• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan Penyelenggaraan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi Penelitian

B. Deskripsi Temuan Penelitian

3. Hambatan Penyelenggaraan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, terdapat beberapa hambatan dalam penyelenggaraan program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar, antara lain:

commit to user

a. Belum dapat mengadopsi/ mengadaptasi kurikulum internasional

Penyelenggaraan program RSBI dan/ atau SBI memiliki instrumental input ideal berupa kurikulum yang diperkaya agar memenuhi standar isi SNP plus kurikulum bertaraf internasional yang diperoleh dari berbagai sekolah baik dari dalam dan luar negeri dengan reputasi internasional. Penyelenggaraan program Rintisan sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar telah berjalan kurang lebih selama tiga tahun tetapi kurikulum yang digunakan belum dapat mengadopsi dan/ atau mengadaptasi kurikulum dari sekolah negara-negara OECD maupun negara maju yang memiliki prestasi dalam bidang kependidikan. Sebagaimana yang diungkap oleh PJP RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar,

Sebenarnya untuk kurikulum itu sama dengan sekolah-sekolah yang ada di Indonesia yaitu dengan menggunakan KTSP tetapi karena SMA Negeri 1 Karanganyar telah RSBI maka terdapat plus nya, plus nya adalah seperti yang tercantum dalam Permendiknas No. 78 bahwa RSBI/ SBI harus mengadopsi dan/ atau adaptasi kurikulum negara-negara OECD atau negara maju lainnya tetapi untuk jangka waktu dekat ini SMA Negeri 1 Karanganyar belum melaksanakan. Sebagai nilai plus nya kami tambahkan terlebih dahulu materi-materi SNMPTN dimana materi tersebut membekali para siswa untuk dapat diterima di Perguruan Tinggi Negeri sehingga target kami masih Nasional dulu karena melihat perekonomian masyarakat Karanganyar berbeda dengan masyarakat kota tetapi kami telah membangun kerja sama dengan lembaga-lembaga baik lokal maupun luar negeri untuk adaptasi dan/ atau adopsi kurikulum. (Field note Informan I, 11 April 2012). Oleh karena itu, dengan belum dapat terselenggaranya kurikulum internasional maka SMA Negeri 1 Karanganyar belum dapat menyelenggarakan program RSBI sesuai dengan ketentuan yang ada. b. Mayoritas kemampuan tenaga pendidik dan kependidikan dalam

berbahasa Inggris masih tergolong rendah

Penggunaan bilingual dalam proses pembelajaran merupakan salah satu ciri khas dari program RSBI. Oleh karena itu, SDM sekolah penyelenggara program RSBI diharapkan dapat memenuhi ketentuan

commit to user

tersebut. Akan tetapi, pada kenyataannya kondisi kompetensi guru dan tenaga kependidikan SMA Negeri 1 Karanganyar dalam menerapkan atau menggunakan bahasa Inggris tergolong masih rendah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan PJP RSBI,”... Kompetensi guru dan tenaga pendidik dalam berbahasa Inggris dalam PBM masih belum memenuhi...” (Field note Informan I, 11 April 2012). Selain itu, terdapat penuturan guru fisika yang memperkuat pernyataan diatas bahwa;

...Kendala guru dalam hal penggunaan billingual (bahasa Inggris)masih belum menguasainya kira-kira pelaksanaannya baru dapat 30%-40% dan baru bersifat bahasa komunikasi sederhana sebab ada rasa kurang kepercayaan diripada kami untuk melaksanakan billingual melihat penguasaan siswa dalam bahasa Inggris jauh lebih baik daripada kami sehingga kami masih dalam proses taraf belajar baik acara pengucapan dan lain-lain. (Field note Informan III, 24 April 2012).

Di sisi lain, siswa kelas X, XI, dan XII menyatakan hal yang sama bahwa pada umumnya penggunaan bahasa Inggris oleh Bapak/ Ibu guru belum dapat terlaksana dengan optimal. Seluruh siswa mengharapkan adanya peningkatan kompetensi Bapak/ Ibu guru agar proses pembelajaran program RSBI berjalan sesuai dengan ketentuan. c. Minimnya optimalisasi para tenaga pendidik dalam menggunakan sarana

prasarana pembelajaran

Kegiatan pembelajaran tidak selamanya berlangsung di dalam kelas karena terdapat beberapa mata pelajaran yang membutuhkan keterampilan praktek, terutama mata pelajaran IPA. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran para tenaga pendidik untuk dapat menggunakan fasilitas pembelajaran yang tersedia agar melalui kegiatan praktek tersebut siswa dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah didapat sehingga, mendapat gambaran yang jelas atas materi yang diperoleh.

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Karanganyar telah menyediakan ruang laboratorium bagi Bapak/ Ibu guru yang mengampu mata pelajaran IPA, meskipun keadaan ruang laboratorium masih sangat

commit to user

sederhana. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara dan observasi Bapak/ Ibu guru yang mengampu mata pelajaran IPA jarang menggunakan ruang laboratorium untuk kepentingan pembelajaran. Umumnya untuk kegiatan praktikum berlangsung di dalam kelas. Sebagaimana yang disampaikan siswa kelas X,”...masih minimnya penggunaan laboratorium dalam pembelajaran untuk mapel IPA...” (Field note, Informan V, 11 April 2012). Siswa kelas XII membenarkan kondisi tersebut bahwa”...ruangan laboratorium IPA masih belum nyaman dan optimalisasi belajar di laboratorium jarang baru sekali Saya masuk ke laboratorium selama PBM. Laboratorium baru digunakan ketika ujian praktek aja...” (Field note, Informan VI, 26 April 2012). d. Minimnya pengertian masyarakat (stakeholders) terhadap fase

pengembangan RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar

Saat ini penyelenggaraan program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar telah berjalan kurang lebih selama 3 tahun dengan demikian pelaksanaan RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar masih berada pada tahap pengembangan. Pada tahapan ini agenda sekolah penyelenggara program RSBI adalah melakukan pengembangan kemampuan SDM, pengembangan sarana prasarana, dan modernisasi manajemen serta kelembagaan. Akan tetapi, masyarakat memiliki perspektif yang lain terhadap SMA Negeri 1 Karanganyar.

Umumnya masyarakat memiliki ekspetasi yang tinggi terhadap kesempurnaan penyelenggaraan RSBI namun melihat kondisi RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar yang belum dapat berjalan sempurna mengakibatkan masyarakat (stakeholders) menuntut SMA Negeri 1 Karanganyar untuk segera menyelenggaraan RSBI yang sesuai dengan ketentuan. Berikut ini merupakan pandangan siswa kelas XII mengenai RSBI,” Awalnya saya berpikir RSBI itu proses belajar mengajarnya 50% menggunakan bahasa Inggris, menjunjung tinggi kedisiplinan dan fasilitas lengkap”. (Field note Informan VI, 26 April 2012). Selain itu menurut siswa kelas XI, ”Gambaran RSBI menurut saya adalah sekolah

commit to user

yang berstandar internasional sehingga tingkatannya melebihi sekolah nasional baik dari segi prestasi, pembelajarannya, sarana prasarana, dan lain-lain”. (Field note Informan VII, 29 April 2012).

Dengan demikian dapat diketahui bahwa umumnya siswa berpandangan sangat tinggi terhadap RSBI sehingga melihat kekurangan RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar menimbulkan rasa ketidakpuasan terhadap penyelenggaraan SBI di SMA Negeri 1 Karanganyar. Berkaitan dengan hal tersebut Wakasek Kurikulum menuturkan,

Kendala dalam penyelenggaraan RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar banyak terutama mengenai tuntutan masyarakat yang luar biasa terhadap sekolah kami setelah berstatuskan RSBI. Sesuatu hal yang tidak mudah bagi kami untuk memenuhi tuntutan masyarakat dalam waktu yang singkat karena kami masih bertatih-tatih untuk melakukan pengembangan baik SDM dan sarana prasarana sehingga tidak mengherankan bagi kami adanya slogan Rintihan Sekolah Bertaraf Internasional bukan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional... (Field note Informan II, 12 April 2012) e. Belum terpenuhinya sarana prasarana secara keseluruhan

Ketersediaan ruangan pembelajaran yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan suatu kewajiban bagi penyelenggara RSBI dan/ atau SBI. Akan tetapi, bagi SMA Negeri 1 Karanganyar hal tersebut belum dapat terpenuhi untuk tahun ini karena ruangan fasilitas penunjang pembelajaran masih dalam taraf pembangunan agar sesuai dengan set plan SMA Negeri 1 Karanganyar. PJP RSBI menyatakan,

Kendala yang dialami SMA Negeri 1 Karanganyar dalm menyelenggarakan RSBI adalah tuntutan mendirikan sekolah berkualitas yang awal sebelumnya belum ada gedung menjadi ada gedung, penyediaan tenaga pendidik dan kependidikan yang berkualitas padahal SMA Negeri 1 Karanganyar merupakan sekolah tertua di Karanganyar... (Field note Informan I, 11 April 2012)

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya rasa ketidaknyamanan siswa kelas XI yang mengungkapkan,”...Fasilitas perpustakaan sekolah sudah ada tapi belum begitu nyaman untuk ruangannya karena terlalu sempit

commit to user

dan gelap. Selain itu, ruangan yang belum ada untuk pembelajaran adalah ruang kelas untuk muatan lokal seperti seni tari dan musik yang biasanya dilakukan di aula...” (Field note, Informan VII 29 April 2012).

Selain itu, Wakasek Kurikulum juga menyatakan,”... Gedung-gedung masih bersifat ala kadarnya untuk laboratorium, perpustakaan, UKS, dan lain-lain tetapi untuk ruang kelas dan sarpras penunjang belajar dikelas sudah terpenuhi dengan baik”. (Field note, Informan II, 12 April 2012)

4. Upaya SMA Negeri 1 Karanganyar dalam mengatasi hambatan