• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI DALAM

A. Hambatan-hambatan Yang Ditemui Dalam Pelaksanaan

Koperasi Pegawai Republik Indonesia Departemen Agama Kota Tebing Tinggi

Tertinggalnya kinerja koperasi dan kurang baiknya citra koperasi dimata masyarakat Indaonesia disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: Kurangnya pemahaman masyarakat tentang koperasi sebagai badan usaha yang memiliki struktur kelembagaan (struktur organisasi, struktur kekuasaan, dan struktur insentif) yang unik/khas dibandingkan badan usaha lainnya, serta kurang memasyarakatnya informasi tentang praktik-praktik berkoperasi yang baik (best practices) telah menimbulkan berbagai permasalahan mendasar, yang menjadi kendala bagi kemajuan perkoperasian di Indonesia.

Perbedaan yang paling mendasar antara koperasi di negara-negara lain, khususnya Negara Maju, dengan di Indonesia adalah bahwa keberadaan dan peran dari koperasi di Indonesia tidak lepas dari ideologi Pancasila dan UUD 45, yakni merupakan lembaga kehidupan rakyat Indonesia untuk menjamin hak hidupnya memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sehingga

mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana dimaksud oleh Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang sepenuhnya merupakan hak setiap warga negara.

Konsekwensinya, koperasi di Indonesia memiliki tanggung jawab sosial jauh lebih besar daripada tanggung jawab “bisnis” yang menekankan pada efisiensi, produktivitas, keuntungan dan daya saing, dan sangat dipengaruhi oleh politik negara atau intervensi pemerintah dibandingkan koperasi di negara maju.94

Menurut Wayan Suarja AR, adapun hambatan-hambatan yang menghalangi kemajuan koperasi di Indonesia, yakni:

1. Koperasi yang didirikan tanpa didasari dengan adanya kebutuhan/ kepentingan ekonomi bersama dan prinsip kesukarelaan dari para anggota, sehingga kehilangan jatidirinya sebagai koperasi sejati yang otonom dan swadaya/mandiri 2. Koperasi yang tidak dikelola secara profesional dengan menggunakan teknologi

dan kaidah ekonomi modern sebagaimana layaknya sebuah badan usaha 3. Masih terdapat kebijakan regulasi yang kurang mendukung kemajuan koperasi 4. Koperasi masih sering dijadikan oleh segelintir orang/kelompok, baik di luar

maupun di dalam gerakan koperasi itu sendiri, untuk mewujudkan kepentingan pribadi atau golongannya, yang tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan kepentingan anggota koperasi yang bersangkutan dan nilai-nilai luhur serta prinsip-prinsip koperasi.

Sebagai akibat dari kondisi di atas, maka:

1. Kinerja dan kontribusi koperasi dalam perekonomian relatif tertinggal dibandingkan badan usaha lainnya; dan

2. Citra koperasi di mata masyarakat kurang baik. Lebih lanjut, kondisi tersebut mengakibatkan terkikisnya kepercayaan, kepedulian, dan dukungan masyarakat kepada koperasi.95

94

Hariyono, ”Koperasi Sebagai Strategi Pengembangan Ekonomi Pancasila”, (Bandung: Alumni, 2003), hal. 33.

95

Begitu pula yang terjadi pada pelaksanaan pemberdayaan Koperasi Pegawai Republik Indonesia Departemen Agama Kota Tebing Tinggi, pelaksanaa pemberdayaan koperasi tidak berjalan semulus yang telah direncanakan, akan tetapi juga mengalami kendala-kendala saat pelaksanaan pemberdayaannya.

Adapun hambatan-hambatan dalam pemberdayaan koperasi tersebut dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu hambatan dari dalam (internal) anggota koperasi dan hambatan dari luar (external) anggota koperasi, yang mana hambatan-hambatan tersebut merupakan hambatan yang sangat serius yang semestinya mendapat perhatian khusus baik dari pengurus, pengawas, maupun anggota koperasi.

Adapun hambatan-hambatan dari dalam (internal) anggota koperasi antara lain, yaitu:

1. Adanya anggota koperasi yang kurang memahami makna dari perkoperasian. Masih adanya anggota koperasi yang kurang pemahamannya terhadap koperasi, yang mana koperasi memiliki struktur kelembagaan (struktur organisasi, struktur kekuasaan, dan struktur insentif) yang unik dan khas dibandingkan badan usaha lainnya.

Banyak anggota koperasi beranggapan bahwasannya koperasi tersebut merupakan suatu perkumpulan yang seluruh anggotanya memiliki suatu tanggung jawab yang sama, tanpa adanya struktur kepemimpinan yang menaunginya.

Selain itu pula masih adanya anggota koperasi yang beranggapan bahwasannya koperasi merupakan suatu wadah perkumpulan modal, seperti halnya badan hukum lainya, sehingga ada anggota yang beranggapan bahwasannya akan

mendapatkan prestasi/keuntungan sebesar modal yang dimasukkannya ke dalam koperasi tersebut.

Hal ini merupakan suatu hambatan yang telah lama berkembang, yang sesungguhnya koperasi tersebut merupakan kerja sama, yaitu suatu bentuk gotong royong berdasarkan asas kesamaan derajat, hak dan kewajiban. Prestasi anggota ditentukan berdasarkan sebesar apa yang telah dilakukannya terhadap koperasi tersebut, bukan berdasarkan modal yang telah dimasukannya ke dalam koperasi tanpa adanya kontribusi yang berkelanjutan terhadap koperasi dari anggota tersebut.

Selain itu pula kurang memasyarakatnya informasi tentang praktik-praktik berkoperasi yang baik (best practices) telah menimbulkan berbagai permasalahan mendasar, yang menjadi kendala bagi kemajuan koperasi.

2. Adanya anggota koperasi yang tidak menggunakan program-program pemberdayaan yang telah disediakan oleh koperasi.

Adapun program-program pemberdayaan yang telah disediakan oleh koperasi antara lain: pinjaman kepada anggota, penyediaan barang-barang kebutuhan pokok, usaha pertokoan, dan lain sebagainya, yang mana anggota koperasi masih ada yang tidak mengunakan jasa-jasa tersebut.

Hal ini merupakan suatu hambatan yang dapat menjadikan permasalahan tersendiri terhadap pemberdayaan koperasi, terutama Koperasi Pegawai Republik Indonesia Departemen Agama Kota Tebing Tinggi. Karena program-program pemberdayaan yang telah disediakan oleh koperasi tersebut merupakan suatu

program terhadap pemberdayaan koperasi, yang merupakan suatu usaha yang dapat memudahkan anggota koperasi tersebut. Selain itu pula yang pada akhirnya program-program pemberdayaan tersebut merupakan upaya yang dilakukan koperasi untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan program-program pemberdayaan yang telah disediakan koperasi tersebut kepada anggotanya.

Adapun program-program pemberdayaan tersebut memang ditujukan terhadap anggota koperasi, yang dapat menumbuhkan pangsa pasar sendiri kepada anggotanya. Sedangkan dari luar anggota koperasi atau dari masyarakat sampai sekarang masih kurang mendapatkan kontribusi yang besar dari masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil Rapat Akhir Tahun (RAT) 2006, dari rata-rata penggunaan program-program pemberdayaan koperasi yang dipergunakan oleh anggota mencapai 75% sedangkan dari masyarakat hanya 25% dari keseluruhan penggunaan program-program pemberdayaan yang disediakan oleh koperasi.96 3. Adanya anggota koperasi yang tidak menggunakan koperasi untuk memasarkan

hasil produksinya.

Dengan dipasarkannya sendiri hasil produksi anggota koperasi tersebut, maka pertokoan yang didirikan oleh koperasi dapat kehilangan perannya sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli, yang pada akhirnya dapat berakibat hasil-hasil produksi anggota yang menitipkan barangnya tidak diketahui oleh anggota

96

Hasil wawancara dengan Zulkarnaen, Bendahara Koperasi Pegawai Republik Indonesia Departemen Agama Kota Tebing Tinggi, dilakukan tanggal 28 Mei 2008.

koperasi lainnya maupun masyarakat luas, yang merupakan pangsa pasar yang cukup besar bagi produksi anggota koperasi.

Dengan terjadinya hal tersebut maka keuntungan yang diperoleh koperasi dari hasil pendirian pertokoan tersebut juga dapat berkurang, juga akan mengurangi pendapatan koperasi, dan pada akhirnya akan mengurangi Sisa Hasil Usaha yang akan diberikan kepada anggota koperasi.

4. Adanya keterlambatan/penunggakan pembayaran pinjaman dari anggota koperasi.97 Simpan pinjam merupakan salah satu bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh koperasi. Adapun pinjaman yang diberikan koperasi kepada anggotanya yaitu: pinjaman untuk modal usaha para anggota Koperasi, dan bentuk pinjaman konsumer para anggota.

Oleh karena itu, pinjaman yang pengembaliannya mengalami keterlambatan dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan kas koperasi, yang pada akhirnya akan mengakibatkan koperasi tersebut tidak memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan urusan rumah tangga koperasi tersebut, atau dapat mengganggu program-program lainnya dari koperasi tersebut. Adapun tunggakan pinjaman dari anggota koperasi tersebut dapat dilihat dari hasil Rapat Akhir Tahun (RAT) 2006, seperti dalam Lampiran 1.

Sedangkan kendala-kendala dari luar (external) anggota koperasi, yaitu: pada selisih harga yang ditawarkan koperasi kepada anggotanya, sehingga anggota tidak/jarang menggunakan jasa-jasa yang telah ditawarkan oleh koperasi.98

97

Hasil wawancara dengan Abdul Halim Lubis, Ketua Koperasi Pegawai Negeri Departemen Agama Kota Tebing Tinggi, dilakukan tanggal 28 Mei 2008.

98

Hasil wawancara dengan Abdul Halim Lubis, Ketua Koperasi Pegawai Negeri Departemen Agama Kota Tebing Tinggi, dilakukan tanggal 28 Mei 2008.

Hal ini disebabkan adanya penawaran harga yang lebih sedikit murah yang diberikan oleh pihak luar, atau dapat diambil contoh banyaknya penawaran terhadap pemenuhan barang-barang kebutuhan pokok anggota yang ditawarkan oleh pasar- pasar lainnya, seperti halnya minimarket dan pasar swalayan yang ada di Kota Tebing Tinggi.

Anggota koperasi tidak menggunakan jasa Warung serba ada (Waserba) yang telah disediakan oleh koperasi, yang menyebabkan barang-barang yang ada di Waserba tersebut lambat mengalami perputaran, yang akhirnya dapat mengurangi keuntungan koperasi dari sektor penyediaan barang-barang kebutuhan pokok anggotanya.

Dokumen terkait