutkan membantu camat dalam:
a. Melaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan;
b. Melakukan pemberdayaan masyarakat;
c. Melaksanakan pelayanan masyarakat;
d. Memelihara ketenteraman dan ketertiban umum;
e. Memelihara prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh camat;
g. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan
dan Kemasyarakatan (Pasal 2 ayat (1))
c. Lurah melaksanakan urusan
pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/wali
kota. (Pasal 2 ayat (2))
d. Bupati/wali kota melimpahkan urusan pemerintahan kepada lurah sesuai dengan kebutuhan kelurahan, memperhatikan efisiensi dan akuntabilitas (Pasal 3)
e. Urusan pemerintahan kabupaten/kota yang dilimpahkan oleh bupati/wali
kota kepada lurah merupakan urusan wajib dan urusan pilihan (Pasal 5 ayat (1)) f Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan upati/Walikota (Pasal 5 ayat (2)).
peraturan perundang- undangan.
5 Perencanaan Memiliki otonomi untuk menyusun Rencana dan Strategi (Renstra) sendiri sesuai kebutuhan masyarakat
Tidak memiliki otonomi menyusun Renstra sendiri.
Renstra yang dibuat merupakan bagian dari Renstra Kecamatan 6 Penganggaran Memiliki otonomi untuk
menganggarkan sendiri sesuai kebutuhan dan Renstra
Tergantung pada ketersediaan dana dan Renstrayang dimiliki Kecamatan
7 Kewenangan Kewenangan diberikan oleh bupati/wali kota sesuai kebutuhan lurah, baik urusan wajib maupun pilihan
Terbatas pada melaksanakan tugas yang diberikan oleh camat
Satu hal yang pasti adalah kelurahan merupakan wilayah administratif di bawah kecamatan. Dalam konteks otonomi daerah, kelurahan merupakan wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten atau kota. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kelurahan merupakan unit pemerintahan terkecil setingkat dengan desa. Namun berbeda dengan desa, kelurahan memiliki hak mengatur wilayahnya yang lebih terbatas.
Sebagai perangkat daerah, Lurah memiliki kewenangan delegatif seperti yang dinyatakan dalam Pasal 229 ayat (4) bahwa: Lurah mempunyai tugas membantu camat dalam:9
1. Melaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan;
2. Melakukan pemberdayaan masyarakat;
3. Melaksanakan pelayanan masyarakat;
4. Memelihara ketenteraman dan ketertiban umum;
5. Memelihara prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh camat;
7. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota di bawah kecamatan. Sementara kecamatan dimaknai sebagai wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota. Pengertian semacam ini bermuara pada kesimpulan bahwa kecamatan dan kelurahan adalah wilayah kerja.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2006 disebutkan bahwa lurah mendapatkan limpahan sebagian urusan kabupaten/kota. Urusan yang dilimpahkan kepada kelurahan adalah
1. Urusan yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat kelurahan, 2. Lebih efektif dan efisien dikerjakan oleh kelurahan.
9 Pasal 229 ayat (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
F. Metode Penelitian.
Sehubungan yang telah dikemukakan diatas sebelumnya, untuk melengkapi penulisan skripsi ini agara tujuan dapat terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, oleh karena itu adapun metode penelitian hukum yang digunakan dalam mengerjakan skrispsi ini meliputi :
1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, artinya permasalahan yang ada diteliti berdasarkan peraturan perundang- undangan yang ada dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan.
Penelitian hukum normatif sendiri mengacu pada berbagai data sekunder,10 yaitu inventarisasi berbagai peraturan hukum, jurnal-jurnal dan karya tulis lainnya, serta artikel-artikel berita terkait. Sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu mengenai sifat-sifat, karakteristik-karakteristik atau faktor-faktor tertentu. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran yang akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan sebuah proses atau hubungan, menggunakan informasi dasar dari suatu hubungan teknik dengan definisi tentang penelitian ini dan berusaha menggambarkan secara lengkap11
10 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 14.
11 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2003, hlm.16.
yaitu tentang tugas dan fungsi Lurah dalam penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur.
2. Sumber data
Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.
Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan antara lain :
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan
c. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Penghapusan, Dan Penggabungan Kelurahan
Bahan hukum sekunder adalah data yang telah diolah sebelumnya yang diperoleh dari dokumentasi maupun studi pustaka. Adapun data sekunder diperoleh melalui :
a. Dokumentasi yang dapat diasumsikan sebagai sumber data tertulis yang terbagi dalam dua ketegori yaitu sumber resmi dan sumber tidak resmi.
Sumber resmi merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh lembaga/perorangan atas nama lembaga. Sumber tidak resmi adalah dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh individu tidak atas nama lembaga. Dokumen
yang akan dijadikan sebagai sumber referensi dapat berupa hasil rapat, laporan pertanggungjawaban, surat, dan catatan harian.
b. Studi pustaka merupakan langkah yang sangat penting dalam metode ilmiah untuk mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian dan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah dibuat. Cara yang dilakukan dengan mencari data-data pendukung (data sekunder) pada berbagai literatur baik berupa buku-buku, dokumen-dokumen, makalah-makalah hasil penelitian serta bahan-bahan referensi lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder yakni kamus hukum dan kamus besar Bahasa Indonesia.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yaitu dengan menginventarisir peraturan Perundang-undangan untuk dipelajari sebagai suatu kesatuan yang utuh dan dengan studi kepustakaan, internet browsing, telah artikel ilmiah, telaah karya ilmiah sarjana dan studi dokumen, termasuk di dalamnya karya tulis ilmiah maupun jurnal surat kabar.
Metode pengumpulan data menggunakan :
a. Studi Kepustakaan yaitu teknik mengumpulkan data dengan jalan membaca dan mempelajari buku-buku kepustakaan yang berkaitan dengan materi penelitian, kemudian menyusun sebagai sajian data. Metode dokumentasi
adalah salah satu cara pengumpulan data yang digunakan penulis dengan cara menelaah dokumen-dokumen pemerintah maupun non pemerintah yang berkaitan dengan penelitian ini. Instrument yang digunakan berupa form dokumentasi, form kepustakaan, dan alat-alat perpustakaan lainnya.
b. Studi lapangan yaitu dengan melakukan wawancara kepada Lurah Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur sebagai informan.
4. Analisis data
Data bahan-bahan hukum yang diperoleh akan dianalisis secara normatif kualitatif tentang tugas dan fungsi Lurah dalam penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur. Normatif karena penelitian ini bertitik tolak dari peraturan-peraturan yang ada sebagai norma hukum positif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara- cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, danlain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman
tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Kualitatif karena data yang diperoleh, kemudian disusun secara sistematis, untuk selanjutnya dianalisa secara kualitatif, untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. Metode analisis datanya adalah sebagai berikut:12
a. Metode interpretasi menurut bahasa (gramatikal) yaitu suatu cara penafsiran undang-undang menurut arti kata-kata (istilah) yang terdapat pada undang- undang. Hukum wajib menilai arti kata yang lazim dipakai dalam bahasa sehari-hari yang umum.
b. Metode interpretasi secara sistematis yaitu penafsiran yang menghubungkan pasal yang satu dengan apasal yang lain dalam suatu perundang-undangan yang bersangkutan, atau dengan undang-undang lain, serta membaca penjelasan Undang-undang tersebut sehingga memahami maksudnya.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, yang dapat digambarkan:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini dimulai dengan mengemukakan apa yang menjadi latar belakang penulisan skripsi ini kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan ditutup dengan memberikan sistematikan dari penulisan skripsi ini.
12 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm 31
BAB II PENGATURAN KELURAHAN DALAM PELAKSANAAN TUGAS PEMERINTAHAN DI KELURAHAN GANG BUNTU KECAMATAN MEDAN TIMUR.
Bab ini menguraikan mengenai Dasar Hukum Pembentuan Kelurahan, Susunan dan Bagan Organisasi Kelurahan, Peran Kelurahan dalam Pembangunan.
BAB III PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI LURAH DI KELURAHAN GANG BUNTU KECAMATAN MEDAN TIMUR Bab ini menguraikan mengenai Gambaran Umum Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur, Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi Lurah, Implementasi Kewenangan Lurah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan.
BAB IV HAMBATAN LURAH DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DI KELURAHAN GANG BUNTU KECAMATAN MEDAN TIMUR
Bab ini menguraikan mengenai Hambatan yang Dihadapi Lurah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan, Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Hambatan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur..
BAB IV PENUTUP
Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab. Seluruhnya yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini yang dilengkapi dengan saran-saran.
BAB II
PENGATURAN KELURAHAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005
D. Dasar Hukum Pembentuan Kelurahan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan pemberian otanomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta. masyarakat.
Meningkatkan pelayanan masyarakat dan melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan di perkotaan, perlu dibentuk kelurahan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Desentralisasi dianggap sebagai sistem yang tepat diberlakukan karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar sehingga urusan pemerintahan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintahan oleh kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI.13
Beberapa alasan yang mendasari perlunya desentralisasi adalah :
Sistem ini lebih efektif karena sistem ini lebih cepat dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di daerah tanpa menunggu putusan dari pemerintah pusat.
14
1. Mendorong terjadinya partisipasi dari bawah secara lebih luas.
2. Mengakomodasi terwujudnya prinsip demokrasi.
13 RA. Kinseng, Op.Cit, hlm.7
14 Ibid, hlm.8
3. Mengurangi biaya akibat alur birokrasi yang panjang sehingga dapat meningkatkan efisiensi.
4. Memberi peluang untuk memanfaatkan potensi daerah secara optimal.
5. Mengakomodasi kepentingan politik.
6. Mendorong peningkatan kualitas produk yang lebih kompetitif.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dilaksanakan dengan asas otonomi daerah yang artinya ialah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat, sesuai peraturan perundang- undangan. Hal ini mengandung makna bahwa urusan pemerintahan pusat menjadi kewenangan pusat tidak mungkin dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh pemerintah pusat guna kepentingan pelayanan umum pemerintahan dan kesejahteraan rakyat di semua daerah. Apalagi kondisi geografis, sistem politik, hukum, sosial, dan budaya sangat beraneka ragam dan bercorak, di sisi lain NKRI yang meliputi daerah-daerah kepulauan dan wilayah negara yang sangat luas.
Oleh sebab itu, hal-hal mengenai urusan pemerintahan yang dapat dilaksanakan oleh daerah itu sendiri, sangat tepat diberikan kebijakan otonomi sehingga setiap daerah akan lebih mampu dan mandiri untuk memberikan pelayanan dan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah.15
Pelaksanaan pemerintahan daerah di Indonesia melalui otonomi daerah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada pemerintah daerah untuk menjalankan pemerintahan daerah berdasarkan wewenangnya masing-masing
15 Ibid, hlm.9
yang mana telah diatur dengan jelas dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas beberapa kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kabupaten atau kota. Kelurahan terdiri atas desa-desa atau kelurahan-kelurahan.
Kelurahan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan peraturan daerah berpedoman pada peraturan pemerintah, pembentukan Kelurahan dapat berupa pemekaran dengan menyatukan beberapa wilayah desa dan/atau kelurahan dari beberapa Kelurahan lain. Kelurahan sebagaimana dimaksud mempunyai kedudukan, tugas pokok dan fungsi organisasinya.
Pembentukan kelurahan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Peraturan Pemerintah Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Penghapusan, Dan Penggabungan Kelurahan disebutkan bahwa pembentukan kelurahan sekurang- kurangnya memenuhi syarat: 16
1. Jumlah penduduk;
2. Luas wilayah;
3. Bagian wilayah kerja; dan
4. Sarana dan prasarana pemerintahan
16 Pasal 4 Peraturan Pemerintah Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Penghapusan, Dan Penggabungan Kelurahan
Kedudukan Kelurahan dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan sebagai berikut :17
1. Kelurahan merupakan perangkat daerah Kabupaten/Kota yang berkedudukan di wilayah keLurahan.
2. Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Lurah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota melalui Lurah.
3. Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Lurah dari Pegawai Negeri Sipil.
4. Syarat-syarat lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
8. Pangkat/golongan minimal Penata (III/c).
9. Masa kerja minimal 10 tahun.
10. Kemampuan teknis dibidang administrasi pemerintahan dan memahami sosial budaya masyarakat setempat.
Lurah mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Lurah melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota. Urusan pemerintahan disesuaikan dengan kebutuhan kelurahan dengan memperhatikan prinsip efisiensi dan peningkatan akuntabilitas.Pelimpahan urusan pemerintahan disertai dengan sarana, prasarana, pembiayaan dan personil. Pelimpahan urusan pemerintahan ditetapkan dalam Peraturan Bupati/Walikota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri.18
17 Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan
18 Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan
Lurah dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi:19 1. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan;
2. Pemberdayaan masyarakat;
3. Pelayanan masyarakat;
4. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; dan 6. Pembinaan lembaga kemasyarakatan.
Kelurahan dibentuk dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan artinya dengan adanya Kelurahan, Lurah sebagai pimpinan tertinggi di Kelurahan harus dapat mengkoordinasikan semua urusan pemerintahan di Kelurahan, kemudian juga Lurah harus memberikan pelayanan publik di Kelurahan dan juga pemberdayaan masyarakat Kelurahan.
Kelurahan di Kota Medan dibentuk cukup dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan yang dalam pertimbangannya menyebutkan berdasarkan Pasal 45 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah ditegaskan bahwa dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pelaksanaan Peraturan Perundang- Undangan dan tugas Pemerintah Umum lainnya, Pemerintah Daerah dapat membentuk lembaga lain sebagai bagian dari Perangkat Daerah
Pembentukan Kelurahan diatur dalam Peraturan Pemerintah Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Penghapusan, Dan Penggabungan Kelurahan:
19 Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan
1. Kelurahan dibentuk untuk meningkatkan pelayanan masyarakat, melaksanakan fungsi pemerintahan, dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.20
2. Kelurahan dibentuk di kawasan perkotaan dan atau di wilayah ibukota Kabupaten/Kota dan Kecamatan.
21
3. Pembentukan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa penggabungan beberapa Kelurahan atau bagian Kelurahan yang bersandingan atau pemekaran dari 1 (satu) kelurahan menjadi 2 (dua) Kelurahan atau lebih.
22
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan disebutkan :
23
1. Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan.
2. Pembentukan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa penggabungan beberapa kelurahan atau bagian kelurahan yang bersandingan, atau pemekaran dari satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih.
3. Pembentukan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sekurang- kurangnya memenuhi syarat :
a. Jumlah penduduk;
b. Luas wilayah;
c. Bagian wilayah kerja;
20 Pasal 2 Peraturan Pemerintah Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Penghapusan, Dan Penggabungan Kelurahan
21 Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Penghapusan, Dan Penggabungan Kelurahan
22 Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Penghapusan, Dan Penggabungan Kelurahan
23 Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan
d. Sarana dan prasarana pemerintahan.
4. Kelurahan yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dihapus atau digabung.
5. Pemekaran dari satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan pemerintahan kelurahan.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, penghapusan dan penggabungan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri.
E. Susunan dan Bagan Organisasi Kelurahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang -undang. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota atau antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, diatur dengan undang -undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. Selain itu Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat istimewa dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintahannya menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi
dan tugas pembantuan. Prinsip penyelenggaraan desentralisasi adalah otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengatur dan mengurus semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan peranserta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuanpada peningkatan kesejahteraan rakyat.
Kebijakan otonomi daerah dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah secara eksplisit memberikan otonomi yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah. Pemerintah daerah harus mengoptimalkan pembangunan daerah yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pemerintah Daerah dan masyarakat di daerah lebih diberdayakan sekaligus diberikan tanggung jawab yang lebih besar untuk mempercepat laju pembangunan daerah. Sejalan dengan hal tersebut, maka implementasi kebijakan otonomi daerah telah mendorong terjadinya perubahan, baik secara struktural, fungsional, maupun kultural dalam tatanan penyelenggaraan pemerintah daerah. Salah satu perubahan yang sangan esensial yaitu menyangkut kedudukan, tugas pokok dan fungsi Kelurahan yang sebelumnya merupakan perangkat daerah wilayah dalam kerangka asas dekonsentrasi, berubah statusnya menjadi perangkat daerah dalam kerangka asas desentralisasi. Sebagai perangkat daerah, Lurah dalam melaksanakan tugasnya mendapat pelimpahan kewenangan dari dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui camat.24
24 Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan
Lurah sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2) diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dari Pegawai Negeri Sipil. Syarat-syarat lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:25
a. Pangkat/golongan minimal Penata (III/c).
b. Masa kerja minimal 10 tahun.
c. Kemampuan teknis dibidang administrasi pemerintahan dan memahami sosial budaya masyarakat setempat.
Lurah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Lurah melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota. Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan kebutuhan kelurahan dengan memperhatikan prinsip efisiensi dan peningkatan akuntabilitas.
Pelimpahan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan sarana, prasarana, pembiayaan dan personil. Pelimpahan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan Bupati/Walikota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri.26
Dalam melaksanakan tugas, Lurah mempunyai fungsi:27 1. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan;
2. Pemberdayaan masyarakat;
3. Pelayanan masyarakat;
4. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
25 Pasal 3 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan
26 Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan
27 Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan
5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; dan 6. Pembinaan lembaga kemasyarakatan.
Pengaturan penyelenggaraan Kelurahan baik dari sisi pembentukan, kedudukan, tugas dan fungsinya secara legislatik diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sebagai perangkat daerah, Lurah mendapatkan pelimpahan kewenangan yang bermakna urusan pelayanan masyarakat. Selain itu Kelurahan juga akan mengemban penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan. Lurah sebagai perangkat daerah juga mempunyai kekhususan dibandingkan dengan perangkat daerah lainnya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya untuk mendukung pelaksanaan asas desentralisasi. Kekhususan tersebut yaitu adanya suatu kewajiban mengintegrasikan nilai-nilai sosio kultural, menciptakan stabilitas dalam dinamika politik, ekonomi, dan budaya, mengupayakan terwujudnya ketentraman dan ketertiban wilayah sebagai perwujudan kesejahteraan rakyat serta masyarakat dalam kerangka membangun integritas kesatuan wilayah. Dalam hal ini, fungsi utama Lurah selain memberikan pelayanan kepada masyarakat, juga melakukan tugas-tugas pembinaan wilayah.28
Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia dibawah kabupaten atau kota. Kelurahan terdiri atas desa-desa atau kelurahan-kelurahan.
Pemerintah Kelurahan dipimpin oleh Lurah dengan dibantu oleh perangkat Kelurahan Merupakan perangkat daerah Kabupaten/Kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan di pimpin oleh Lurah. Sedangkan Lurah berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui sekretaris daerah.
28 http://id.wikipedia.org/wiki/kecamatan diakses tanggal 2 April 2017 Pukul 21.00 Wib.
Kelurahan. Lurah merupakan Pegawai Negeri Sipil dan bertanggung jawab kepada bupati atau walikota melalui Camat karena Kelurahan adalah bawahan Kecamatan.
Mengacu kepada Visi Kota Medan Menjadi Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera maka visi Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur adalah “Terwujudnya Aparatur Pemerintahan Yang Kredibilitas dan Profesional dalam Pelayanan Prima Bagi Masyarakat Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur ”.
Mewujudkan visi tersebut diperlukan beberapa misi yang merupakan titik konsentrasi kegiatan yang sekaligus menjadi pedoman dalam melaksanakan tugas- tugas pemerintahan. Adapun misi yang akan diwujudkan yaitu:
1. Menciptakan pemerintahan yang profesional dalam pelayanan publik
2. Meningkatkan kualitas kepemimpinan yang demokrasi, berkeadilan, dan transparan
3. Meningkatkan pelayanan prima kepada seluruh masyarakat
Terwujudnya misi kota Medan maka telah mendukung kemajuan dan kemakmuran Kota Medan Metropolitan melalui bekerja sama dan sama-sama bekerja yang merupakan Motto Kota Medan.
Adapun struktur organisasi Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur adalah sebagai berikut :
Gambar 1
Struktur Organisasi Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur
Sumber: Kantor Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur Tahun 2017 Penjelasan susunan Organisasi Kantor Lurah Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur adalah Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah di bawah Kecamatan. Lurah adalah Kepala Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Medan. Lingkungan adalah lingkungan pada setiap Kelurahan di Kota Medan. Kepala Lingkungan adalah Kepala Lingkungan pada setiap Kelurahan di Kota Medan.
Adapun Struktur Organisasi Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur adalah sebagai berikut:
Lurah
Kaasi Pemerintahan
Sekretaris
Kasi Pembangunan
Kasi Trantib
Kepling I
Kepling
II Kepling
IV Kepling
V
Kepling VII Kepling
VI
Kepling IX
Kepling X
Kepling XI Kepling
VIII
Kepling III
1. Lurah
Lurah mempunyai tugas membantu Camat dalam melaksanakan sebagian tugas-tugas yang dilimpahkan oleh Camat dalam bidang Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban, Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat, serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Lurah mempunyai Fungsi :
a. melaksanakan/menyelenggarakan pelimpahan sebagian kewenangan di bidang Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban, Pembangunan dan Kesejahteraan masyarakat yang menjadi tanggung jawab Kelurahan;
b. melaksanakan pelayanan administrasi Publik yang menjadi tanggung jawab Kelurahan;
c. menyelenggarakan pelayanan teknis kesekretariatan;
d. meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong-royong masyarakat;
e. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
2. Sekretaris Lurah
Sekretaris Lurah dipimpin oleh seseorang Sekretaris yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Lurah.
Sekretaris Lurah mempunyai tugas membantu Lurah di bidang pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh perangkat Kelurahan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretaris Lurah mempunyai fungsi :
a. menyusun rencana kegiatan kerja;
b. mengumpulkan, menghimpun dan mengolah data serta informasi yang berhubungan dengan bidang tugas;
c. melakukan pemantauan dan pengendalian Program kerja Lingkungan;
d. melaksanakan kegiatan ketatausahaan dan kearsipan Kelurahan;
e. melaksanakan kegiatan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan rumah tangga dan barang inventarisasi Kelurahan;
f. membantu Lurah dengan mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh perangkat Kelurahan dan Kepala Lingkungan;
g. menginventarisir permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan bidang administrasi perangkat Kelurahan serta menyiapkan bahan petunjik pemecahan masalah;
h. menyusun dan menyajikan data statistik dan grafik atau visualisasi data perangkat Kelurahan;
i. melakukan pemeriksaan administrasi dan memberikan paraf untuk kelanjutan proses penyelesaian urusan surat menyurat;
j. mengevaluasi dan menyusun laporan bulanan, berkala dan tahunan serta mengkoordinasikannya dengan unit terkait;
k. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah.
3. Seksi Pemerintahan
Seksi Pemerintahan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dan bertanggung jawab kepada Lurah. Seksi
Pemerintahan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengumpulan, pengolahan data dan mengevaluasi data di bidang Pemerintahan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud, Seksi Pemerintahan mempunyai fungsi :
a. menyusun rencana kerja kegiatan;
b. menghimpun dan mengolah data yang berhubungan dengan bidang Pemerintahan;
c. mengumpulkan bahan dalam rangka pembinaan lingkungan dan masyarakat;
d. membantu pelaksanaan tugas-tugas di bidang pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB );
e. membantu pelaksanaan tugas-tugas di bidang keagrariaan sesuai drngan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat di bidang Pemerintahan;
g. membantu menyelenggarakan pelayanan administrasi kependudukan antara lain bidang Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK), mencatat surat kematian/kelahiran, mencatat surat pindah mandah masuk dan keluar;
h. melaksanakan kegiatan pencatatan monografi Kelurahan;
i. membantu Lurah dalam kegiatan pembinaan kegiatan Sosial Politik, ideologi negara dan kesatuan bangsa;
j. menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan bidang tugas dan menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah;
k. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan di bidang pemerintahan;
l. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah.
4. Seksi Ketentraman dan Ketertiban
Seksi Ketentraman dan Ketertiban dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Lurah. Seksi Ketentraman dan Ketertiban mempunyai tugas melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan Ketentraman dan Ketertiban di Kelurahan.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, seksi Ketentraman dan Ketertiban mempunyai fungsi :
a. menyusun rencana kegiatan kerja;
b. menyusun program dan menyelenggarakan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum;
c. mengumpul dan mengolah data yang berhubungan dengan bidang Ketentraman dan Ketertiban umum;
d. melaksanakan pembinaan kepada masyarakat di bidang Ketentraman dan Ketertiban umum sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
e. membantu pelaksanaan pengawasan terhadap penyaluran bantuan kepada masyarakat dan melakukan kegiatan pengamanan akibat bencana alam dan bencana lainnya;
f. membantu dan mengusahakan kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan kerukunan warga;
g. memberikan pelayanan terhadap masyarakat di bidang Ketentraman dan Ketertiban;
h. membantu penyelenggaraan kegiatan Administrasi Pertahanan Sipil;
i. membina kegiatan siskamling;
j. melaksanakan pengamanandan penertiban terhadap pelanggaran Peraturan Daerah serta peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan Ketentraman dan Ketertiban umum serta mengkoordinasikannya kepada instansi terkait;
k. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan di bidang Ketentraman dan Ketertiban;
l. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah.
5. Seksi Pembangunan
Seksi Pembangunan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Lurah.
Seksi Pembangunan mampunyai tugas melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan perekonomian dan pembangunan di wilayah Kelurahan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Seksi Pembangunan mempunyai fungsi :
a. menyusun rencana kegiatan kerja;
b. mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data di bidang perekonomian dan pembangunan;
c. melaksanakan kegiatan pembinaan terhadap perkoperasian, pengusaha ekonomi lemah dan kegiatan perekonomian lainnya dalam rangka meningkatkan kehidupan perekonomian masyarakat;
d. memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang perekonomian dan pembangunan;
e. melaksanakan kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya dan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian dan pelaksanaan pembangunan;
f. membantu pembinaan koordinasi pelaksanaan pembangunan serta menjaga dan memelihara prasarana dan sarana fisik di lingkungan Kelurahan;
g. melaksanakan administrasi perekonomian dan pembangunan di Kelurahan;
h. membantu membina dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka musyawarah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD);
i. membina kelompok-kelompok industri, koperasi dan pendidikan;
j. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan di bidang perekonomian dan pembangunan;
k. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Lurah.
6. Seksi Kesejahteraan Masyarakat
Seksi Kesejahteraan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Lurah. Seksi Kesejahteraan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Seksi Kesejahteraan Masyarakat mempunyai fungsi :
a. menyusun rencana kegiatan kerja;
b. memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang kesejahteraan masyarakat
c. melaksanakan pembinaan dalam bidang keagamaan, kesehatan, keluarga berencana dan pendidikan masyarakat;
d. membantu pelaksanaan pembinaan kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna, Pramuka dan organisasi kemasyarakatan lainnya;
e. melakukan pembinaan dalam bidang kegiatan olah raga dan sosial budaya;
f. membantu mengumpulkan dan menyalurkan dana/bantuan terhadap korban bencana alam dan bencana lainnya
g. membina kegiatan mengumpulkan zakat, infak dan shadaqah;
h. membantu pelaksanaan pemungutan dana Palang Merah Indonesia (PMI);
i. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan di bidang kesejahteraan masyarakat;
j. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah.
7. Seksi Umum
Seksi umum dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Lurah.
Seksi Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan di bidang pelayanan umum yang meliputi inventarisasi, kebersihan serta sarana dan prasarana umum. Seksi Umum mempunyai fungsi :
a. menyusun rencana kegiatan kerja;
b. menyusun program peningkatan pelayanan umum;
c. menyusun program dan menyelenggarakan pembinaan pelayanan kebersihan, keindahan, pertamanan dan sanitasi lingkungan;
d. menyusun program dan menyelenggarakan pembinaan sarana dan prasarana fisik pelayanan umum;
e. menyiapkan sarana dan prasarana pelayanan umum;
f. memberikan pelayanan administrasi kepada masyarakat yang memerlukan legalisasi Lurah;
g. melakukan pembinaan kepada lingkungan tentang peningkatan pelayanan umum;
h. memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang prosedur tetap pelayanan umum;
i. mensosialisasikan peraturan perundangan dan Peraturan Daerah serta kebijaksanaan Pemerintah kepada seluruh perangkat Kelurahan maupun masyarakat;
j. melakukan evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan bidang tugas;
k. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Lurah.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kelurahan di lingkungan Pemerintah Kota Gang Buntu Kecamatan Medan Timur sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Kepala Lingkungan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kelurahan dengan wilayah kerja tertentu, yang dalam
pelaksanaan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Lurah.
Lingkungan mempunyai tugas membantu melaksanakan tugas-tugas operasional Kepala Kelurahan dalam wilayah kerja, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Lingkungan mempunyai fungsi :
a. menyusun rencana kegiatan kerja;
b. membantu pelaksanaan tugas Lurah dalam wilayah kerjanya;
c. melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan gotong- royong masyarakat;
d. melakukan kegiatan penerangan tentang Program Pemerintah kepada masyarakat;
e. membantu Lurah dalam pembinaan dan mengkoordinasikan kegiatan kemasyarakatan di wilayah kerjanya;
melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh lurah.
F. Peran Kelurahan dalam Pembangunan
Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah menggalakan pembangunan di segala bidang. Pembangunan menempati posisi yang penting yaitu dalam meningkatkan taraf kehidupan masyararkat.
Menurut Bintoro Tjokroamidjojo disebutkan bahwa pembangunan adalah
“suatu orientasi dan kegiatan usaha tanpa akhir”.29
29 Bintoro Tjokroamidjojo Pengantar Administrasi Pembangunan. LP3ES, Jakarta, 2004, hlm.1.
Sedangkan menurut Setiadi menyebutkan pembangunan adalah usaha secara sadar untuk merubah nasih.
Pembangunan merupakan ikhtiar untuk merubah masa lampau yang buruk menjadi zaman baru yang lebih baik. Pembangunan juga suatu usaha yang terus