• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Tentang Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

3. Tinjauan Tentang Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

a. Pengertian RSBI

Guna meningkatkan kualitas SDM, bangsa Indonesia telah mengupayakan penyediaan layanan pendidikan berkualitas dengan menyelenggarakan program Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang terlebih dahulu diawali oleh program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Dirjen Mendikdasmen (2009) menyatakan bahwa: “Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah sekolah nasional yang telah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP), menerapkan sistem kredit semester, dan dalam sistem pendidikan nasional Sekolah Bertaraf Internasional” (hlm. 10). Oleh karenanya, Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) merupakan suatu fase bagi sekolah untuk melaksanakan uji coba atau pembinaan awal menuju sekolah bertaraf internasional yang dilakukan secara bertahap dalam mencapai standar sekolah bertaraf internasional, sehingga RSBI bersifat sementara karena apabila selama masa uji coba atau pembinaan sekolah telah memenuhi kriteri sebagai Sekolah Bertaraf Internasional maka selanjutnya disebut dengan SBI (tidak lagi sebagai rintisan).

“Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan sekolah nasional dengan standar mutu Internasional yang proses pembelajarannya menekankan pada pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru” (Dian, 2010). Menurut Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009, “Sekolah Bertaraf Internasional

commit to user

(SBI) adalah sekolah yang sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang diperkaya dengan keunggulan mutu tertentu yang berasal dari negara anggota the Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) atau negara maju lainnya”. Jadi, SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi dan melaksanakan Standar Nasional Pendidikan (SNP), meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Selanjutnya aspek-aspek SNP tersebut diperkaya, diperkuat, dan dikembangkan melalui adaptasi atau adopsi standar pendidikan dari salah satu negara OECD dan/ atau negara maju lain yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, reputasi mutu yang diakui internasional, serta lulusan (output) berdaya saing internasional seperti Cambridge, IB, TOEFL/ TOEIC, UNESCO, ISO.

Berdasarkan pengertian di atas, maka konsep SBI dapat dirumuskan sebagai berikut: SBI = SNP + X yang berarti Sekolah Bertaraf Internasional merupakan sekolah yang telah melaksanakan dan memenuhi delapan aspek SNP sebagai indikator kinerja kunci minimal dan ditambah dengan (X), yaitu penambahan, pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman dari delapan unsur SNP sebagai indikator kinerja kunci tambahan yang berstandar internasional dari salah satu anggota OECD dan/ atau negara maju lainnya.

b. Karakteristik RSBI dan/ atau SBI

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan/ atau SBI harus memiliki karakteristik keunggulan yang ditunjukkan dengan pengakuan internasional terhadap masukan (input), proses, dan hasil (output) pendidikan yang berkualitas dan teruji dalam berbagai aspek. Pengakuan tersebut diperoleh melalui penggunaan standar pendidikan internasional dan mendapatkan sertifikat berpredikat baik dari salah satu

commit to user

negara anggota OECD dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

Tolak ukur karakteristik RSBI dan/ atau SBI adalah sekolah harus memenuhi delapan unsur pendidikan yang secara rinci dijabarkan dalam standar indikator-indikator kinerja kunci minimal sebagai jaminan mutu pendidikan telah berstandar nasional. Selain itu, sekolah harus mampu memenuhi indikator-indikator kinerja kunci tambahan sebagai nilai plusnya, yaitu indikator-indikator kinerja sekolah yang berstandar internasional dari salah satu negara OECD dan/ atau negara maju lainnya. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional, 2007 indikator kinerja kunci minimal dan kinerja kunci tambahan adalah sebagai berikut :

Indikator kinerja kunci minimal:

- Menerapkan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP); - Menerapkan sistem satuan kredit semester di SMA/ SMK/ MA; - Memenuhi Isi; dan

- Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.

Keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kerja kunci tambahan sebagai berikut:

- Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dimana setiap saat siswa dapat mengakses transkipnya masing-masing.

- Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

- Menerapkan standar kelulusan sekolah/ madrasah yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan.

Haryana (2007) menjelaskan bahwa karakteristik esensial dalam indikator kunci minimal sesuai dengan SNP dan indikator kunci tambahan (X) sebagai jaminan mutu pendidikan bertaraf internasional meliputi beberapa objek yakni: akreditasi, Kurikulum Standar Isi (ISI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), proses pembelajaran, penilaian, pendidik, kepala sekolah, sarana prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan (hlm. 159).

commit to user

c. Landasan Hukum Penyelenggaraan RSBI dan/ atau SBI

Penyelenggaraan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI dan/ atau SBI) merupakan suatu kebijakan pemerintah Indonesia yang berkekuatan hukum guna memperbaiki kualitas pendidikan nasional. Oleh karena itu, pedoman penyelenggaraan dan pengembangan program RSBI dan/ atau SBI berlandaskan atas beberapa peraturan perundangan dan kebijakan sebagai berikut :

1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 50 ayat 3 yang menyebutkan bahwa Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional.

2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 3) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

4) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 61 ayat (1) menyatakan bahwa: “Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasaar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional”.

5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (ISI).

6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 23 Tahun 2006 Standar Kelulusan (SKL).

7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 tahun 2006.

commit to user

8) Kebijakan Pokok Pembangunan Pendidikan Nasional dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009.

a) Pemerataan dan perluasan akses.

b) Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing. Salah satunya pembangunan sekolah bertaraf internasional untuk meningkatkan daya saing bangsa. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengembangkan SBI pada tingkat kabupaten/ kota melalui kerja sama yang konsisten antara pemerintah pusat dengan kabupaten/ kota yang bersangkutan untuk mengembangkan SD, SMP, SMA dan SMK yang bertaraf internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia.

c) Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Dari beberapa landasan hukum yang digunakan untuk penyeleggaraan dan pengembangan program RSBI dan/ atau SBI, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 merupakan landasan yang kuat untuk menyelenggrakan satuan pendidikan bertaraf internasional. Setiap kabupaten atau kota harus memiliki minimal sekolah SD/ MI, SMP/ MTs, SMA/ MA, dan SMK yang bertaraf internasional dan disesuaikan dengan pemerintah daerah masing-masing yang telah diberi otonomi daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan perundang-undangan.

d. Pelaksanaan Program RSBI

Sebagai suatu sistem pendidikan, setiap sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK) yang telah menyelenggarakan program RSBI dan/ atau SBI harus memenuhi berbagai komponen yang sekaligus menjadi sasaran untuk pencapaian tujuan pendidikan, yaitu terdiri dari komponen akreditasi, komponen kurikulum, komponen standar kompetensi lulusan, komponen pembelajaran, komponen penilaian, komponen tenaga pendidik dan kependidikan, komponen sarana dan prasarana, komponen

commit to user

pengelolaan, dan komponen pembiayaan. Pada praktek penyelenggaraannya seluruh komponen tersebut merupakan objek penjaminan mutu pendidikan.

Menurut Dirjen Mendikdasmen (2009) pelaksanaan program Rintisan SMA Bertaraf Internasional meliputi sebelas komponen sebagai berikut:

1) Akreditasi.

2) Pengembangan Kurikulum (KTSP). 3) Proses pembelajaran.

4) Peningkatan mutu penilaian.

5) Peningkatan mutu kompetensi lulusan.

6) Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. 7) Sarana dan prasarana pendidikan.

8) Pengelolaan. 9) Pembiayaan. 10) Kesiswaan.

11) Sosialisasi program Rintisan SMA Bertaraf Internasional. (hlm. 18)

Pengembangan Rintisan SMA Bertaraf Internasional Bertaraf Internasional (RSMABI) berdasarkan Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/ Madrasah Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dikeluarkanMenteri Pendidikan Nasional tanggal 27 Juli 2007 terdiri dari dua fase, yaitu fase rintisan dan fase kemandirian. Fase rintisan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengembangan (pendampingan) dan tahap konsolidasi. Tahap pengembangan (pendampingan) berlangsung selama 3 tahun mencakup pengembangan kemampuan SDM dan modernisasi manajemen serta kelembagaan. Tahap konsolidasi berlangsung selama 2 tahun, pada tahap ini sekolah diharapkan telah menemukan praktek-praktek yang baik (the best practices), inovasi, serta kreasi keunggulan yang mendukung pengembangan tahap berikutnya. Upaya ini dapat dilakukan melalui diskusi secara terbatas dalam lingkungan sekolah maupun diskusi secara luas melalui lokakarya atau seminar. Selain itu, sekolah diharapkan dapat menemukan kendala dan pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik selama fase rintisan.

commit to user

Fase kemandirian dimulai pada tahun keenam dimana SMA bertaraf internasional diharapkan telah dapat bersaing secara internasional yang ditunjukkan dengan kemampuan yang tangguh dalam kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pembiayaan, pengelolaan, serta kempemimpinan sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berdaya saing internasional. Dengan kata lain, sekolah bertaraf internasional telah memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengembangkan dirinya secara mandiri dan bersaing di forum internasional. Indikasi bahwa sekolah bertaraf internasional telah mencapai fase kemandirian antara lain (1) tumbuhnya prakarsa sendiri untuk memajukan sekolah bertaraf internasional, (2) kemampuan berpikir dan kesanggupan bertindak secara kreatif dalam penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional, (3) kemantapan sebagai sekolah bertaraf internasional untuk bersaing di forum internasional.

Berikut adalah uraian masing-masing komponen pada pelaksanaan program Rintisan SMA Bertaraf Internasional, antara lain: 1) Akreditasi

Mutu setiap sekolah bertaraf internasional dijamin dengan keberhasilan memperoleh akreditasi yang sangat baik dalam bentuk serifikat berpredikat A dari BAN S/M (Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah) dengan perolehan nilai minimal 95. Selain itu, terdapat pencapaian hasil akreditasi internasional dalam bidang pendidikan dari salah satu lembaga di negara maju.

2) Pengembangan Kurikulum (KTSP)

Pada tahap pendampingan, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada RSBI dan/ atau SBI disusun berdasarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan yang ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. RSBI dan/ atau SBI menggunakan kurikulum yang diperkaya dengan cara mengadopsi dan/ atau mengadaptasi kurikulum sekolah negara maju yang memiliki keunggulan dalam bidang

commit to user

pendidikan. Pengembangan kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, antara lain: alternatif pertama dengan mengembangkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator dari beberapa mata pelajaran yaitu Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Inggris dan mata pelajaran lainnya, sedangkan alternatif kedua adalah dengan mengembangkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tambahan, untuk dijadikan mata pelajaran tertentu. Cakupan serta kedalaman Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tersebut disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Idealnya, sekolah mampu mengembangkan SK, KD, dan SKL sesuai dengan standar yang ada dan berlaku di sekolah bertaraf internasional. Selain itu, pengayaan muatan kurikulum berbentuk sumber belajar, buku teks siswa, buku pegangan guru, student worksheet, dan bahan ajar elektronik (seperti; video cassette, compact disc, audio cassette dan digital video disc). Menerapkan sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta mengembangkan kesiapan sekolah dalam menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS).

Pada tahap konsolidasi sekolah melaksanakan dan meningkatkan kualitas hasil yang sudah dikembangkan pada tahap pengembangan. Oleh karena itu, hal terpenting dalam proses ini adalah melakukan refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan untuk keperluan penyempurnaan. Selain itu, melakukan realisasi program kemitraan dengan sekolah mitra dalam dan luar negeri serta lembaga sertifikasi pendidikan internasional.

3) Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran yang tercipta di RSBI dan/ atau SBI harus interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang sehingga dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Mutu proses pembelajaran ditingkatkan dengan menerapkan model-model

commit to user

pembelajaran yang telah berhasil diterapkan dengan baik pada sekolah unggulan dari negara maju yang didukung dengan penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada semua mata pelajaran serta menggunakan bahasa Inggris untuk kelompok sains dan matematika. Pengembangan berikutnya untuk mata pelajaran ekonomi pada jurusan IPS, selain itu setiap satuan pendidikan dapat menentukan mata pelajaran lain yang termasuk dalam pelayanan bertaraf internasional apabila sekolah memiliki sumber daya yang memenuhi kriteria mutu yang telah ditetapkan.

Adapun rincian tahapan pelaksanaan proses pembelajaran pada program RSMABI yang ideal adalah sebagai berikut :

a) Pendampingan Tahun I

(1) 20% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses SMA bertaraf internasional.

(2) 20% pembelajaran mata pelajaran dilakukan secara bilingual. (3) 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta didik, dan lingkungan sekolah.

(4) 20% pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/ atau berbasis TIK.

(5) Intensitas pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal 2 kali seminggu.

(6) 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa (student centered).

(7) 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem-based instruction)

b) Pendampingan Tahun II

(1) 50% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses.

commit to user

(3) 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi dan karakteristik peserta didik dan lingkungan sekolah .

(4) 50% pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/ atau berbasis TIK.

(5) Intensitas pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi sekali dalam seminggu.

(6) 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa (student centered).

(7) 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem-based learning).

c) Pendampingan Tahun III

Pada tahap ini sekolah sudah mempunyai perangkat pembelajaran sesuai dengan standar proses yang telah dikembangkan.

(1) 100% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses.

(2) 100% pembelajaran dilakukan secara bilingual .

(3) 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi dan karakteristik peserta didik dan lingkungan sekolah.

(4) 100% pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/ atau berbasis TIK .

(5) Intensitas pendampingan (In-house training)/IHT oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi sekali dalam sebulan.

(6) 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa (student centered).

(7) 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem-based learning).

commit to user

4) Peningkatan Mutu Penilaian

Penilaian pada program Rintisan SMA bertaraf internasional mencakup dua aspek, yakni penilaian hasil belajar dan penilaian program. Kedua jenis penilaian ini berfungsi sebagai strategi pengumpulan data dalam rangka pemantauan maupun pengambilan keputusan tentang siswa dan pelaksanaan program.

(a) Penilaian Hasil Belajar

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, rintisan SMA bertaraf internasional sebagai sekolah di Indonesia wajib mengikuti ketentuan standar penilaian yang berlaku secara nasional. Namun demikian karena rintisan SMA bertaraf internasional adalah sekaligus juga sekolah yang merujuk sekolah bertaraf internasional, maka sekolah harus memfasilitasi para siswa yang ingin mengikuti ujian internasional untuk mendapatkan ijazah / sertifikat internasional guna melanjutkan pendidikan di luar negeri.

(b) Penilaian Program

Penilaian program merupakan bagian integral dalam program rintisan SMA bertaraf internasional. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dengan proses dan hasil yang dicapai. Kegiatan penilaian ini meliputi kegiatan pemantauan (monitoring) dan evaluasi. Kegiatan monitoring dan evaluasi juga dilakukan oleh pihak eksternal seperti Depdiknas, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

5) Peningkatan Mutu Kompetensi Lulusan

Penetapan kompetensi lulusan RSBI dan/ atau SBI menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi daripada standar nasional pendidikan, meraih prestasi tingkat internasional pada bidang sains, matematika, teknologi, seni dan olahraga. Lulusan memperoleh

commit to user

pengakuan internasional dengan bukti mendapat sertifikat internasional, mampu mengembangkan logika dan imajinasi secara tertulis, menguasai penggunaan bahasa Inggris, serta menguasai teknologi informasi dan komunikasi sebagai modal dasar dalam berinteraksi dan berkolaaborasi dalam menghadapi kompetisi global. 6) Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) sekolah harus mengembangkan program peningkatan kompetensi guru melalui peningkatan kualifikasi pendidikan guru, minimal 30% guru berpendidikan S2/ S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A dengan program studi sesuai dengan mata pelajaran yang diampu dan diajarkan disekolah. Selain itu, kompetensi guru dalam pengelolaan sistem pembelajaran perlu ditingkatkan untuk menuju pada proses pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran pada sekolah unggul bertaraf internasional. Oleh karena itu, sekolah perlu mengembangkan kompetensi bahasa Inggris dan kompetensi pada bidang TIK terutama untuk kelompok guru sains dan matematika. Peningkatan mutu SDM dilakukan dengan melalui kegitan pelatihan dalam bentuk pemagangan, studi banding, workshop (on the job training atau off the job training) dan seminar yang diadakan oleh masing-masing sekolah atau bekerja sama dengan lembaga pendidikan di luar sekolah yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang relevan.

7) Sarana dan Prasarana Pendidikan

RSBI dan/ atau SBI secara bertahap harus memenuhi standar sarana dan prasarana agar dapat mendukung efektifitas proses pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran sekolah unggul di salah satu negara maju. Terdapat bebarapa pengembangan sarana dan prasarana, antara lain: pengembangan perpustakaan yang perlu dilengkapi dengan buku-buku pelajaran berbahasa Inggris, buku referansi, jurnal nasional dan internasional, buletin, koran, majalah, serta perangkat

commit to user

audio visual sehingga diharapkan dapat membantu mengasah otak, memperluas dan memperdalam pengetahuan, serta melahirkan kreatifitas. Ketersediaan laboratorium yang memadai dapat menunjang proses pembelajaran, seperti laboratorium fisika, biologi, dan kimia yang setiap sekolah bertaraf internasional harus memilikinya masing-masing minimal satu; laboratorium bahasa; laboratorium multimedia; laboratorium komputer yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa; dan laboratorium Ilmu Pengetahuan Sosial. Untuk pengembangan diri guru baik secara indivual maupun kelompok diperlukan Teacher Resource & Reference Centre guna membahas masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran, berlatih menggunakan alat, dan persiapan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Selanjutnya sekolah bertaraf internasional harus dilengkapi dengan sarana lainnya seperti ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, ruang BK, ruang OSIS dan ruang serba guna yang dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK. Selain itu juga dilengkapi dengan ruang UKS, kantin, ruang ibadah, WC, koperasi, ruang kesenian, gudang, lapangan upacara dan olahraga dalam jumlah yang memadai dan berfungsi dengan baik.

8) Pengelolaan

Pengelolaan RSBI dan/ atau SBI menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Kultur sekolah yang perlu mendapat perhatian adalah menegakkan disiplin, budaya baca, semangat kompetitif, kejujuran, sopan santun, budaya malu dan kekeluargaan. Untuk mendukung itu sekolah juga perlu menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif dengan lebih meningkatkan kebersihan, kerapian, keamanan, keindahan, dan kerindangan. Administrasi sekolah meliputi proses pembelajaran, kurikulum, ketenagaan, kesiswaan, sarana prasarana, dan keuangan, harus dilakukan secara tertib, rapi, efisien dan efektif. Pada usaha peningkatan mutu

commit to user

pengelolaan, sekolah mengembangkan jaringan kerja sama tingkat lokal, nasional, dan internasional dalam bentuk sister school. Untuk meningkatkan mutu prosedur pengelolaan secara bertahap, sekolah perlu mengusahakan untuk memperoleh sertifikat ISO 9001 versi 2000 dan ISO 14000.

9) Pembiayaan

Sumber pembiayaan RSBI dan/ atau SBI berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, “Biaya penyelenggaraan SBI berasal dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota, orang tua siswa, pihak asing yang tidak mengikat, Dunia usaha dan Dunia industri (DU/ DI)”. Pada tahap pendampingan dan konsolidasi pembiayaan program RSMABI masih menekankan pada subsidi dari pemerintah, baik pusat maupun daerah dengan penerapan sistem block grant.

10)Kesiswaan

Kualitas siswa di RSBI dan/ atau SBI harus diperhatikan sejak pada saat penerimaaan siswa baru sampai pada proses dan kegiatan pembinaan siswa hingga lulus.

Menurut Dirjen Mendikdasmen (2009), Tahapan seleksi yang digunakan pada program Rintisan SMA Bertaraf Internasional, antara lain:

a. Seleksi Administrasi, meliputi:

1) Nilai rapor SMP kelas VII sampai dengan kelas IX untuk mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris rata-rata minimal 7,5.

2) Penghargaan prestasi akademik.

3) Sertifikat dari lembaga kursus bahasa Inggris.

b. Achievement Test, meliputi: Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS dengan skor minimal 7 (rentang nilai 0-10). c. Tes kemampuan bahasa Inggris, meliputi: reading, listening,

writiing, dan speaking dengan skor minimal 7 (rentang nilai 0-10).

d. Lulus tes psikologi (psycho test), meliputi: minat dan bakat (aptitude test) dan kepribadian (personality test).

e. Wawancara kepada siswa dan orang tua. Wawancara dengan siswa dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana minat siswa

commit to user

untuk masuk program rintisan SMA bertaraf internasional. Wawancara dengan orangtua dimaksudkan untuk mengetahui minat dan dukungan orangtua. (hlm. 81)

11)Sosialisasi Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional

Sosialisasi program RSBI di SMA dilakukan agar program yang direncanakan mendapat dukungan dari pemangku kepentingan (stakeholder). Sosialisasi ini mengikutsertakan kepala sekolah, guru, tenaga administrasi sekolah, komite sekolah, pengawas sekolah, pejabat dinas pendidikan, pemerintah daerah, komisi bertaraf internasional, dan dewan pendidikan. Materi sosialisasi meliputi rasional, tujuan, manfaat, arah pengembangan program RSBI dan peran lembaga terkait terhadap keberhasilan dan keberlanjutan program rintisan SMA bertaraf internasional.

e. Kendala-Kendala Pelaksanaan RSBI

Pada umumnya pelaksanaan program RSBI dan/ atau SBI di tingkat sekolah menengah masih terdapat kekurangan yang berdampak terhadap mutu pendidikan maupun bagi kemajuan pendidikan. Berdasarkan hasil temuan studi awal Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional pada bulan Agustus 2010 terhadap sejumlah sekolah RSBI di enam provinsi menunjukkan potret kesuraman, terbukti penguasaan