• Tidak ada hasil yang ditemukan

Harf نم /min/

Dalam dokumen TESIS. Oleh CANDRA GUNAWAN /LNG (Halaman 25-35)

Al-Gulāyaini (1994) menyebutkan makna dasar dari harf „min‟ adalah

ءادخبالا

/al-ibtidā‟/, menerangkan tentang permulaan, baik permulaan tempat atau

waktu, dalam bahasa Indonesia diartikan dengan „dari‟. Contoh, fīrman Allah Subhānahu Wata‟āla:

ى صقالأ دجسلما ىلإ ماسحلا دجسلما نم لايل ودبعب يسطأ يرلا ناحبط

/subḥāna laźī asrā bi‟abdihi lailān min masjidi ḥarāmi ilā masjidi al-aqşā/ „mahasuci Allah yang telah memperjalankan hambaNya Muhammad pada malam hari, dari masjid al-ḥarām ke masjid al-aqshā‟. Selain menerangkan permulaan tempat dan waktu, harf „min‟ juga menunjukkan ibtidā‟ fī al-ahdāś wa al-asykhāş yaitu permulaan yang berkaitan dengan perbuatan dan diri orang.

Selain makna dasar tersebut diatas, harf jar „min‟ memiliki makna-makna lain ketika harf tersebut masuk dalam struktur kalimat bahasa Arab.

Al-Gulayaini (1994) menyebutkan di antara makna lain dari harf jar „min‟

adalah: Makna

ضيعبخلا

/at-tab‟īḍ/ dalam bahasa Indonesia diartikan dengan

„sebagian/diantaranya‟. Makna

نايبلا

/al-bayān/ maksudnya sebagai penjelas,

dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan „yaitu‟. Makna

ديكأخلا

/at-ta‟kīd/

maksudnya sebagai penguat/penegas, dan merupakan tambahan saja secara lafadz.

Makna

لدبلا

/al-badl/ artinya adalah pengganti. Makna

ليلعخلاو تيببظلا

/as-sababiyah wa at-ta‟līl/ menerangkan tentang sebab, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan „sebab/karena‟. Makna

تيفسظلا

/az-ẓarfīyah/ maksudnya

adalah menunjukkan keterangan, dan makna

نع

/‟an/, maksudnya adalah harf jar

„min‟ maknanya sama dengan makna harf jar „an‟ yaitu

دعبلاو ةشواجلما

/al-mujāwazah wal bu‟d/ artinya melalui, melewati, menjauh.

2. Harf

ىلإ

/ilā/

Al-Gulāyaini (1994) menyebutkan makna dasar dari harf ilā adalah

ءاهتهالا

/al-intihā‟/ menerangkan batas akhir dari sesuatu. Kata

ءاهتهالإ

menurut (Yunus, 2007) bermakna „penghabisan, kesudahan, batas, maksud, akhir dan tujuan‟. Al-Gulāyaini (1994) menyebutkan

ءاهتهالإ

/al-intihā/ terbagi empat:

1)

تيهامصلا تًاغلا ءاهتهإ

/intihā‟ al-gāyati az-zamāniyah/ maksudnya adalah

harf ilā yang menunjukkan makna akhir dari sesuatu yang berkaitan dengan masa. Contoh, firman Allah Subhānahu Wata‟āla:

اىمجأ مز

ليللا ىلإ مايصلا

/ṡumma atimmū aṣ-ṣiyāma ila al-lail/ “kemudian

sempurnakanlah puasa sampai malam hari”.

2)

تيهاكلما تًاغلا ءاهتهإ

/intihā‟ al-gāyati al-makāniyah/ maksudnya adalah

harf ilā yang menunjukkan makna akhir dari sesuatu yang berkaitan dengan tempat. Contoh:

ذيبلا ىلإ لصفلا نم ذعجز

/raja‟tu min al-faṣli

ila al-baiti/ “aku pulang dari kelas ke rumah”.

3)

صاخشالأ يف تًاغلا ءاهتهإ

/intihā‟ al-gāyati fī al-asykhāş/ maksudnya

adalah harf ilā yang menunjukkan makna akhir dari sesuatu yang berkaitan dengan diri orang. Contoh:

كيلإ ذئج

/ji‟tu ilaika/ “aku datang ke padamu”.

4)

رادحالأ يف تًاغلا ءاهتهإ

/intihā‟ al-gāyati fī al-aḥdāś/ maksudnya adalah harf ilā yang menunjukkan makna akhir dari sesuatu yang berkaitan dengan perbuatan.

Selain makna dasar tersebut diatas, harf „ilā‟ memiliki makna-makna lain ketika harf tersebut masuk dalam struktur kalimat bahasa Arab. Di antara makna lain dari harf ilā adalah:

1)

تبحاصلما

/al-muşāhabah/ yaitu menggunakan arti lafaz

عم

/ma‟a/

maknanya adalah kebersamaan, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan „bersama/beserta‟. Menurut Yunus (2007) ma‟a memiliki arti

„serta, bersama, dengan‟.

2) Menggunakan arti lafaz

دىع

/‟inda/ memiliki arti „disisi, dekat, pada‟.

Harf jar ilā yang bermakna „inda disebut al-mubayyinah. Sebabnya karena menjelaskan bahwa lafaz yang dimasukinya merupakan fa‟il bagi kata yang terletak sebelumnya. Yaitu harf ilā yang terletak setelah fī‟il ta‟ajub atau isim tafdhil yang mempunyai arti senang atau benci.

Mansyur (2002), menambahkan makna lain dari harf ilā adalah

ملالا ىنعمب

/bima‟na al-lām/, terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah „terserah‟, seperti dalam kalimat:

كيلإ سمالأو

/wa al-amru ilāika/ artinya: „urusan itu terserah padamu‟. Dan terkadang harf ilā hanya sebagai tambahan saja dalam struktur kalimat.

3. Harf

ىلع

/‟alā/

Ghulayaini (1994) menyebutkan bahwa makna dasar dari harf „alā adalah

ءلاعخطالا

/al-isti‟lā‟/ yaitu menerangkan tentang ketinggian, baik secara hakiki (sesungguhnya) atau majazi. Dalam bahasa Indonesia harf jar „ala‟

diterjemahkan dengan „atas‟. Tetapi dalam konsteks kalimat yang berbeda harf ini bisa bermakna lain, diantaranya: Makna

ليلعخلا

/at-ta‟līl/ yang berarti

„karena/sebab‟. Makna

تيفسظ

/ẓarfīyah/ yaitu keterangan. Makna

كازدخطالا

/al-istidrāk/ terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah „walaupun/tetapi‟.

ب ىنعمب

/bima‟na bi/ dalam bahasa indonesia diartikan „dengan‟. Dan lain-lain.(Dahdah, 1981).

4. Harf

يف

/fī/

Al-Gulāyayni (1994) menyebutkan makna dasar dari harf fī adalah تيفز

ظ

/ẓarfīyah/ yaitu makna yang menunjukkan keterangan. Makna ini terbagi dua yaitu:

تيقيقحلا تيفسظلا

/az-ẓarfīyyatu al-ḥaqiqiyyatu/ yaitu makna yang menunjukkan keterangan sebenarnya baik keterangan waktu atau tempat, dan

تيشاجلما تيفسظلا

/az-ẓarfīyyatu al-majāziyyatu/ yaitu makna yang menunjukkan

keterangan yang tidak sebenarnya.

Tetapi dalam konsteks kalimat yang berbeda harf ini bisa bermakna lain, diantaranya: Makna

ليلعخلاو تيببظلا

/as-sababiyah wa at-ta‟līl/, menerangkan

tentang sebab, dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan „sebab/karena‟, contoh:

اهتظبح ةسى يف زاىلا ةأسما ذلخد

/dakhalat imra‟atun fī hirratin ḥabasatha/

“seorang wanita masuk neraka disebabkan kucing yang ia tawan (tidak memberinya makan dan minum)”. Makna

عم

/ma‟a/ dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan „bersama/beserta‟. Makna

ءلاعخطالإ

/al-isti‟lā/ artinya bermakna

ىلع

/‟alā/, Munawwir (1997) menyebutkan ‟alā memiliki arti di atas.

5. Harf

نع

/‟an/

Makna dasar dari harf ‟an adalah

دعبلاو ةشواجلما

/mujāwazatu wa al-bu‟du/ yaitu melewati dan menjauh, contoh:

ضىقلا نع مهظلا ذيمز

/ramaitus

sahma „an al-qaus/ “saya melempar anak panah melewati busurnya”. Tetapi dalam konteks kalimat yang berbeda harf ini bisa bermakna lain, diantaranya:

Makna

لدبلا

/al-badl/ terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah „pengganti‟.

Makna

ءلاعخطالا

/al-isti‟lā‟/ dalam bahasa Indonesia diartikan dengan „atas‟.

Makna

ليلعخلا

/at-ta‟līl/ diterjemahkan dengan „sebab/karena‟. Makna

نم فداسم

/murādif min/ sinonim harf „min‟ yaitu „dari‟. Dan lain-lain, (Al-Gulāyaini, 1994).

6. Harf

ب

/ba/

Makna dasar dari harf „ba‟ adalah

قاصلالإ

/al-ilşāq/. Dalam konteks

kalimat yang berbeda harf ini bisa bermakna lain, diantaranya: Makna

تهاعخطالا

/al-isti‟ānah/, yaitu menyatakan alat, dalam bahasa Indonesia diartikan „dengan‟.

Makna

ليلعخلاو تيببظلا

/as-sababiyah wa at-ta‟līl/ menerangkan tentang sebab,

dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan „sebab/karena‟. Makna

تًدعخلا

/at-ta‟addiyah/ disebut juga dengan

لقىلا ءاب

/bā an-naql/ berfungsi membuat kata

kerja sebelumnya dari intransitif menjadi transitif, dan harf ini tidak diterjemahkan. Makna

مظقلا

/al-qasm/ maknanya sumpah, harf ba dengan makna

al-qasm dalam bahasa Indonesia diartikan „demi‟. Makna

تيفسظلا

/az-ẓarfīyah/

terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah „pada/di‟. Makna

تبحاصلما

/al-mushāhabah/ maknanya kebersamaan. Dan lain-lain, (Al-Gulāyaini, 1994).

7. Harf

ل

/lam/

Makna dasarnya adalah

كللما

/al-milk/ yaitu menunjukkan arti kepemilikan.

Ini merupakan fungsi yang paling sering dipakai dari lam jar. Lam ini terletak di antara dua benda dan yang kedua memiliki yang pertama secara hakiki. Contoh:

ديزل باتكلا /al-kitābu lizaidin/ „kitab itu (milik) Zaid‟. Dan dalam konteks yang

berbeda, harf lam memiliki makna yang berbeda, diantaranya: Makna

كللما هبش

/syibhu al-milk/ yaitu „kepemilikan non hakiki‟ yakni yang kedua memiliki yang pertama secara majazi. Contoh:

ا ًجا َو ش َ

أ م ُك ِظ ُف هَأ نِم مُكَل َلَعَج

/ja‟‟alā lakum min

anfusikum azwājan/ „Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri‟. Istri bukanlah milik suami secara hakiki. Makna

ليلعخلا

/at-ta‟līl/

maknanya sebab. Disebut juga dengan lam kay karena kalimat setelahnya menjadi sebab atas hasilnya kata sebelumnya. Makna

ديكىخلا

/at-taukīd/ ini merupakan

tambahan dan sebatas sebagai penguat kata. Dan lain-lain, (Al-Gulāyaini, 1994).

8. Harf

ك

/kaf/

Harf

َك

makna dasarnya adalah

هيبشدل

ا /at-tasybīh/ dalam bahasa Indoesia diterjemahkan dengan „seperti‟. Tetapi dalam konsteks kalimat yang berbeda

huruf ini bisa bermakna: Makna

ديكىج

/taukīd/, yang bermakna „penegas‟, seperti

ditemukan dalam potongan ayat Al-Qur‟an:

ُر ي ِصَب لا ُع يِم َّظلا َىُىَو ٌء ي َ ش ِهِل ثِمَك َع يَل

/laisa

kamiślihi syaiun wahuwa as-sami‟u al-başīr/ artinya „Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia Yang Maha Mendengar dan Melihat‟. Kata

لثم

/miślu/

sebenarnya sudah bermakna „seperti/semisal‟, tetapi masih ditambah huruf

ك

dengan makna yang sama. Penggandengan dua kata yang bermakna sama mengandung tujuan sebagai penegasan/penguatan. Dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa benar-benar tidak ada yang serupa dengan Dia (Allah), (Dahdah, 1981).

9. Harf

ءاخلاو واىلا

/ waw dan tā/

Harf jar „waw‟ dan „tā‟ maknanya adalah sumpah, dalam bahasa Indonesia diartikan dengan „demi‟. Harf jar „tā‟ hanya boleh digandengkan dengan lafadz Allah saja, contoh:

ملعلا بلط يف ندهتجلأ للهاج

/tallāhi laajtahidanna fī ṭalabil ilmi/ “demi Allah saya akan benar akan bersungguh-sungguh dalam

menuntut ilmu”. Sementara harf jar „waw‟ boleh digandengkan dengan setiap sesuatu yang dijadikan sumpah, contoh:

سجفلاو

/wal fajr/ “demi waktu fajar” (Al-Gulāyaini, 1994).

10. Harf

رىمو رم

/muź dan munźu/

Harf jar „muź‟ dan „munźu‟ bermakna

تًاغلا ءادخبلا

/libtidā al-gayati/

menyatakan permulaan, jika waktu yang disebutkan telah berlalu. Contoh:

كخًأز ام مىً رىم وأ رم

تعمجلا

/mā raaituka muź au munẓu yaumi al-jumu‟ah/ „aku tidak

melihatmu sejak hari jum‟at‟. Dan bermakna „fī‟ yaitu

تيفسظ

/ẓarfiyah/

menunjukkan keterangan, dalam bahasa Indonesia diartikan „pada/di‟ jika waktu yang disebutkan belum berlalu. Contoh:

اهسهشوأ اىمىً رىم هخًأز ام

/mā raaituhu munẓu yauminā au syahrinā/ „aku tidak pernah melihatnya pada hari ini atau bulan ini‟. Jadi keduanya menyatakan keterangan waktu, (Al-Gulāyaini, 1994).

2.1.4 Antara Makna Dan Arti

Pada dasarnya sukar membedakan pemakaian antara makna dan arti.

Keduanya seolah-seolah bersinonim, untuk itu perlu di rujuk kepada kamus.

Dalam KBBI, bahwa makna adalah (1) arti; ia memperhatikan makna yang terdapat dalam tulisan kuno itu. (2) maksud pembicara atau penulis; (3) pengertian yang diberikan kapada suatu bentuk kebahasaan, (Depdikbud, 1995). Dari penjelasan di atas, jelas bahwa makna bersinonim dengan arti.

Menurut kajian linguistik, ternyata kedua istilah ini berbeda. Dalam bahasa Inggris, makna disebut dengan sense, sementara arti disebut dengan meaning.

Makna adalah pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata), (Djajasudarma: 1993). Makna menurut Palmer (1976) hanya menyangkut intrabahasa. Menurut Lyons, dalam Djadjasudarma (1993),

menyebutkan bahwa: “Mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Arti dalam hal ini menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri.

Disebut makna jika arti sebuah kata telah berubah dari arti dasarnya.

Sementara arti dasar itulah yang disebut dengan arti. Contoh morfem /mata/ arti dasarnya adalah salah satu anggota tubuh yang berfungsi untuk melihat‟.

Selanjutnya ungkapan /mata keranjang/ menunjukkan perubahan arti kata dasar mata pada ungkapan itu kepada makna „play boy‟. Arti baru inilah yang disebut dengan makna.

Dalam bahasa Arab, arti disebut dengan

ىنعلما

/al-ma‟nā/ sementara makna

tepatnya diterjemahkan dengan

تللادلا /

ad-dilālah

/.

Berkaitan dengan

تللادلاو ىنعلما

/al-ma‟nā wa ad-dilālah/ arti dan makna, apakah keduanya bersinonim atau berbeda? Dalam masalah ini para ahli bahasa Arab memberikan perhatian khusus tentang kedua istilāh tersebut. Ringkasnya, para ahli bahasa Arab terbagi menjadi tiga pendapat dalam masalah ini:

1. Pendapat yang menyatakan bahwa, istilah dilālah dan ma‟nā adalah istilah yang sama atau bersinonim. Mukhtar (1998) dalam bukunya Ilmu Dilālah salah satu ahli bahasa yang berpendapat demikian.

2. Pendapat lain menyatakan bahwa ma‟na lebih umum dari dilālah.

Karena dilālah terbatas pada lafadz mufrad (tunggal) saja.

3. Pendapat terakhir menyatakan kebalikan dari yang kedua, yaitu dilālah lebih umum dari ma‟na. Karena setiap dilālah mencakup di dalamnya makna, dan tidak sebaliknya. Maka dilālah itu bersifat umum sementara ma‟na bersifat khusus.

2.1.5 Jenis-Jenis Makna

Berbagai jenis makna telah banyak dikemukakan dalam berbagai buku linguistik atau semantik. Menurut Verhar (1989), ada dua jenis makna yaitu makna leksikal dan makna gramatikal.

Dalam dokumen TESIS. Oleh CANDRA GUNAWAN /LNG (Halaman 25-35)

Dokumen terkait