• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI DALAM

B. Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan

Pelaksanaan Pemberdayaan Koperasi Pegawai Negeri Departemen Agama Kota Tebing Tinggi

Penyelesaian permasalahan perkoperasian dewasa ini, peningkatan kualitas kelembagaan koperasi merupakan suatu upaya yang harus dengan segera dilaksanakan, agar perkoperasian Indonesia dapat bersaing bukan hanya di pasar dalam negeri akan tetapi juga dapat bersaing dengan pasar di luar negeri.

Hal ini tidak sesuai dengan peningkatan kuantitas/jumlah koperasi yang ada di Indonesia, Wayan Suarja A.R menyatakan:

Sampai dengan pertengahan tahun 2006, jumlah koperasi mencapai 123 ribu unit, dengan jumlah anggota sebanyak 27,3 juta orang. Meskipun jumlahnya cukup besar dan terus meningkat, kinerja koperasi masih jauh dari yang diharapkan. Sebagai contoh, jumlah koperasi yang aktif pada tahun 2005 adalah sebanyak 93,8 ribu unit atau hanya sekitar 76% dari koperasi yang ada.

Di antara koperasi yang aktif tersebut hanya 44,7 ribu koperasi atau kurang dari 48% yang menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan (RAT), salah satu perangkat organisasi yang merupakan lembaga (forum) pengambilan keputusan tertinggi dalam organisasi koperasi. Selain itu, secara rata-rata baru 27% koperasi aktif yang mempunyai manajer koperasi.99

Peningkatan kualitas lembaga koperasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi agar koperasi mampu tumbuh dan berkembang secara sehat, sesuai dengan jati dirinya menjadi wadah kepentingan bersama bagi anggotanya untuk memperoleh efisiensi kolektif, sehingga citra koperasi menjadi semakin baik. Dengan demikian diharapkan kelembagaan dan organisasi koperasi, baik primer maupun sekunder akan tertata dan berfungsi dengan baik, infrastruktur pendukung pengembangan koperasi semakin lengkap dan berkualitas, lembaga gerakan koperasi semakin berfungsi efektif dan mandiri, serta praktik berkoperasi yang baik (best practice) semakin berkembang di kalangan masyarakat luas.

Keberhasilan usaha koperasi di Indonesia biasanya bergantung pada dua hal: Pertama, program pemerintah karena koperasi sering dijadikan “kepanjangan” tangan pemerintah dalam mengatur sendiri perekonomian. Kedua, keinginan pemenuhan kebutuhan anggota, jadi koperasi seringkali dipakai sebagai alat pemenuhan kebutuhan anggota yang biasanya juga berkaitan dengan program yang telah dicanangkan pemerintah.100

Menurut Wayan Suarja A.R Kegiatan-kegiatan pokok dalam peningkatan kualitas kelembagaan koperasi ini antara lain mencakup:

99

Wayan Suarja A.R, Op. Cit, hal. 21. 100

1. Penyempurnaan undang-undang tentang koperasi beserta peraturan pelaksanaannya;

2. Peninjauan dan penyempurnaan terhadap berbagai peraturan perundangan lainnya yang kurang kondusif bagi koperasi;

3. Koordinasi dan pemberian dukungan dalam rangka penyempurnaan kurikulum pendidikan perkoperasian di sekolah-sekolah;

4. Penyuluhan perkoperasian kepada masyarakat luas yang disertai dengan pemasyarakatan contoh-contoh koperasi sukses yang dikelola sesuai dengan nilai- nilai dan prinsip-prinsip koperasi;

5. Peningkatan kualitas administrasi dan pengawasan pemberian badan hukum koperasi;

6. Pemberian dukungan untuk membantu perkuatan dan kemandirian lembaga gerakan koperasi;

7. Pemberian dukungan dan kemudahan kepada gerakan koperasi untuk melakukan penataan dan perkuatan organisasi serta modernisasi manajemen koperasi primer dan sekunder untuk meningkatkan pelayanan anggota;

8. Pemberian dukungan dan kemudahan untuk pengembangan infrastruktur pendukung pengembangan koperasi di bidang pendidikan dan pelatihan, penyuluhan, penelitian dan pengembangan, keuangan dan pembiayaan, teknologi, informasi, promosi, dan pemasaran;

9. Pengembangan sisten pendidikan, pelatihan dan penyuluhan perkoperasian bagi anggota dan pengelola koperasi, calon anggota dan kader koperasi, terutama untuk menanamkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi dalam kehidupan koperasi, yang mengatur secara jelas adanya pembagian tugas dan tanggung jawab antara pemerintah dan gerakan koperasi;

10. Penyediaan insentif dan fasilitasi dalam rangka pengembangan jaringan kerjasama usaha antar koperasi;

11. Peningkatan kemampuan aparat di pusat dan daerah dalam melakukan penilaian dampak regulasi, kebijakan, dan program pembangunan koperasi; dan

12. Peningkatan kualitas penyelenggaraan koordinasi dalam perencanaan, pengendalian, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program pemberdayaan koperasi dengan partisipasi aktif para pelaku dan instansi terkait.101

Faktor yang mempengaruhi daya saing suatu usaha termasuk koperasi dan Usaha, Kecil, dan Menengah (UKM) adalah faktor internal dan eksternal suatu perusahaan, baik yang dapat diubah maupun tidak dapat diubah oleh seseorang.

101

Faktor-faktor yang tidak dapat diubah saat ini, barangkali di masa depan akan dapat dipecahkan yaitu:

Faktor internal yang dapat diubah adalah:

1. Pengetahuan dan kemampuan manajer dan pengusaha tentang teknologi, pemasaran, manajemen, dan lain-lain, serta

2. Kemampuan membuat perencanaan dan investasi untuk jangka panjang. Adapun faktor internal yang tidak dapat diubah adalah cakupan dan skala ekonomi atau economics of scope and economies of scale. UKM harus menyadari besarannya, kalau tidak, maka faktor ini akan mengurangi daya saingnya dibandingkan dengan usaha besar.

Faktor eksternal yang dapat diubah yang dapat diidentifikasi antara lain: 1. Harga dan kualitas dari faktor produksi (termasuk tanah dan iklim) serta

input antara merupakan faktor penting karena menentukan keunggulan komparatif untuk berbagai subsektor.

2. Faktor yang berkaitan dengan nomor (a) diatas, yaitu keterandalan faktor- faktor produksi dan sumber daya input lainnya seperti listrik, air, gas dan yang lainnya.

3. Faktor yang juga berkaitan dengan nomor (a) yaitu menyangkut biaya kredit. Kalau biaya kredit lebih mahal dari biaya social kredit, misalnya karena sebagian besar kredit berasal dari pelepas uang (money lenders), maka secara otomatis akan menurunkan daya saing UKM;

4. Faktor lain yang juga menentukan daya saing UKM adalah ketersediaan input pelengkap, jasa-jasa dan pembeli lokal, khususnya dalam mendukung aglomerasi ekonomi. Kalau faktor-faktor pelengkap ini tidak ada, maka data saing UKM akan rendah;

5. Faktor dukungan jasa infrastruktur oleh pemerintah. Ketersediaan jasa infrastruktur seperti jalan yang buruk kualitasnya, jasa pelabuhan untuk pengiriman barang dengan biaya tinggi, keterbatasan ketersediaan air bersih dan lainnya akan memperburuk atau mengurangi daya saing UKM; 6. Faktor promosi juga sangat penting untuk mengangkat daya saing. Selama

ini UKM kurang memperhatikan skala ekonomi dalam melakukan advertensi baik melalui media TV, radio ataupun media cetak. Hal ini dapat berakibat buruk pada daya saing UKM itu sendiri.

7. Faktor lain adalah keberadaan pembeli produk-produk UKM dan koperasi yang saling berkompetisi satu sama lain. Kalau pembeli produk-produk UKM/koperasi memiliki kekuatan monopsoni atau oligopsoni, hal ini akan merugikan mereka. Salah satu solusinya barangkali perlu mengembangkan koperasi sekunder untuk memasarkan produk UKM dan koperasi.

8. Praktek perdagangan illegal oleh perusahaan besar dan terkadang praktek perdagangan legal di Indoensia, tetapi ilegal di negara lain juga dapat

merusak daya saing UKM. Salah satu praktek yang terjadi adalah kolusi untuk menentukan beli produk UKM yang sangat rendah oleh perusahaan besar.

9. Biaya transaksi yang tinggi juga menentukan daya saing UKM khususnya yang melakukan kemitraan dengan besar. Sering sekali perusahaan besar tidak mengindahkan kontrak yang telah disepakati diawal transaksi. Karena penegakan hukum yang lemah, akibatnya si kecil akan tertekan dan biasanya posisinya selalu kalah.

10.Pengaruh otonomisasi yang ditandai dengan adanya Peraturan Daerah yang sering justru menghambat berkembangnya UKM di daerah. Perda- perda ini justru semakin marak dan bahkan terkadang tidak disadari oleh aparat daerah memberi dampak negatif bagi berkembangnya UKM di masing-masing daerah.

11.Adanya pungutan resmi dan tidak resmi (pungli) juga menjadi beban bagi berkembangnya UKM. Pungutan liar (pungli) menjadi beban hampir di semua sektor usaha.

12.Disebagian besar subsektor, pesaing sering terlibat dalam praktek-praktek bisni yang tidak legal untuk meningkatkan daya saingnya, seperti pembayaran pajak impor dan ekspor dibawah tangan, demikian juga untuk PPN dan PPH, perolehan sumber daya alam secara ilegal seperti kayu dibeli secara illegal atau penyampaian impor dan ekspor yang tidak transparan (tidak jujur).

13.Terkadang adanya diskriminasi bisnis berdasarkan atas ras, suku, agama dan lain-lain.

14.Secara umum, UKM secara individu tidak mampu membiayai penelitian dan pengembangan. Oleh karena itu, dengan pembiayaan penelitian dan pengembangan secara kolektif akan mampu meningkatkan daya saing UKM tersebut.

Sebaliknya, faktor eksternal yang tidak dapat diubah yang mempengaruhi daya saing UKM adalah biaya modal di pasar tingkat suku bunga bagi UKM biasanya lebih besar dapat bagi usaha besar kalau kreditnya lebih kecil. Hal ini terjadi karena biaya tetap untuk memperoleh, mengadministrasikan, dan mengawasi pinjaman merupakan persentase nilai mereka pinjaman cenderung menurun sejalan dengan meningkatnya nilai kredit yang dipinjam.102

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mangatasi hambatan dalam pemberdayaan koperasi dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian pula yaitu upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dari dalam (internal) anggota koperasi dan upaya yang

102

dilakukan untuk mengatasi hambatan dari luar (external) anggota koperasi, yang mana upaya-upaya tersebut telah dilakukan pengurus koperasi untuk mengatasi hambatan terhadap pelaksanaan pemberdayaan Koperasi Pegawai Republik Indonesia Departemen Agama Kota Tebing Tinggi.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dari dalam (internal) anggota koperasi antara lain, yaitu:

1. Memberikan penyuluhan yang lebih intensif kepada anggota koperasi tentang perkoperasian.

Upaya yang dilakukan oleh pengurus koperasi terhadap pemberian penyuluhan kepada anggotanya, selain bekerja sama dengan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Tebing Tinggi juga dilakukan dengan mengadakan pertemuan antar anggota yang dilaksanakan setiap akhir bulannya dan bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar anggota dan pengurus, sehingga dapat terjalin hubungan yang harmonis antar sesama anggota dan pengurus.

Dengan adanya pertemuan ini diharapkan memberikan masukan-masukan tentang perkoperasian, kewirausahaan dan peluang-peluang usaha lainnya kepada anggotanya. Adapun pendekatan-pendekatan yang dilakukan pengurus kepada anggotanya dilakukan secara persuasif, yang maksudnya adalah pendekatan yang dilakukan pengurus tersebut lebih dititikberatkan kepada pemberian pengarahan- pengarahan yang akan membuka pola pikir anggota koperasi tentang perkoperasian, maupun dalam bidang kewirausahaan.

Selain itu pula, pengurus koperasi mengundang pihak-pihak terkait bukan hanya di bidang perkoperasian, akan tetapi juga orang-orang yang memiliki kompetensi di bidang kewirausahaan untuk memberikan pengarahan. Dengan cara memberikan ceramah-ceramah di bidang perkoperasian dan bidang usaha yang memiliki prospek yang cerah, dan bidang usaha yang sedang berkembang dewasa ini.103

2. Memberikan penghargaan kepada anggota koperasi yang mengunakan program- program pemberdayaan yang telah disediakan oleh koperasi.

Seperti yang telah disebutkan di atas, program-program pemberdayaan yang telah disediakan oleh koperasi, antara lain pinjaman kepada anggota, penyediaan barang-barang kebutuhan pokok, usaha pertokoan, dan lain sebagainya.

Karena masih adanya anggota koperasi yang tidak mengunakan program-program pemberdayaan tersebut, maka pengurus koperasi mengadakan suatu kebijakan bagi anggota koperasi yang menggunakan program-program pemberdayaan yang telah disediakan tersebut dengan memberikan penghargaan kepada anggotanya. Adapun bentuk penghargaan tersebut antara lain:

a. Memberikan souvenir kepada anggota koperasi yang melakukan transaksi di atas Rp.300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) di Warung Serba Ada (Waserba); b. Memberikan potongan bunga pinjaman sebesar 1% dari pinjaman di atas

Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) dengan jangka waktu pinjaman 20 bulan; c. Memberikan penghargaan anggota koperasi terbaik setiap bulannya, kepada

anggota koperasi yang menitipkan hasil produksinya dengan transaksi produk tersebut yang terbesar.104

103

Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Lubis, Ketua Koperasi Pegawai Negeri Departemen Agama Kota Tebing Tinggi. dilakukan tanggal 28 Mei 2008.

104 Ibid.

3. Mengadakan pengawasan terhadap kegiatan usaha anggota koperasi yang menggunakan pinjaman dari koperasi.105

Pengawasan yang dilakukan Badan Pengawas Koperasi untuk mengawasi penggunaan keuangan koperasi yang dilakukan anggota terhadap usahanya. Adapun pengawasan yang dilakukan badan pengawas koperasi, meliputi penyesuaian kegiatan usaha yang dilakukan oleh anggota, dan penggunaan keuangan koperasi yang dipinjam oleh anggota.106

Adapun pengawasan tersebut dilakukan setiap bulannya sebanyak 2(dua) kali, pada minggu pertama dan minggu ketiga setiap bulannya. Yang mana badan pengawas melakukan pengawasan dengan mendatangi anggota koperasi dan unit usaha mikro, kecil, dan menengah yang berada disekitaran Koperasi, dengan cara melihat langsung proses produksi, dan pembukuan dari anggota dan non anggota koperasi yang mengadakan pinjaman kepada koperasi.

Dengan pengawasan ini diharapkan penggunaan keuangan koperasi dapat dilakukan dengan tepat guna, tanpa adanya penyelewengan-penyelewengan keuangan yang dilakukan oleh anggota maupun non anggota koperasi yang mengadakan pinjaman kepada koperasi, dan pengembalian pinjaman dapat dikembalikan tepat pada waktunya.

105

Hasil wawancara dengan Abdul Halim Lubis, Ketua Koperasi Pegawai Negeri Departemen Agama Kota Tebing Tinggi, dilakukan tanggal 28 Mei 2008.

106

Hasil wawancara dengan Hamdani, Ketua Badan Pengawas Koperasi Pegawai Negeri Departemen Agama Kota Tebing Tinggi, dilakukan tanggal 28 Mei 2008.

Hasil dari pengawasan Badan Pengawas Koperasi ini akan disampaikan pada Rapat Akhir Tahun (RAT) dan hasil pengawasan Badan Pengawas tersebut dapat dijadikan rujukan bagi pemberian pinjaman kepada anggota dan non anggota koperasi di kemudian hari.

Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dari luar (external) anggota koperasi, yaitu mengupayakan pemberian harga yang sama dengan harga pasaran terhadap barang yang ditawarkan dan memberikan kemudahan- kemudahan lainnya kepada anggota koperasi terhadap kepemilikan barang yang ditawarkan tersebut, sehingga anggota koperasi lebih sering menggunakan jasa-jasa dan barang-barang yang telah ditawarkan oleh koperasi.

Adapun upaya di atas tersebut dilakukan pengurus koperasi dengan selalu memperhatikan harga pasar yang berlaku di Tebing Tinggi, dan memberikan penyuluhan harga yang akan ditawarkan oleh anggota koperasi terhadap barang produksinya, agar barang produksi anggota koperasi dapat bersaing di pasaran.

Sedangkan upaya lain yang dilakukan oleh pengurus untuk menambah minat anggota koperasi menggunakan jasa-jasa yang ditawarkan koperasi adalah memberikan kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan pokok anggotanya dengan mengadakan program pengiriman barang kebutuhan pokok yang disediakan Waserba langsung ke rumah-rumah konsumennya, dengan program ini anggota koperasi dapat membeli langsung kebutuhan pokoknya dan dapat memesan melalui nomor telepon Waserba, yang kemudian langsung diantarkan ke rumah pemesan tersebut. Hal ini

lebih memberikan kemudahan kepada anggota koperasi dalam hal belanja kebutuhan pokoknya.107

Selain itu pula dalam hal pembayaran setelah pembelian barang-barang kebutuhan pokok tersebut, pengurus koperasi mempunyai kebijakan terhadap anggotannya yaitu dapat membayarkan langsung, dan sedangkan apabila akan dibayarkan di kemudian hari anggota koperasi terebut juga bisa hanya membubuhkan tanda tangannya dan Nomor Induk Kepegawaian, yang pada akhirnya akan dilakukan pemotongan gaji pada bulan berikutnya. Hal ini dapat memudahkan anggota koperasi yang tidak memiliki uang tunai (cash flow) untuk pemenuhan kebutuhan sehari- harinya.108

Dari semua upaya yang dilakukan oleh pengurus koperasi tersebut diharapkan semua pogram pemberdayaan koperasi tersebut dapat berjalan sesuai dengan program-program pemberdayaan yang telah dilakukan oleh Koperasi Pegawai Republik Indonesia Departemen Agama Kota Tebing Tinggi.

107

Hasil wawancara dengan H. Abdul Halim Lubis, Ketua Koperasi Pegawai Negeri Departemen Agama Kota Tebing Tinggi. dilakukan tanggal 28 Mei 2008.

108 Ibid.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait