• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PEMBERDAYAAN KOPERASI DI INDONESIA

A. Sejarah Terbentuknya Koperasi di Indonesia

PEMBERDAYAAN KOPERASI DI INDONESIA

A. Sejarah Terbentuknya Koperasi di Indonesia

Banyak literatur yang dengan sangat tegas menyatakan bahwa koperasi yang pertama berdiri adalah koperasi Rochdale, di negara Inggris dan tegas sekali dinyatakan bahwa koperasi Rochdale itu didirikan oleh Robert Owen. Tetapi, ada pula literatur yang mungkin untuk menghindari kesimpangsiuran memilih untuk tidak mengungkapkan apapun mengenai hal-hal tersebut.

Koperasi adalah institusi (lembaga) yang tumbuh atas dasar solidaritas tradisional dan kerjasama antar individu, yang pernah berkembang sejak awal sejarah manusia sampai pada awal “Revolusi Industri” di Eropa pada akhir abad 17 dan selama abad 18, sering disebut sebagai Koperasi Historis atau Koperasi Pra-industri. Koperasi modern didirikan pada akhir abad 18, terutama sebagai jawaban atas masalah-masalah sosial yang timbul selama tahap awal Revolusi Industri.33

Timbulnya koperasi terutama disebabkan antara lain karena kesulitan dalam mencukupi kebutuhan hidup. Selain itu terjadi persaingan yang ketat dalam bidang ekonomi, ketidakpuasan kerja dan lain-lain kesukaran ekonomi, yang mengakibatkan timbulnya naluri untuk saling bersama-sama bersatu untuk dapat mencari jalan keluar

33

Ninik Widiyanti dan Y.W. Sunindhia, “Koperasi dan Perekonomian Indonesia”, Cetakan Keempat, (Jakarta: Rineka Cipta dan Bina Adiakarsa, 2003), hal. 17.

untuk mengatasinya, di antara orang-orang yang sama-sama senasib. Ini sekaligus menunjukkan pula bahwa selain sifat sosial dan sifat kebersamaan, motif ekonomi merupakan motif utama di dalam berkoperasi.

Tidaklah naif jika memandang bahwa koperasi itu harus dikelola berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi yang murni dalam menjalankan fungsinya sebagai badan usaha yang eksis di era globalisasi ekonomi sekarang ini, oleh karena itu, organisasi badan usaha koperasi tidak berbeda dalam menjalankan fungsinya dan kedudukannya dengan badan-badan usaha lain dalam hal menerapkan prinsip-prinsip ekonomi secara murni dalam menjalankan fungsi sosialnya secara modern.34

Revolusi industri dimulai bukan pada saat terjadi penemuan mesin industri pertama kali, yaitu mesin pintal oleh R. Hargreaves pada tahun 1764, melainkan telah dimulai dalam bentuk pemikiran-pemikiran yang mendalam dan kegiatan-kegiatan ilmiah di bidang teknik dan perekonomian yang dilakukan dalam abad ke-16 dan 17.

Pemikiran-pemikiran ekonomi tersebut, termasuk ide dasar berkoperasi yang pertama kali dicetuskan dalam bentuk pamflet pada tahun 1759 di Inggris, yang mencetuskan ide tersebut adalah seorang keturunan Belanda, yakni Pieter Corneliszoon Olockboy berjudul Self Supporting Colony dan seorang Inggris bernama John Beller dengan judul Society of Friends. Pamflet berisi anjuran dan ajakan untuk menyatukan konsumen dan petani dalam satu perkumpulan dengan rasa secara sukarela, berasaskan demokrasi, dengan persamaan derajat, self-help, dan

34

mutual aid, tujuannya yang utama waktu itu adalah untuk meniadakan tengkulak. Pemikiran inilah yang merupakan benih untuk mewujudkan sebuah koperasi.35

Dari pemahaman bahwa revolusi industri di Inggris itu telah dimulai jauh sebelum ditemukannya mesin industri pertama kali, maka dapat diterima sebagai kenyataan, sama halnya dengan saat lahirnya koperasi untuk pertama kali yang disebabkan oleh bergulirnya Revolusi Industri di Inggris.

Selanjutnya sejarah awal koperasi di Indonesia yaitu pada masa kolonial Belanda, tercatat dua orang Belanda yang turut memikirkan nasib penderitaan rakyat Hindia Belanda, yaitu E. Sieduburgh (Kepala Daerah Purwokerto) dan penggantinya, de Wold van Westerrede. Kedua orang Belanda ini banyak kaitannya dengan perintisan berdirinya koperasi pertama di Indonesia, yaitu di Purwokerto.36

Orang pribumi Indonesia pertama yang jelas tercatat dalam sejarah perintisan koperasi di Indonesia adalah Raden Aria Wiria Atmaja, seorang pegawai negeri di Purwokerto yang tergugah untuk memperbaiki kondisi para pegawai negeri yang kebanyakan terlilit utang dari rentenir. Untuk itu pada tahun 1886, dengan didorong oleh E. Siedeburgh, Raden Aria Wiria Atmadja mendirikan Hulp en Spaarbank (Bank Bantuan dan Tabungan). Untuk menjalankan bank itu, awalnya didayagunakan uang dana mesjid, dan selanjutnya berhasil mengumpulkan sendiri dana sebesar 4.000 Gulden sebagai modal kerja.37

35 Ibid, hal. 27. 36 Ibid., hal. 39. 37 Ibid., hal. 39-40.

Dua tahun berikutnya, 1888, E. Siedeburgh digantikan oleh De Wolf van Westerrede, yang telah lama mengharapkan terbentuknya koperasi simpan pinjam untuk menolong para petani.

Menurut De Wolf, “kebiasaan-kebiasaan yang telah mendarah daging pada para petani di Hindia Belanda, yaitu gotong royong dan kerja sama, merupakan dasar yang paling baik untuk berdiri suburnya koperasi”.38

Langkah pertama yang dilakukannya adalah mendukung penuh keberadaan Hulp en Spaarbank-nya Raden Aria Wiria Atmadja yang sudah jelas mengandung unsur-unsur perkoperasian dan telah memberikan banyak manfaat, meskipun baru pada lingkungan pegawai negeri (Priyayi).

De Wolf menganjurkan dan mendukung untuk memperluas usaha Hulp en Spaarbank dan menyerasikan untuk memperluas usaha Hulp en Spaar en Landbouw credietbank (Bank Bantuan, Tabungan, dan Kredit Pertanian Purwokerto), sehingga dapat juga membantu para petani secara langsung.

De Wolf berhasil mendirikan 250 buah lumbung desa sebagai badan untuk meminjamkan kepada rakyat. Lumbung ini diurus oleh komisi yang terdiri dari Kepala Desa, Juru Tulis Desa, dan Penghulung Kampung. Untuk lebih mewujudkan harapan besarnya mendorong para petani Hindia Belanda. De Wolf menyempatkan diri belajar koperasi model Reiffesein langsung di Jerman. Pada tahun 1990, De Wolf diberi tugas khusus untuk membentuk modal Koperasi Kredit Desa. 39

38

Ibid., hal. 40. 39

Pada tahun 1908, berdirilah Perkumpulan Budi Utomo yang dipimpin oleh Budi Utomo dan Gunawan Mangunkusumo. Perkumpulan ini menganjurkan dan mencoba memajukan Koperasi Rumah Tangga.

Tahun 1912, berdiri pula Serikat Dagang Islam oleh H. Samanhudi yang bertujuan untuk memperkuat posisi pedagang Pribumi terhadap pedagang Tionghoa dengan cara mendirikan toko-toko koperasi.40

Ketiga generasi awal koperasi pertama di Indonesia (Hindia Belanda) tersebut tidak dapat dikatakan berhasil sebagai suatu usaha koperasi karena memang sosialisasi asas-asas dan prinsip koperasi pada saat itu sangat kurang. Tetapi, ketiganya merupakan benih awal keberadaan koperasi yang tercatat di Indonesia.

Kepedulian pemerintah terhadap keberadaan koperasi nampak jelas dengan membentuk lembaga yang secara khusus menangani pembinaan dan pengembangan koperasi. Secara kelembagaan pembinaan koperasi dibagi dalam tiga periode yakni, periode sebelum kemerdekaan, periode sesudah kemerdekaan dan periode tahun 1966 sampai dengan tahun 2006.

1. Periode Sebelum Kemerdekaan

Pada tahun 1930, Pemerintah Hindia Belanda membentuk Jawatan Koperasi yang keberadaannya berada di bawah Departemen Dalam Negeri dan diberi tugas untuk melakukan pendaftaran dan pengesahan koperasi. Tugas inilah sebelumnya dilakukan oleh Notaris. Lalu pada tahun 1935, Jawatan Koperasi dipindahkan ke

40

Departemen Economische Zaken, dimasukkan dalam usaha hukum (Bafdeeling Algemene Economische Aanglegenheden). Pimpinan Jawatan Koperasi diangkat menjadi Penasehat.

Pada tahun 1939 jawatan Koperasi dipisahkan dari Afdeeling Algemeene Aanglegenheden ke Departemen Perdagangan Dalam Negeri menjadi Afdeeling Coperatie en Binnenlandsche Handel. Tugasnya tidak hanya memberi bimbingan dan penerangan tentang koperasi tetapi meliputi perdagangan untuk Bumi Putra. Kemudian, pada tahun 1942 akibat penduduk Jepang Jawatan Koperasi dirubah menjadi Syomin Kumiai Tyuo Djimusyo dan Kantor di daerah diberi nama Syomin Kumiai Sjimusyo. Pada masa akhir periode ini yakni pada tahun 1944, Jepang mendirikan Jumin Keizaikyo (Kantor Perekonomian Rakyat) Urusan Koperasi menjadi bagiannya dengan nama Kumaika, tugasnya adalah mengurus segala aspek yang bersangkutan dengan koperasi.

2. Periode Setelah Kemerdekaan

Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya, pada tahun 1945 Koperasi masuk dalam tugas Jawatan Koperasi serta Perdagangan Dalam Negeri di bawah Kementerian Kemakmuran. Setahun kemudian, yakni pada tahun 1946, urusan perdagangan dalam negeri dimasukkan pada Jawatan Perdagangan, sedangkan Jawatan Koperasi berdiri sendiri mengurus soal koperasi.

Pada masa tahun 1947 hingga 1948, Jawatan Koperasi di bawah pimpinan R. Suria Atmadja mencatat peristiwa yang cukup penting, yaitu Gerakan Koperasi

mengadakan Kongres di Tasikmalaya dan hasil Kongres menetapkan bahwa tanggal 12 Juli dinyatakan sebagai Hari Koperasi.41 Pada tahun 1960, perkoperasian di Indonesia dikelola oleh Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa (Transkopemada), di bawah pimpinan seorang Menteri. Kemudian di tahun 1963 Transkopemada diubah menjadi Departemen Koperasi. Pada tahun 1964, Departemen Koperasi diubah menjadi Departemen Transmigrasi dan Koperasi.

3. Periode Tahun 1966-2006

Pada tahun 1966 Departemen Koperasi kembali berdiri sendiri. Namun di tahun yang sama, Departemen Koperasi dirubah menjadi Kementerian Perdagangan dan Koperasi di bawah pimpinan Sumitro Djojohadikusumo. Setahun kemudian yakni pada tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian pada tanggal 18 Desember 1967. Koperasi masuk dalam jajaran Departemen Dalam Negeri dengan status Direktorat Jenderal.

Pada tahun 1968, kedudukan Direktorat Jenderal Koperasi dilepas dari Departemen Dalam Negeri, digabungkan ke dalam jajaran Departemen Transmigrasi dan Koperasi. Namun, pada tahun 1974, Direktorat Jenderal Koperasi kembali mengalami perubahan yaitu digabung ke dalam jajaran Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi. Di tahun 1978, Direktorat Jenderal Koperasi masuk

41

Rasyid Yusuf, Nyoman Suprastha dan Widayatmoko, “Ekonomi Koperasi”, Cetakan Kedua, (Jakarta: Yayasan Mpu Ajar Artha, 2000), hal. 17.

dalam Departemen Perdagangan dan Koperasi. Untuk memperkuat kedudukan koperasi dibentuk pula Menteri Muda Urusan Koperasi.

Pada tahun 1992 pemerintah memberlakukan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, selanjutnya mencabut dan tidak berlakunya lagi Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian. Setahun kemudian pada tahun 1993, berdasarkan Keputusan Presiden No. 96 Tahun 1993 tentang Kabinet Pembangunan VI dan Keppres Nomor 58 Tahun 1993, telah terjadi perubahan nama Departemen Koperasi menjadi Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil.

Pada tahun 1998 berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 1998, tanggal 14 Maret 1998, dan Keppres Nomor. 102 Tahun 1998 telah terjadi penyempurnaan nama Departemen Koperasi dan Pembinaan Penguasaha Kecil menjadi Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil, hal ini merupakan penyempurnaan yang kritis dan strategis karena kesiapan untuk melaksanakan reformasi ekonomi dan keuangan dalam mengatasi masa krisis saat itu serta menyiapkan landasan yang kokoh, kuat bagi Koperasi dan Penguasaha Kecil dalam memasuki persaingan bebas/era globalisasi yang penuh tantangan.42

Pada tahun 1999, melalui Keppres Nomor 134 Tahun 1999 tanggal 10 November 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata

42

Pandji Anoraga, “Sejarah Kelembagaan Koperasi”, diakses di http:\\www.depkop.go.id, Jum’at, 23 Mei 2008.

Kerja Menteri Negara, maka Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil diubah menjadi Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah.

Kemudian pada tahun 2001, melalui Keppres Nomor 101 Tahun 2001 tanggal 13 September 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara, maka dikukuhkan kembali Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dan menetapkan bahwa:

a) Berdasarkan Keppres Nomor 103 Tahun 2001 tanggal 13 September 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Non Pemerintah, maka Badan Pengembangan Sumber Daya Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah dibubarkan.

b) Melalui Keppres Nomor 108 Tahun 2001 tanggal 10 Oktober 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Menteri Negara, maka Menteri Negara Koperasi dan UKM ditetapkan membawahi Setmeneg, Tujuh Deputi, dan Lima Staf Ahli. Kebijakan ini belum mengalami perubahan sampai awal tahun 2006.43

Dokumen terkait