TESIS
Oleh
CANDRA GUNAWAN 147009022/LNG
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Oleh
CANDRA GUNAWAN 147009022/LNG
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna-makna harf jar yang terkandung dalam Al-Qur’an surah Al-Furqan. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data, menyusun, dan mengklasifikasi, menganalisis dan menginterpretasinya. Teori yang digunakan adalah teori tentang semantik leksikal dan gramatikal. Penelitian ini menemukan bahwa di dalam surah Al-Furqan terdapat harf jar dengan ragam makna, yang terdiri atas makna leksikal dan makna gramatikal. Makna-makna leksikal harf jar tersebut adalah harf jar min makna leksikalnya al-ibtidā ‘permulaan’, harf jar ilā makna leksikalnya intihā al-gāyati ‘batas akhir, tujuan’, harf jar ‘an’ makna leksikalnya al-mujāwaza wal bu’du ‘melewati, jauh’, harf jar ‘alā makna leksikalnya isti’lā
‘di atas’, harf jar fī makna leksikalnya ẓarfiyyah ‘keterangan’, harf jar ba makna leksikalnya ilsāq ‘menempel’, harf jar kaf’ makna leksikalnya at-tasybīh
‘perumpamaan’ dan harf jar lam makna leksikalnya al-milk ‘kepemilikan’.
Makna-makna gramatikal harf jar tersebut adalah harf jar min makna gramatikalnya adalah al-badaliyah ‘pengganti’, at-tab’īḍ ‘sebagian’, at-tafḍīliyah
‘perbandingan’, at-tabyyīn ‘penjelas’. Harf jar ala makna gramatikalnya adalah intihā al-gāyati ‘batas akhir, tujuan’, badal ‘pengganti’ dan al-iḍāfah. Harf jar fī makna gramatikalnya adalah intihā al-gāyati ‘batas akhir, tujuan’. Harf jar ba makna gramatikalnya adalah żarfiyyah ‘keterangan’, al-mulābasah ‘keadaan’, isti’ānah ‘alat’, al-muşāḥabah, as-sababiyah ‘sebab’, ma’na ‘an ‘tentang’, al- iwaḍ ‘pengganti’. Harf jar lam makna gramatikalnya adalah at-tablīg dan al-illah
‘alasan’.
Kata kunci: harf jar, semantik leksikal, semantik gramatikal
ABSTRACT
This research is intended to know the meaning of harf jar contained in Al-Qur’an surah Al-Furqan. This research was library research using descriptive analytical method. It was done by collecting, arranging, classifying, analyzing and interpreting the data. The theory used was the theory about semantical lexical and grammatical. The finding of research showed that in surah Al-Furqan harf jar with various mearning consisting of lexical meaning and grammatical meaning. The lexical meanings of harf jar are harf jar min meaning with lexical meaning al-ibtidā ‘the beginning’, harf jar ilā with lexical meaning intihā al- gāyati ‘deadline, goal’, harf jar ‘an with lexical meaning almujāwazatu wal bu’du
‘get through, far away’, harf jar ‘alā with lexical meaning isti‘lā ‘above’, harf jar fi with its lexical meaning zarfiyyah ‘description’, harf jar ba with its lexical meaning ilsāg ‘adhered', harf jar kaf with its lexical meaning at-tasybīh ‘parable' and harf jar lam with its lexical meaning al-milk ‘possession'. The grammatical meaning of harf jar is harf jar min with its grammatical meaning al-badaliyah
‘successor’, at-tab’īd ‘partly’, at-tafdiliyah ‘comparison', at-tabyyin ‘explanatory’.
Harf jar ala with its grammatical meaning intihā al-gāyati ‘deadline, goal’, badal ‘successor’ and al-idāfah. Harf jar fi with its grammatical meaning intihā al-gāyati ‘deadline, goal’. Harf jar ba with its grammatical meaning zarfiyyah
‘description’, al-mulābasah ‘condition’, isti’ānah ‘tool’, al-musāhabah, as- sababiyah ‘cause’, ma’na ‘an ‘about’, al-iwad ‘successor’. Harf jar lam with its grammatical meaning at-tablīg and al-illah ‘reason'.
Keywords: harf jar, lexical meaning, grammatical semantic
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subĥânahu Wata’ālā, atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat waktu. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M. Si) pada Program Magister Linguistik Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Dalam penyelesaian tesis ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis. Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum.
2. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Bapak Dr. Budi Agustono, M.S.
3. Ketua Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Eddy Setia, M. Ed.TESP., yang telah memberikan arahan dan dukungan kepada penulis.
4. Sekretaris Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A, yang telah memberikan banyak arahan dan dukungan kepada penulis.
5. Pembimbing pertama, Ibu Prof. Dra. Pujiati, M.Sos.Sc. Ph.D, yang telah membimbing, membantu, dan mendampingi penulis sejak dari awal sampai selesai penulisan tesis ini.
6. Pembimbing kedua, Ibu Dr. Nurlela, M. Hum, yang telah memberikan saran, bimbingan, dukungan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
7. Penguji Bapak Dr. Eddy Setia, M.Ed.TESP, Ibu Prof. Dr. Khairina Nasution, M.S, dan Ibu Dr. Rahimah, M. Ag, yang telah memberikan banyak masukan
baik.
8. Para dosen yang mengajar di Program Studi Linguistik Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan.
9. Sekolah Tinggi Agama Islam Assunnah, yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril kepada penulis.
10. Ibunda tercinta yang selalu mendoakan tiada henti dan memberikan kasih sayangnya, dan juga kepada saudari kandung serta istri tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama masa perkuliahan sampai selesai.
11. Teman-teman penulis Stambuk 2014 Konsenterasi Linguistik, seluruh teman seangkatan Stambuk 2014 Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan di sini satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna karena memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi seluruh pembaca dan peneliti selanjutnya.
Medan, Oktober 2019
Penulis
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Tinjauan Pustaka ... 10
2.1.1 Pengertian Harf ... 10
2.1.2 Harf Jar ... 12
2.1.3 Makna Harf Jar ... 15
2.1.4 Antara Makna dan Arti... 23
2.1.5 Jenis-Jenis Makna ... 25
2.2 Surah Al-Furqan ... 29
2.3 Landasan Teori... 30
2.4 Penelitian yang Relevan ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1 Jenis Penelitian ... 35
3.2 Data dan Sumber Data ... 36
3.3 Analisis Data ... 36
3.3.1 Kondensasi Data (data condensation) ... 37
3.3.2 Penyajian Data (Data Display) ... 38
3.3.3 Verifikasi dan Kesimpulan ... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 40
4.1 Makna Leksikal Harf Jar dalam Surah Al-Furqan ... 40
4.2 Makna Gramatikal Harf Jar Dalam Surah Al-Furqan ... 74
4.3 Temuan ... 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102
5.1 Kesimpulan ... 102
5.2 Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 107
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibanding makhluk- makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Salah satu keistimewaan manusia dari makhluk lain adalah manusia dibekali kemampuan untuk berfikir dan mengungkapkan fikirannya melalui bahasa. Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya, dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.
Ibnu Jinni dalam Hatim (1989) menyebutkan bahasa adalah suara yang diungkapkan oleh setiap kaum untuk menyatakan tujuannya. Bahasa berfungsi sebagai media komunikasi, menyampaikan pesan, konsep, ide atau pemikiran, itu berarti bahasa mengandung makna yang bisa dipahami. Sangat mustahil, untuk bisa terjalin sebuah komunikasi jika masing-masing pihak saling tidak memahami.
Oleh karena itu, bahasa sarat makna.
Ilmu yang mempelajari tentang bahasa disebut linguistik, yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Kridalaksana (2001) menyebutkan, linguistik adalah “Ilmu tentang bahasa atau penyelidikan bahasa secara ilmiah”.
Dalam beberapa literatur berbahasa Arab, diantaranya Athiyah dalam Nasution 2010) menyebutkan bahwa linguistik (ilmu al-lugah) adalah “sebuah istilah tentang pengkajian secara ilmiah terhadap bahasa, yaitu ilmu yang menjadikan bahasa sebagai obyek kajiannya”.
Semantik adalah salah satu cabang ilmu linguistik. Secara etimologi, semantik (bahasa Indonesia) diserap dari bahasa Inggris, yaitu semantics yang
literatur berbahasa Arab disiplin ilmu semantik disebut dengan berbagai istilah, Mukhtar (1998) mengungkapkan
ةللادلا ملع
/ilmu ad-dilālah/ disebutكحهاميش
/sīmāntik/ sebagai kata pungutan dari bahasa Inggris (semantics) atau Prancis (semantique).
Menurut pengertian terminologi, semantik adalah sebuah system dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya, (Kridalaksana, 2001). Verhaar (1989) mengatakan, semantik adalah „teori makna‟
atau „teori arti‟. Mukhtar (1998) mengemukakan defenisi dari semantik
ةللادلا ملع
/ilmu dilālah/ yaitu:
ِِر ْلا ِةَغُّللا ِمْلِع ْنِم ُعْسَفلْا َكِلَذ ْوَا ,َىنْعَْلْا ُسُزْدًَ ْيِرَّلا ُمْلِعْلا ْوَا ,َىنْعَْلْا ُة َشَزاِد ُهَّهَاِب ُةَّيِس ظَه ُل َواَىَخًَ َ ْي
ىَنْعَ لْا ْ
ِ
/biannahu dirāsat al-ma’nā au al-ilmu al-laźī yadrusu alma’nā, au źālika al-far’u min ‘ilmi lugati al-laźī yatanāwalu naẓariyatu al-ma’nā/
„Semantik adalah studi tentang makna, atau ilmu yang mempelajari tentang makna, atau merupakan cabang linguistik yang mengkaji teori makna‟.
Memperhatikan beberapa defenisi di atas dapat diketahui bahwa semantik adalah bagian dari kajian linguistik yang menjadikan makna sebagai obyek kajiannya. Berbagai nama jenis makna telah dikemukakan orang dalam berbagai buku linguistik atau semantik. Namun, jenis-jenis makna yang menjadi fokus dalam penelitian kali ini adalah makna leksikal dan gramatikal.
Pateda (2015), meyebutkan makna leksikal adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa
kata tersebut telah berada dalam kalimat. Sementara yang dimaksud dengan makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat fungsi kata yang berbeda dalam kalimat.
Bahasa Arab termasuk rumpun bahasa Hamiah-Samiyah atau lebih populernya disebut rumpun bahasa Semit. Bahasa Arab memiliki banyak penutur, ia dituturkan oleh lebih dari 280 juta orang. Bahasa ini juga merupakan bahasa resmi dari 25 negara, terutama di negara-negara Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara (Markaz Al-Malik: 2015). Selain itu, bahasa Arab juga dikenal sebagai bahasa agama umat Islam. Karena kitab suci Al-Qur‟an yang merupakan pedoman hidup umat Islam berbahasa Arab. Bahasa Arab adalah bahasa agama yang seharusnya dikuasai dengan baik oleh setiap muslim, agar ajaran-ajaran Islam yang terkandung di dalam Al-Qur‟an dapat dipahami dengan baik, maka seharusnya bahasa Arab dapat dimengerti oleh semua umat muslim dengan baik pula.
Allah Subhānahu Wataālā berfirman:
:فشىً ةزىش( َنىُل ِلْع َج ْمُكَّلَعَل اًّي ِب َسَع اًهآْسُك ُواَىْلَزْهَأ اَّهِإ 2
)
/innā anzalnāhu qur’ānan ‘arabīyan la’allakum ta’qilūn/ „Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Quran dengan berbahasa Arab agar kamu memahaminya‟. (QS. Yusuf: 2).
Nasution (2010) mengatakan, memperhatikan meluasnya kesalahan dalam pemakaian bahasa Arab dan demikian urgennya penguasaan terhadap bahasa Arab, maka Khalifah Alī bin Abi Thālib tergugah untuk membuat kaidah-kaidah bahasa Arab yang dapat dipedomani oleh setiap muslim, khususnya non Arab demi terjaganya keorisinilan bahasa Arab, dan menyuruh Abu Al-Aswad Al-Du‟āli untuk membuat kaidah-kaidah bahasa Arab dimaksud yang kemudian dikenal dengan ilmu nahwu.
keunikannya. Di antaranya, bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya dengan mufradat atau kosa kata, dan termasuk di antaranya dari aspek semantik atau makna kata yang mendalam. Kata, dalam bahasa Arab disebut dengan al- kalimah. Kata dalam bahasa Arab dibagi kepada tiga jenis; isim (nomina), fi’il (verba) dan harf (partikel), (Al-Gulāyayni, 1994). Ketiga jenis kata tersebut, memiliki padanan atau persamaan di dalam bahasa Indonesia;
kata isim padanannya adalah nomina yang meliputi kata benda, nama orang dan kata sifat, kata fi’il padanannya adalah verba, dan kata harf padanannya adalah partikel.
Bahasa Arab memiliki banyak harf. Di antara jenis harf dalam bahasa Arab adalah harf jar. Harf jar berfungsi membuat baris kata berikutnya (nomina) menjadi majrūr (genetif), dan keberadaannya dalam kalimat berperan sangat penting dalam menentukan makna kalimat tersebut. Setiap harf jar memiliki makna tersendiri, tetapi harf jar dimaksud tidak saja memiliki satu makna, justru mengandung makna–makna lain ketika harf jar tersebut masuk dalam struktur kalimat bahasa Arab. Seperti harf jar
نم
/min/, salah satu maknanya adalah al- ibtidā’ yaitu menerangkan tentang permulaan, baik permulaan tempat atau waktu (Al-Gulāyayni, 1994). Tetapi dalam konteks yang berbeda bisa dimaknai dengan selainnya. Demikian halnya dengan jenis harf-harf jar lainnya. Contohnya dapat dilihat di dalam Surah Al-Furqān berikut ini:QS. Al-Furqān ayat 10
يِس ْج َث ٍتاَّىَج َكِلَذ ْنِم اًرْيَخ َكَل َلَعَج َءا َش ْنِإ يِرَّلا َكَزاَبَث اَه ِت ْح َث ْنِم
ِ َ ْ ال
ُِزاَه ْن
...
niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik daripada itu, (yaitu) surga- surga yang mengalir dari bawahnya sungai-sungai...(QS. Al-Furqan: 10) Harf jar
نم
/min/ pada ayat di atas berkaitan dengan kata sebelumnya, yakni kata kerjaِيسجث
/tajrī/, artinya mengalir (Darwisy: 2011). Merujuk kepadatafsir, ayat di atas menerangkan tentang surga yang mengalir dari bawahnya air sungai. Oleh sebab itulah makna harf jar „min‟ pada ayat ini adalah
ءادحبالا
/al-ibtidā’/ yaitu menerangkan tentang permulaan. Dalam bahasa Indonesia harf jar
„min‟ diartikan dengan „dari‟, (Munawwir: 1997). Para ahli bahasa Arab mengatakan bahwa kebanyakan makna harf jar
نم
/min/ adalah menerangkan permulaan sesuatu (Al-Anşāri, 1998).QS. Al-Furqān ayat 8
ى َلْلًُ ْو َ أ
ِ
ُِن ْى ُكَث ْو َ أ ٌزْن َك ِهْي َ
لِإ ُلُك ْ
أًَ ٌةَّى َج ُه ل َ اَهْن ِم
ِ َّلا ِإ َنْىُعِبَّخَث ْنِإ َنْىُِلْاَّظلا َلاَكَو
ًِز ْى ُح ْس َم ًلا ُجَز
/au yulqā ilahi kanzun au takūnu lahu jannatun ya’kulu minhā wa qālū aẓ- ẓālimūna in tattabi’ūna illā rajulan masḥūrā/ „Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau dia mempunyai kebun yang ia makan dari (sebagian) nya? Dan berkata pula orang-orang yang aniaya itu, bahwasanya yang kamu ikuti itu hanyalah seseorang yang telah dirasuk sihir‟. (QS. Al-Furqan: 8)
Makna harf jar
نم
/min/ pada ayat di atas berbeda dengan maknya harf jar„min‟ pada ayat ke-10 di atas, makna harf jar „min‟ pada ayat ini adalah
ضيعبحلل
/littab’īḍ/, artinya menunjukkan makna „sebagian‟. Ibn Hisyam (2010) mengatakan bahwa tanda harf jar min bermakna sebagian adalah jika kata
ضعب
/ba’ḍ/ bisa dan memungkinkan menggantikan harf jar „min‟ dalam kalimat. Harf
(dhamīr muttaşil) yaitu
ه
yang merujuk kepada kataةىج
/jannah/ „kebun‟, bisadigantikan dengan kata
ضعب
/ba’ḍ/. Sehingga makna harf jar min di atas adalahلل
ضيعبح
/at-tab’īḍ/ menunjukkan makna „sebagian‟, maka artinya adalah Atau(mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau dia mempunyai kebun yang ia makan sebagiannya (buah-buahannya)?.
QS. Al-Furqān ayat 7
ُِل ْى ُشَّسلا ا َرَهِل ا َم اْى ُلاَكَو
ِْي ِ ش ْمًَ َو َماَع َّطلا ُلُكْأًَ
َلِز ْهُأ َلاْىَل ِقاَى ْشَ ْالا يِف ِ
ِِهْي َ لِإ َِم
ٌِك ل َ
...
/wa qālū mā lihāźa ar-rasūlu ya’kulu at-ţa’āma wa yamsyī fi al-aswāq lau lā unzila ilaihi malakun..../ „Dan mereka berkata, “Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya malaikat... (QS. Al-Furqan: 7)
Harf jar ilā pada ayat di atas berkaitan dengan kata sebelumnya, yakni kata kerja
ِلزهأ
/unzila/ yang artinya diturunkan (Darwisy: 2011). Kata kerja dimaksud menunjukkan adanya awal dan akhir. Merujuk kepada tafsir, ayat di atas menerangkan tentang pertanyaan orang kafir tentang Nabi Muhammad mengapa Allah tidak menurunkan malaikat kepada Nabi Muhammad untuk membantunya.Makna harf jar
ىلإ
/ilā/ pada ayat ini adalahصاخشال يف ةًاغلا ءاهتها
/intihāal-gāya fi al-asykhāş/ yaitu menunjukkan makna „akhir dari sesuatu‟ berkaitan dengan diri orang yaitu nabi Muhammad Ṣallallāhu „Alaihi Wasallam. Dalam bahasa Indonesia harf jar ilā diartikan dengan „ke, kepada‟, (Munawwir: 1997).
ِِإ ُثَفَّسلا ِماَي ِّصلا َةَلْيَل ْمُكَل َّل ِحُأ
ِْم ُكِئا َصِو ٰىل
/uḥilla lakum lailata aş-şiyāmi ar-rafaśu ilā nisāikum/ „Dihalalkan bagi kalian pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kalian‟.
(QS. Al-Baqarah: 187)
Makna harf jar ilā pada ayat di atas adalah
ةبحاصم
/muşāḥabah/, dalam bahasa Indonesia diartikan „serta, bersama, dengan‟, (Yunus, 2007). Al-Anşāri (2010) menyebutkan bahwa untuk mengetahui makna harf jar ilā bermaknaةبحاصم
/muşāḥabah/ yaitu jika adanya perpaduan dari dua kata yang berkaitan.Harf jar ilā pada ayat di atas berkaitan dengan isim maşdar (nomina yang diturunkan dari bentuk verba)
ثفسلا
/ar-rafś/ yang artinya bercampur (hubungan suami istri). Tafsir ayat di atas menerangkan tentang hukum bercampur antara suami dan istri di malam bulan ramadhan, sehingga maknanya adalah dihalalkan bagi kalian pada malam hari bulan puasa bercampur bersama istri-istri kalian.Beragamnya makna harf–harf jar dimaksud menjadi problema tersendiri bagi pelajar bahasa Arab non Arab, khususnya bagi pemula. Pelajar bahasa Arab harus lebih teliti dan berhati-hati dalam memahami makna-makna harf jar yang terdapat dalam setiap kata di dalam Al-Qur‟an. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap makna-makna harf jar yang terkandung dalam dalam Al-Qur‟an. Pada penelitian ini peneliti ingin meneliti makna leksikal dan gramatikal dari harf-harf jar yang terdapat dari salah satu Surah di dalam Al-Qur‟an yaitu surah Al-Furqān. Alasan peneliti memilih surah Al-Furqān sebagai objek penelitian dikarenakan belum adanya penelitian
didalam surah Al-Furqān terdapat lebih dari 100 harf jar, sehingga sangat menarik untuk dijadikan subjek penelitian, karena banyak makna yang muncul dari harf jar tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Kajian ini berupaya menganalisis makna leksikal dan gramatikal dari harf jar yang terdapat dalam Al-Qur‟an Surah Al-Furqān. Adapun Rumusan masalah dalam kajian ini adalah:
1. Makna leksikal harf jar apa sajakah yang terdapat pada surah Al- Furqān?
2. Makna gramatikal harf jar apa sajakah yang terdapat pada surah Al- Furqān?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis makna leksikal dari harf jar yang terdapat dalam Al- Qur‟an surah Al-Furqān.
2. Menganalisis makna gramatikal dari harf jar yang terdapat dalam Al- Qur‟an Surah Al-Furqān.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Menambah khazanah keilmuan, tentang teori bahasa yang berhubungan dengan gramatika bahasa Arab dan juga memberikan informasi dalam pengembangan ilmu linguistik, terutama yang terkait dengan ayat Al-Qur‟an.
Arab bagi penutur non Arab dalam mempelajari bahasa tersebut, khususnya yang berhubungan dengan harf jar.
3. Mempermudah bagi jasa penerjemah untuk memahami makna harf jar ketika masuk dalam struktur kalimat, sehingga kebenaran dan ketepatan makna yang diinginkan dapat tercapai.
4. Menambah wawasan ilmiah bagi masyarakat yang bergelut dalam ilmu linguistik.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Harf
Sebelum mengemukakan pengertian harf jar, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian harf secara umum. Al-Gulāyaini (1994) mendefenisikan huruf sebagai berikut:
لعفلاو مطلال امك ,اهب زيمخً تملاع هل عيلو ,وريغ يف ىنعم ىلع لد ام :فسحلا
/Al-ḥarfu: mā dalla „alā ma‟nan fī gairihi walaisa lahu „alāmatun yatamayyazu bihā kamā li al-ismi wa al-fī‟il/
„Harf adalah kata yang menunjukkan pengertian pada yang lainnya dan tidak ada baginya tanda-tanda yang istimewa sebagaimana yang ada pada isim dan fī‟il‟.
Hubaeis (1985) memberikan defenisi harf sebagai berikut:
,وريغ عم لاإ لبقخظم ىنعم ىلع لدً لا ظفل ىىو :فسحلا لاإ واىعم مهفً لا نم نإف ,ىلإ ,نم :ىحه
تطزدلما نم :ىحه ,وريغ عم
/Al-ḥarfu: wa huwa lafẓun lā yadullu „alā ma‟nā mustaqbalin illā ma‟a gairihi, naḥwu: “min, ilā” fainna “min” lā yufhamu ma‟nāhu illā ma‟a gairihi, naḥwu: min al-madrasati/
„Harf adalah ujaran yang tidak menunjukkan pengertian nyata, kecuali bersambung dengan ujaran lain, contoh: min, ilā. Sesungguhnya min tidak dapat dipahami maknanya kecuali harus bersambung dengan ujaran lain, contoh: min al-madrasati (dari sekolah)‟.
Al-Jarim dan Amin (2003) menyebutkan defenisi
فسح
/ḥarf/ adalah kata yang maknanya tidak sempurna kecuali setelah bersambung dengan kata yang lain.Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa harf adalah kata yang menunjukkan pengertian yang tidak jelas, kecuali setelah dirangkaikan dengan kata lain dalam kalimat sempurna (jumlah mufīdah).
Harf hanya dapat digunakan sebagai penghubung dalam suatu kalimat, baik antara kata benda (nomina) dengan kata kerja (verba), atau juga antar sesama kata benda, atau bahkan sesama kata kerja. Harf tidak memiliki tanda-tanda khusus sebagaimana halnya dengan kata benda (isim) dan kata kerja (fī‟il).
Secara garis besar, harf dalam bahasa Arab terbagi kepada dua jenis:
فوسح ىوابلما
/hurūf al-mabānī/ danىواعلما فوسح
/hurūf al-ma‟anī/, (Dahdah: 1981). Hurūfal-mabānī ialah harf-harf yang dirangkai sehingga menjadi sebuah kata. Hurūf al- mabānī disebut juga dengan harf hijāiyah yang terdiri atas 28 atau 29 huruf. Harf- harf tersebutlah yang membentuk kata sehingga memiliki makna, seperti harf- harf:
ث ,
,ب ك
, jika digabung akan menjadiبخك
/kataba/ artinya „menulis‟.Sementara
ىواعلما فوسح
/hurūf al-ma‟ānī/ terbagi kepada dua:فوسحلا ىواعم
/ma‟ānī al-hurūf/ dan
فوسحلا لمع
/„amal al-hurūf/. Yang dimaksud dengan Ma‟ānī al-hurūf yaitu beberapa kata yang memiliki makna tertentu sesuai dengan posisinya dalam kalimat. Seperti harf dengan makna istifhām (kata tanya), harf dengan makna iśtisnā (negasi), dll. Sementara „Amal al-harf yaitu beberapa harf yang mempengaruhi baris /i‟rāb/ kata berikutnya dalam kalimat.Menurut Dahdah (1981) „Amal al-harf dimaksud adalah:
1. Harf Jar, yang membuat baris akhir kata berikutnya (isim) menjadi majrūr (genetif). Seperti harf
نم
/min/ pada kalimatلصفلا نم ذعجز
/raja‟tu minal-faşli/
.
Baris akhir kataلصفلا
/al-faşli/ diberi harkat kasrah (genitif) karena didahului oleh huruf „min‟ sebagai salah satu harf jar.2. Harf Naşb, yang membuat baris akhir kata berikutnya (fi‟il) menjadi manşūb (accusative). Seperti harf
نأ
/an/ pada kalimatَبىرج نأ دبلا
/lābudda an taẓhaba/. Baris akhir kata
َبىرج
/taẓhaba/diberi harkat fathah(atas) karena didahului oleh harf „an‟ sebagai salah satu harf naşb.
3. Harf Jazm, yang membuat baris akhir kata berikutnya (fi‟il) menjadi majzūm (jussive). Seperti harf
مل
/lam/ pada kalimatدلً مل
/lam yalid/.
Baris akhir kata
دلً
/yalid/diberi harkat sukun (mati) karena didahului oleh harf „lam‟ sebagai salah satu harf jazm.4. Harf „Aţaf, yang membuat baris akhir kata berikutnya (baik isim maupun fī‟il) sama dengan baris akhir kata (i‟rab) sebelumnya (baik marfu‟, naṣab, jarr maupun jazm).
2.1.2 Haf Jar
Harf jar dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan preposisi. Preposisi adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa (Chaer: 2012). Preposisi juga disebut kata depan, menandai
berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangkannya (Alwi: 2003).
Kata depan „di‟, „dari‟, „ke‟, „kepada‟, merupakan contoh preposisi dalam bahasa Indonesia. Kata „di‟ bermakna untuk menandai tempat, kata „dari‟
menyatakan tempat permulaan, dan kata „ke‟ merupakan kata depan untuk menandai arah atau tujuan (Depdikbud: 1995). Demikian pula harf
نم
/min/,ىلإ
/ilā/ merupakan contoh preposisi dalam bahasa Arab. Harf
نم
/min/ bermaknaءادخبالإ
/al-ibtidā/ danىلإ
/ilā/ bermaknaتًاغلا ءاهتهإ
/intihā al-gāyati/ (Al-Gulāyayini: 1994), dalam kamus bahasa Arab – Indonesia harf
نم
/min/ diartikan„dari‟, dan harf
ىلإ
/ilā/ diartikan „ke‟, „kepada‟ (Munawwir: 1997).Harf jar dikalangan para ahli nahwu (ilmu gramatika bahasa Arab) memiliki banyak sebutan, diantaranya adalah harf al-khafd, harf al-jar dan harf al-iḍāfah. Seorang pakar gramatika bahasa Arab terkenal, (Sibawaehi: 1988) menyebutnya dengan harf jar. Demikian pula pakar gramatika bahasa Arab yang berasal dari Baṣrah menyebutnya dengan harf jar, alasannya karena harf tersebut menjarkan kata benda yang dimasukinya (membuat baris akhir kata berikutnya (isim) menjadi majrūr (genetif) (Al-Anşari, 2010). Sementara itu (Al-Hasan:
1998) menyebutnya dengan istilah harf al-khafḍi. Pakar gramatika bahasa Arab yang berasal dari Kufah terkadang menyebutnya dengan harf iḍafah dan terkadang dengan harf sifat (Al-Anşari, 2010).
Harf jar sebagaimana yang telah dijelaskan dalam 2.3.1, bahwa dalam kajian sintaksis (nahwu) berfungsi membuat baris akhir kata berikutnya (isim) menjadi majrūr (genetif). Sedangkan dalam teks, harf jar berfungsi sebagai penghubung antar unsur-unsur kata dan juga sebagai penjelas dari rincian makna yang terdapat dalam sebuah kalimat.
Para An-nuhat (ilmuan gramatika bahasa Arab) berbeda pendapat tentang jumlah dari harf jar tersebut. Dan pada penelitian ini, peneliti mencukupkan dengan pendapat dua ahli ilmu gramatika bahasa Arab, tentang jumlah harf jar.
Ibn Hisyam, dalam Awḍah Al-Masālik Ilā Alfīyati Ibn Mālik menyebutkan ada 20 jumlah harf jar:
,اشاح ,لاخ ,ىتح ىلإ نم يهو ,سجلا فوسح كاى ,اجو ,واو ,يك ,ملالا ,بز ,رىم ,رم ,ىلع ,نع ,يف ,ادع
ىتمو ,لعلو ,ءابلاو ,فاكلاو
/hāka hurūf al-jarri, wahiya, min, ilā, hattā, khalā, hāsyā, „adā, fī, „an,
„alā, muź, munźu, rubba, al-lām, kai, waw, wa at-tā, wa al-kaf, wa al-bā, wa la‟alla, wa matā/
„Ambillah sebagai harf-harf jar: min, ilā, hatta, khalā, hasya, „ada, fī, „an,
„„alā, muź, munźu, rubba, lam, kay, ta, kaf, ba, la‟alla, dan mata‟
Al-Gulāyayni (1994), menyebutkan bahwa jumlah harf jar itu adalah 20:
:يهو ,افسح نوسشع سجلا فوسح
"
ءابلا مظقلا واوو ملالاو فاكلاو يفو ىلعو نعو ىلإو نمو وؤاجو
ىتمو يكو اشاحو ادعو لاخو ىتحو بزو رىمو رمو -
لًرى تغل يف -
ليقع تغل يف لعلو
"
/hurūf al-jarri „isyrūna harfan, wahiya: al-bā, wa min, wa ilā, wa „an, wa
„alā, wa fī, wa alkaf, wa al-lam, wa wawu al-qasam, wa tāuhu, wa muź, wa munźu, wa rubba, wa hattā, wa khalā, wa „ada, wa hasya, wa kay, wa mata – fī lughati hudzail - wa la‟alla fī lughati uqail/
„Harf-harf jar ada dua puluh, yaitu: ba, min, ilā, „an, „„alā, fī, kaf, lam, wawu qasam, ta qasam, mudz, mundzu, rubba, hatta, khalā, „ada, haysa, kay, mata – bahasa huźail - la‟alla - pada bahasa uqail‟
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, jumlah harf jar itu ada dua puluh. Harf-harf jar tersebut di atas, ada yang khusus masuk kepada ism ẓahir (kata benda yang tampak), yaitu rubba, muź, munźu, , hatta, kaf, waw qasam dan ta qasam, dan mata. Dan sisanya masuk kepada ism ẓahir (kata benda yang tampak) dan ism ḍamir (kata benda yang tersembunyi, atau kata ganti orang kesatu, kedua dan ketiga.
2.1.3 Makna Harf Jar
Masing-masing harf jar tersebut selain memiliki makna tersendiri (makna asli), juga memiliki makna lain ketika harf jar tersebut telah masuk dalam struktur kalimat bahasa Arab.
Berikut makna-makna harf jar yang peneliti sarikan dari penjelasan para pakar bahasa Arab:
1. Harf
نم
/min/Al-Gulāyaini (1994) menyebutkan makna dasar dari harf „min‟ adalah
ءادخبالا
/al-ibtidā‟/, menerangkan tentang permulaan, baik permulaan tempat atauwaktu, dalam bahasa Indonesia diartikan dengan „dari‟. Contoh, fīrman Allah Subhānahu Wata‟āla:
ى صقالأ دجسلما ىلإ ماسحلا دجسلما نم لايل ودبعب يسطأ يرلا ناحبط
/subḥāna al-laźī asrā bi‟abdihi lailān min al-masjidi al-ḥarāmi ilā al-masjidi al- aqşā/ „mahasuci Allah yang telah memperjalankan hambaNya Muhammad pada malam hari, dari masjid al-ḥarām ke masjid al-aqshā‟. Selain menerangkan permulaan tempat dan waktu, harf „min‟ juga menunjukkan ibtidā‟ fī al-ahdāś wa al-asykhāş yaitu permulaan yang berkaitan dengan perbuatan dan diri orang.
Selain makna dasar tersebut diatas, harf jar „min‟ memiliki makna-makna lain ketika harf tersebut masuk dalam struktur kalimat bahasa Arab.
Al-Gulayaini (1994) menyebutkan di antara makna lain dari harf jar „min‟
adalah: Makna
ضيعبخلا
/at-tab‟īḍ/ dalam bahasa Indonesia diartikan dengan„sebagian/diantaranya‟. Makna
نايبلا
/al-bayān/ maksudnya sebagai penjelas,dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan „yaitu‟. Makna
ديكأخلا
/at-ta‟kīd/maksudnya sebagai penguat/penegas, dan merupakan tambahan saja secara lafadz.
Makna
لدبلا
/al-badl/ artinya adalah pengganti. Maknaليلعخلاو تيببظلا
/as-sababiyah wa at-ta‟līl/ menerangkan tentang sebab, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan „sebab/karena‟. Makna
تيفسظلا
/az-ẓarfīyah/ maksudnyaadalah menunjukkan keterangan, dan makna
نع
/‟an/, maksudnya adalah harf jar„min‟ maknanya sama dengan makna harf jar „an‟ yaitu
دعبلاو ةشواجلما
/al-mujāwazah wal bu‟d/ artinya melalui, melewati, menjauh.
2. Harf
ىلإ
/ilā/Al-Gulāyaini (1994) menyebutkan makna dasar dari harf ilā adalah
ءاهتهالا
/al-intihā‟/ menerangkan batas akhir dari sesuatu. Kata
ءاهتهالإ
menurut (Yunus, 2007) bermakna „penghabisan, kesudahan, batas, maksud, akhir dan tujuan‟. Al- Gulāyaini (1994) menyebutkanءاهتهالإ
/al-intihā/ terbagi empat:1)
تيهامصلا تًاغلا ءاهتهإ
/intihā‟ al-gāyati az-zamāniyah/ maksudnya adalahharf ilā yang menunjukkan makna akhir dari sesuatu yang berkaitan dengan masa. Contoh, firman Allah Subhānahu Wata‟āla:
اىمجأ مز
ليللا ىلإ مايصلا
/ṡumma atimmū aṣ-ṣiyāma ila al-lail/ “kemudiansempurnakanlah puasa sampai malam hari”.
2)
تيهاكلما تًاغلا ءاهتهإ
/intihā‟ al-gāyati al-makāniyah/ maksudnya adalahharf ilā yang menunjukkan makna akhir dari sesuatu yang berkaitan dengan tempat. Contoh:
ذيبلا ىلإ لصفلا نم ذعجز
/raja‟tu min al-faṣliila al-baiti/ “aku pulang dari kelas ke rumah”.
3)
صاخشالأ يف تًاغلا ءاهتهإ
/intihā‟ al-gāyati fī al-asykhāş/ maksudnyaadalah harf ilā yang menunjukkan makna akhir dari sesuatu yang berkaitan dengan diri orang. Contoh:
كيلإ ذئج
/ji‟tu ilaika/ “aku datang ke padamu”.4)
رادحالأ يف تًاغلا ءاهتهإ
/intihā‟ al-gāyati fī al-aḥdāś/ maksudnya adalah harf ilā yang menunjukkan makna akhir dari sesuatu yang berkaitan dengan perbuatan.Selain makna dasar tersebut diatas, harf „ilā‟ memiliki makna-makna lain ketika harf tersebut masuk dalam struktur kalimat bahasa Arab. Di antara makna lain dari harf ilā adalah:
1)
تبحاصلما
/al-muşāhabah/ yaitu menggunakan arti lafazعم
/ma‟a/maknanya adalah kebersamaan, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan „bersama/beserta‟. Menurut Yunus (2007) ma‟a memiliki arti
„serta, bersama, dengan‟.
2) Menggunakan arti lafaz
دىع
/‟inda/ memiliki arti „disisi, dekat, pada‟.Harf jar ilā yang bermakna „inda disebut al-mubayyinah. Sebabnya karena menjelaskan bahwa lafaz yang dimasukinya merupakan fa‟il bagi kata yang terletak sebelumnya. Yaitu harf ilā yang terletak setelah fī‟il ta‟ajub atau isim tafdhil yang mempunyai arti senang atau benci.
Mansyur (2002), menambahkan makna lain dari harf ilā adalah
ملالا ىنعمب
/bima‟na al-lām/, terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah „terserah‟, seperti dalam kalimat:
كيلإ سمالأو
/wa al-amru ilāika/ artinya: „urusan itu terserah padamu‟. Dan terkadang harf ilā hanya sebagai tambahan saja dalam struktur kalimat.3. Harf
ىلع
/‟alā/Ghulayaini (1994) menyebutkan bahwa makna dasar dari harf „alā adalah
ءلاعخطالا
/al-isti‟lā‟/ yaitu menerangkan tentang ketinggian, baik secara hakiki (sesungguhnya) atau majazi. Dalam bahasa Indonesia harf jar „ala‟diterjemahkan dengan „atas‟. Tetapi dalam konsteks kalimat yang berbeda harf ini bisa bermakna lain, diantaranya: Makna
ليلعخلا
/at-ta‟līl/ yang berarti„karena/sebab‟. Makna
تيفسظ
/ẓarfīyah/ yaitu keterangan. Maknaكازدخطالا
/al-istidrāk/ terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah „walaupun/tetapi‟.
ب ىنعمب
/bima‟na bi/ dalam bahasa indonesia diartikan „dengan‟. Dan lain-lain.(Dahdah, 1981).
4. Harf
يف
/fī/Al-Gulāyayni (1994) menyebutkan makna dasar dari harf fī adalah تيفز
ظ
/ẓarfīyah/ yaitu makna yang menunjukkan keterangan. Makna ini terbagi dua yaitu:
تيقيقحلا تيفسظلا
/az-ẓarfīyyatu al-ḥaqiqiyyatu/ yaitu makna yang menunjukkan keterangan sebenarnya baik keterangan waktu atau tempat, danتيشاجلما تيفسظلا
/az-ẓarfīyyatu al-majāziyyatu/ yaitu makna yang menunjukkanketerangan yang tidak sebenarnya.
Tetapi dalam konsteks kalimat yang berbeda harf ini bisa bermakna lain, diantaranya: Makna
ليلعخلاو تيببظلا
/as-sababiyah wa at-ta‟līl/, menerangkantentang sebab, dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan „sebab/karena‟, contoh:
اهتظبح ةسى يف زاىلا ةأسما ذلخد
/dakhalat imra‟atun fī hirratin ḥabasatha/“seorang wanita masuk neraka disebabkan kucing yang ia tawan (tidak memberinya makan dan minum)”. Makna
عم
/ma‟a/ dalam bahasa Indonesiaditerjemahkan „bersama/beserta‟. Makna
ءلاعخطالإ
/al-isti‟lā/ artinya bermaknaىلع
/‟alā/, Munawwir (1997) menyebutkan ‟alā memiliki arti di atas.
5. Harf
نع
/‟an/Makna dasar dari harf ‟an adalah
دعبلاو ةشواجلما
/al-mujāwazatu wa al- bu‟du/ yaitu melewati dan menjauh, contoh:ضىقلا نع مهظلا ذيمز
/ramaitussahma „an al-qaus/ “saya melempar anak panah melewati busurnya”. Tetapi dalam konteks kalimat yang berbeda harf ini bisa bermakna lain, diantaranya:
Makna
لدبلا
/al-badl/ terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah „pengganti‟.Makna
ءلاعخطالا
/al-isti‟lā‟/ dalam bahasa Indonesia diartikan dengan „atas‟.Makna
ليلعخلا
/at-ta‟līl/ diterjemahkan dengan „sebab/karena‟. Maknaنم فداسم
/murādif min/ sinonim harf „min‟ yaitu „dari‟. Dan lain-lain, (Al-Gulāyaini, 1994).
6. Harf
ب
/ba/Makna dasar dari harf „ba‟ adalah
قاصلالإ
/al-ilşāq/. Dalam kontekskalimat yang berbeda harf ini bisa bermakna lain, diantaranya: Makna
تهاعخطالا
/al-isti‟ānah/, yaitu menyatakan alat, dalam bahasa Indonesia diartikan „dengan‟.
Makna
ليلعخلاو تيببظلا
/as-sababiyah wa at-ta‟līl/ menerangkan tentang sebab,dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan „sebab/karena‟. Makna
تًدعخلا
/at-ta‟addiyah/ disebut juga dengan
لقىلا ءاب
/bā an-naql/ berfungsi membuat katakerja sebelumnya dari intransitif menjadi transitif, dan harf ini tidak diterjemahkan. Makna
مظقلا
/al-qasm/ maknanya sumpah, harf ba dengan maknaal-qasm dalam bahasa Indonesia diartikan „demi‟. Makna
تيفسظلا
/az-ẓarfīyah/terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah „pada/di‟. Makna
تبحاصلما
/al-mushāhabah/ maknanya kebersamaan. Dan lain-lain, (Al-Gulāyaini, 1994).
7. Harf
ل
/lam/Makna dasarnya adalah
كللما
/al-milk/ yaitu menunjukkan arti kepemilikan.Ini merupakan fungsi yang paling sering dipakai dari lam jar. Lam ini terletak di antara dua benda dan yang kedua memiliki yang pertama secara hakiki. Contoh:
ديزل باتكلا /al-kitābu lizaidin/ „kitab itu (milik) Zaid‟. Dan dalam konteks yang
berbeda, harf lam memiliki makna yang berbeda, diantaranya: Makna
كللما هبش
/syibhu al-milk/ yaitu „kepemilikan non hakiki‟ yakni yang kedua memiliki yang pertama secara majazi. Contoh:
ا ًجا َو ش َ
أ م ُك ِظ ُف هَأ نِم مُكَل َلَعَج
/ja‟‟alā lakum minanfusikum azwājan/ „Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri‟. Istri bukanlah milik suami secara hakiki. Makna
ليلعخلا
/at-ta‟līl/maknanya sebab. Disebut juga dengan lam kay karena kalimat setelahnya menjadi sebab atas hasilnya kata sebelumnya. Makna
ديكىخلا
/at-taukīd/ ini merupakantambahan dan sebatas sebagai penguat kata. Dan lain-lain, (Al-Gulāyaini, 1994).
8. Harf
ك
/kaf/Harf
َك
makna dasarnya adalahهيبشدل
ا /at-tasybīh/ dalam bahasa Indoesia diterjemahkan dengan „seperti‟. Tetapi dalam konsteks kalimat yang berbedahuruf ini bisa bermakna: Makna
ديكىج
/taukīd/, yang bermakna „penegas‟, sepertiditemukan dalam potongan ayat Al-Qur‟an:
ُر ي ِصَب لا ُع يِم َّظلا َىُىَو ٌء ي َ ش ِهِل ثِمَك َع يَل
/laisakamiślihi syaiun wahuwa as-sami‟u al-başīr/ artinya „Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia Yang Maha Mendengar dan Melihat‟. Kata
لثم
/miślu/sebenarnya sudah bermakna „seperti/semisal‟, tetapi masih ditambah huruf
ك
dengan makna yang sama. Penggandengan dua kata yang bermakna sama mengandung tujuan sebagai penegasan/penguatan. Dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa benar-benar tidak ada yang serupa dengan Dia (Allah), (Dahdah, 1981).
9. Harf
ءاخلاو واىلا
/ waw dan tā/Harf jar „waw‟ dan „tā‟ maknanya adalah sumpah, dalam bahasa Indonesia diartikan dengan „demi‟. Harf jar „tā‟ hanya boleh digandengkan dengan lafadz Allah saja, contoh:
ملعلا بلط يف ندهتجلأ للهاج
/tallāhi laajtahidanna fī ṭalabil ilmi/ “demi Allah saya akan benar akan bersungguh-sungguh dalammenuntut ilmu”. Sementara harf jar „waw‟ boleh digandengkan dengan setiap sesuatu yang dijadikan sumpah, contoh:
سجفلاو
/wal fajr/ “demi waktu fajar” (Al- Gulāyaini, 1994).10. Harf
رىمو رم
/muź dan munźu/Harf jar „muź‟ dan „munźu‟ bermakna
تًاغلا ءادخبلا
/libtidā al-gayati/menyatakan permulaan, jika waktu yang disebutkan telah berlalu. Contoh:
كخًأز ام مىً رىم وأ رم
تعمجلا
/mā raaituka muź au munẓu yaumi al-jumu‟ah/ „aku tidakmelihatmu sejak hari jum‟at‟. Dan bermakna „fī‟ yaitu
تيفسظ
/ẓarfiyah/menunjukkan keterangan, dalam bahasa Indonesia diartikan „pada/di‟ jika waktu yang disebutkan belum berlalu. Contoh:
اهسهشوأ اىمىً رىم هخًأز ام
/mā raaituhu munẓu yauminā au syahrinā/ „aku tidak pernah melihatnya pada hari ini atau bulan ini‟. Jadi keduanya menyatakan keterangan waktu, (Al-Gulāyaini, 1994).2.1.4 Antara Makna Dan Arti
Pada dasarnya sukar membedakan pemakaian antara makna dan arti.
Keduanya seolah-seolah bersinonim, untuk itu perlu di rujuk kepada kamus.
Dalam KBBI, bahwa makna adalah (1) arti; ia memperhatikan makna yang terdapat dalam tulisan kuno itu. (2) maksud pembicara atau penulis; (3) pengertian yang diberikan kapada suatu bentuk kebahasaan, (Depdikbud, 1995). Dari penjelasan di atas, jelas bahwa makna bersinonim dengan arti.
Menurut kajian linguistik, ternyata kedua istilah ini berbeda. Dalam bahasa Inggris, makna disebut dengan sense, sementara arti disebut dengan meaning.
Makna adalah pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata), (Djajasudarma: 1993). Makna menurut Palmer (1976) hanya menyangkut intrabahasa. Menurut Lyons, dalam Djadjasudarma (1993),
menyebutkan bahwa: “Mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Arti dalam hal ini menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri.
Disebut makna jika arti sebuah kata telah berubah dari arti dasarnya.
Sementara arti dasar itulah yang disebut dengan arti. Contoh morfem /mata/ arti dasarnya adalah salah satu anggota tubuh yang berfungsi untuk melihat‟.
Selanjutnya ungkapan /mata keranjang/ menunjukkan perubahan arti kata dasar mata pada ungkapan itu kepada makna „play boy‟. Arti baru inilah yang disebut dengan makna.
Dalam bahasa Arab, arti disebut dengan
ىنعلما
/al-ma‟nā/ sementara maknatepatnya diterjemahkan dengan
تللادلا /
ad-dilālah/.
Berkaitan denganتللادلاو ىنعلما
/al-ma‟nā wa ad-dilālah/ arti dan makna, apakah keduanya bersinonim atau berbeda? Dalam masalah ini para ahli bahasa Arab memberikan perhatian khusus tentang kedua istilāh tersebut. Ringkasnya, para ahli bahasa Arab terbagi menjadi tiga pendapat dalam masalah ini:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa, istilah dilālah dan ma‟nā adalah istilah yang sama atau bersinonim. Mukhtar (1998) dalam bukunya Ilmu Dilālah salah satu ahli bahasa yang berpendapat demikian.
2. Pendapat lain menyatakan bahwa ma‟na lebih umum dari dilālah.
Karena dilālah terbatas pada lafadz mufrad (tunggal) saja.
3. Pendapat terakhir menyatakan kebalikan dari yang kedua, yaitu dilālah lebih umum dari ma‟na. Karena setiap dilālah mencakup di dalamnya makna, dan tidak sebaliknya. Maka dilālah itu bersifat umum sementara ma‟na bersifat khusus.
2.1.5 Jenis-Jenis Makna
Berbagai jenis makna telah banyak dikemukakan dalam berbagai buku linguistik atau semantik. Menurut Verhar (1989), ada dua jenis makna yaitu makna leksikal dan makna gramatikal.
1. Makna Leksikal
Mukhtar (1998) yang menyebutkan bahwa makna leksikal adalah makna dasar dari kata itu sendiri atau juga disebut dengan makna yang terdapat dalam mu‟jam (kamus). Pendapat yang senada tentang makna leksikal dan makna gramatikal juga dikemukakan oleh (Chaer: 2012), makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun.
Pateda (2015), meyebutkan makna leksikal adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu. Dikatakan berdiri sendiri sebab makna sebuah kata dapat berubah apabila kata tersebut telah berada dalam kalimat.
Kridalaksana (2001), menyebutkan yang dimaksud dengan makna leksikal adalah: “makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa dan lain- lain”.
Defenisi leksikal menurut (Bussmann 1996, dalam Subuki 2011).
Lexical meaning is that aspect of meaning which is codifīed in a lexicon or a dictionary, can be semantically analyzed, and, together with the grammatical element of meaning (such as mood, tense, comparison (degree)) yields the whole meaning of a linguistic expression. Normally lexical meaning consists of an open class of elements,...
“Arti leksikal adalah aspek arti yang dikodifikasikan dalam leksikon atau di dalam kamus, aspek arti yang dapat dianalisis, dan aspek arti yang, bersama arti dari elemen gramatikal (seperti modal, kala, dan perbandingan), membentuk arti suatu ungkapan linguistis secara keseluruhan. Secara normal, arti leksikal biasanya dimiliki oleh bentuk yang termasuk dalam kelas terbuka...”
Menurut Khuli (1982), menyebut makna leksikal sebagai
يحادسفم ىنعم
/ma‟na mufradātī/, yaitu:
اهتاملك يواعم نم دمخظلما تلمجلا ىنعم
/ma‟na al-jumlah al-mustamad min ma‟ānī kalimātihā/
„makna leksikal adalah makna kata yang diambil dari arti kata itu‟
Misalnya dalam bahasa Arab kata
ضأز
/ra‟sun/ makna leksikalnya adalah„kepala atau anggota badan yang paling atas‟. Kata
ضأز
/ra‟sun/ di atas bermaknaleksikal bukan hanya ketika kata tersebut berdiri sendiri, namun kata tersebut tetap berada pada makna leksikalnya walaupun kata tersebut berada dalam struktur sebuah kalimat. Contoh:
دمحأ ضأز ارى
/hāzā ra‟su ahmad/ “ini kepala Ahmad”, makna kataضأز
/ra‟sun/ pada kalimat di atas tetap pada makna leksikalnya yaitu kepala atau anggota badan yang paling atas. Ini menunjukkanbahwa makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan acuannya meskipun kata tersebut digunakan dalam kalimat.
Dari beberapa defenisi di atas, dapat diartikan bahwa makna leksikal sebagai makna dasar yang terdapat pada setiap kata. Maksudnya, makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan acuan atau referennya.
Contoh harf jar bermakna leksikal dalam Q. S. Al-Furqān
يِس ج َج ٍثاَّىَج َكِلَذ نِم اًر يَخ َكَل َلَعَج َءا َش نِإ يِرَّلا َكَزاَبَج اَه ِت ح َج نِم
الأ َ ُزاَه ن
...
/tabāraka al-laźī in syāa ja‟ala laka khairan min źālika jannātin tajrī min taḥtihā al-anhāru.../
„
Maha Suci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik daripada itu, (yaitu) surga- surga yang mengalir dari bawahnya sungai-sungai...
(Q. S. Al-Furqan: 10) Harf jarنم
/min/ pada ayat di atas berkaitan dengan kata sebelumnya,yakni kata kerja
يسجج
/tajrī/, artinya mengalir (Darwisy: 2011). Kata kerja dimaksud menunjukkan adanya awal dan akhir. Merujuk kepada tafsir, ayat di atas menerangkan tentang surga yang mengalir dari bawahnya air sungai. Oleh sebab itulah makna harf jar min pada ayat ini adalahتًاغلا ءادخبا
/ibtidā‟ al-gāyati/yaitu menerangkan tentang awal dari sesuatu. Dalam bahasa Indonesia harf jar min diartikan dengan „dari‟, (Munawwir: 1997). Para ahli bahasa Arab mengatakan bahwa dari kebanyakan makna harf jar min adalah menerangkan permulaan sesuatu (Al-Anşāri, 1998).
2. Makna Gramatikal
Menurut Mukhtar (1998), makna gramatikal adalah makna yang muncul ketika kata tersebut masuk ke dalam struktur kalimat. Djadjasudarma (1993), yang
dimaksud dengan makna gramatikal adalah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata di dalam kalimat.
Pateda (2015), meyebutkan makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat. Kridalaksana (2001), menyebutkan makna gramatikal didefenisikan sebagai hubungan antara unsur- unsur bahasa dalam satuan-satuan yang lebih besar; misalnya hubungan antara kata dengan kata lain dalam prase atau klausa.
Chaer (2012) menyebutkan makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi. Seperti adanya afiksasi prefiks „ber‟ dengan kata dasar „baju‟ melahirkan makna gramatikal „mengenakan atau memakai baju‟. Proses komposisi dasar „sate‟
dengan dasar „ayam‟ melahirkan makna gramatikal „bahan‟. Dalam bahasa Arab misalnya kata
لالما ضأز
/ra‟su al-māli/ adalah komposisi dari dua kata yaituضأز + لام
/ra‟sun + mālun/ „kepala + harta‟ yang melahirkan makna gramatikal „uang(modal dasar)‟.
Contoh harf jar bermakna gramatikal dalam QS. Al-Furqān
ى َق لًُ و َ أ ُن ى ُكَج و َ
أ ٌز ن َك ِه ي َ لِإ ُلُك أًَ ٌتَّى َج ُه ل َ
اَه ن ِم َّلا ِإ َن ىُعِبَّدَج نِإ َن ىُِلماَّظلا َلاَقَو ًز ى ُح س َم ًلا ُجَز
/au yulqā ilahi kanzun au takūnu lahu jannatun ya‟kulu minhā wa qālū aẓ- ẓālimūna in tattabi‟ūna illā rajulan masḥūrā/ „Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau dia mempunyai kebun yang ia makan darinya? Dan berkata pula orang-orang yang aniaya itu, bahwasanya yang kamu ikuti itu hanyalah seseorang yang telah dirasuk sihir‟. (QS: Al-Furqan: 8)
Makna harf jar min pada ayat di atas adalah
ضيعبخلل
/littab‟īḍ/, artinyamenunjukkan „sebagian‟. Ibn Hisyam (2010) mengatakan bahwa tanda harf jar min bermakna sebagian adalah jika kata
ضعب
/ba‟ḍ/ bisa dan memungkinkanmenggantikan harf jar min dalam kalimat. Maka min pada ayat di atas yang bersambung dengan kata ganti bersambung (dhamīr muttaşil) yaitu
ه
yangmerujuk kepada kata
تىج
/jannah/ „kebun‟, bisa digantikan dengan kataضعب
/ba‟ḍ/. Sehingga makna harf jar min di atas adalah
ضيعبخل
ا/at-tab‟īḍ/ „sebagian‟,maka artinya adalah Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau dia mempunyai kebun yang ia makan sebagiannya (buah-buahannya)?.
2.2 Surah Al-Furqān
Surah Al-Furqān (Arab:
ناقسفلا
„Pembeda‟) adalah surah ke-25 dari Al- Qur'an. Surah ini terdiri atas 77 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Dinamai Al-Furqān yang artinya pembeda, diambil dari kata Al- Furqān yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Yang dimaksud dengan Al- Furqān dalam ayat ini ialah Al-Qur‟an. Al-Qur‟an dinamakan Al-Furqān karena dia membedakan antara yang haq dengan yang batil. Maka pada Surah inipun terdapat ayat-ayat yang membedakan antara kebenaran ke-esaan Allāh Subhānahu Wata‟āla dengan kebatilan kepercayaan syirik. Pokok-pokok isi kandungan Surah ini adalah keimanan, hukum-hukum, kisah nabi Musa Alaihi Salām, nabi Nuh Alaihi Salām, kaum Śamūd, kaum Syu‟aib, dan lain-lain.2.3 Landasan Teori
Pada penelitian ini peneliti memfokuskan kajian tentang makna leksikal dan gramatikal dari harf jar yang terdapat dalam Al-Qur‟an Surah Al-Furqān.
Teori yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian ini yaitu teori semantik leksikal dan gramatikal dengan merujuk pendapat para ahli linguistik yang dikemukakan oleh Verhaar (1996), Pateda (2015), Khuli (1982), yang menyebutkan bahwa makna leksikal adalah makna dasar dari kata itu sendiri atau juga disebut dengan makna yang terdapat dalam mu‟jam (kamus). Sementara makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat berfungsinya kata di dalam kalimat.
2.4 Penelitian yang Relevan
Azzuhri (2012) dalam artikelnya menganalisis Perubahan Makna Nomina Bahasa Arab dalam Al-Qur‟an: Analisis Sosiosemantik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian menyebutkan bahwa beberapa nomina bahasa Arab dalam Alqur‟an yang mengalami perubahan makna adalah semua kata benda dalm bahasa Arab seperti isim ma‟rifah, nakirah, muźakar, masdar, muannats, mufrad, mutsanna dan lain sebagainya.
Ismail (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Semantik Pada Kata Ahzāb dan Derivasinya dalam Alqur‟an” mengkaji secara khusus tentang pemaknaan yang tepat terhadap kata ahzāb dalam Alquran agar maksud dan tujuan pemberi wahyu dapat dipahami oleh manusia dengan tepat. Penelitian ini menggunakan metode analisis komponen semantik dan analisis kombinasi semantik. Dalam penelitian ini, kata ahzāb dianalisis berdasarkan teori semantik,
baik dari segi kontekstual maupun makna-maknanya dengan menginventarisir derivasinya dalam Alquran. Kata ahzāb dalam Alquran diulang sebanyak 17 kali dalam 13 surat dalam berbagai bentuk gramatikalnya. Kata ahzāb jika dilihat dari penggunaanya dalam Alquran dengan bentuk dan gramatikal yang bervariasi, ini memunculkan makna kata yang berbeda pula, sehingga menyebabkan adanya tendensi makna yang beragam. Diantara makna Ahzāb dan derivasinya dalam Alquran adalah: Ahzāb dengan pengertian golongan yang ekslusif, ahzāb dengan pengertian golongan yang bersekutu, ahzāb dengan pengertian golongan yang berserikat, Ahzāb dengan pengertian sekutu, ahzāb dengan pengertian pengikut agama.
Raudatussolihah (2016) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Linguistik dalam Alqur‟an: Studi Semantik Terhadap QS Al-Alaq” mengkaji tentang jenis dan relasi makna yang terdapat di dalam Alqur‟an surah Al-„Alaq. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang difokuskan pada penelitian pustaka (library research). Penelitian ini menggunakan pendekatan multidisipliner yang berupaya membahas dan mengkaji objek dari beberapa disiplin ilmu atau mengaitkannya dengan disiplin-disiplin ilmu yang berbeda yaitu pendekatan tafsir dan semantik.
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif kemudian teknik analisis dan interpretasi data yang digunakan adalah analisis deskriptif – semantik yaitu mengkaji makna setiap kata yang dijadikan sebagai kata tafsiran untuk menafsirkan ayat-ayat pada Alqur‟an surah Al-„Alaq dengan berlandaskan pada teori-teori semantik secara umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis makna yang terkandung dalam Alquran surah Al-„Alaq,
terdiri dari beberapa jenis makna, yaitu: makna referensial, makna dasar atau makna kamus (al-ma‟na al-asasi wa al-mu‟jami), makna kiasan (al-ma‟na almajazi), dan makna denotative (al-ma‟na al-haqiqi). Sedangkan relasi makna antara kata-kata atau lafal Alquran dengan kata-kata penafsirannya terjadi dalam empat macam relasi (hubungan makna) yaitu: hubungan sinonim (al-taraduf) hubungan polisemi (ta‟addud al-ma‟na), konsep hiponimi dan hipernimi (al- Isytimal).
Fathani (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Harf Jar „min‟ dalam Bahasa Arab: Ragam Mengartikannya ke dalam Bahasa Indonesia” membahas mengenai ragam mengartikan min (
ن ِم
) ke dalam bahasa Indonesia. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa harf jar min (
ن ِم
) dalam berbagai konteks kalimat dapat diartikan dengan kata-kata sebagai berikut: dari dan daripada, diantara, dibandingkan, berarti berupa, lebih sedikit (kurang dari), kepada, bersumber (dari), atas, melalui, termasuk, tentang, berasal dari, di, dengan, sebagian, melainkan (kecuali), bagian (dari), karena, dan tidak diartikan sama sekali.Efpriyani, Firman Susilo dan Amriani Amir (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Semantik Leksikal Kosakata Pada Tenun Ikat Tradisional Suku Dayak Desa” mengkaji tentang makna leksikal, komponen makna, jenis makna, serta peran semantis kata-kata yang mengandung kosakata pada tenun ikat tradisional yang digunakan oleh masyarakat Suku Dayak Desa Ensaid Panjang, kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang. Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa Suku Dayak Desa yang dituturkan oleh informan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknikpengamatan langsung dan wawancara. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu peneliti sebagai instrumen kunci.Berdasarkan hasil analisis data penelitian ditemukan bahwa bahwa ada tiga makna yang terdapat dalam penelitian ini yaitu makna leksikal, makna gramatikal, dan makna kolokatif. Hasil analisis dari submasalah yang ada dalam penelitian ini yaitu pendeskripsian makna leksikal, komponen makna, jenis makna, dan peran semantis kosakata pada tenun ikat tradisional Suku Dayak Desa yaitu terdapat 18 kosakata pada tenun ikat tradisional Suku Dayak Desa berupa motif, 12 kosakata pada tenun ikat tradisional Suku Dayak Desa berupa alat, 8 kosakata pada tenun ikat tradisional Suku Dayak Desa berupa bahan, dan 8 kosakata pada tenun ikat tradisional Suku Dayak Desa berupa hasil tersebut yang terkumpul dalam penelitian ini.
Adit Tiawaldi dan Muhbib Abdul Wahab (2017), dalam penelitiannya yang berjudul “Perkembangan Bahasa Arab Modern dalam Perspektif Sintaksis dan Semantik Pada Majalah Al-Jazeera” memfokuskan penelitianya pada analisis perkembangan makna dan struktur bahasa. Objek penelitian ini adalah majalah daring Aljazeera dalam bentuk analisis makna leksikal, gramatikal dan kontekstual, dan penelitian sintaksis berupa analisis frasa, klausa dan verbal.
Penelitian ini menggunakan teori al-Nazhariyyah al-Siyaqiyyah atau teori kontekstual yang dikembangkan oleh J.R Firth. Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan sosiolinguistik dan leksikostatistik. Sumber utama penelitian ini adalah majalah daring Aljazeera.
Studi ini mengungkapkan bahwa bahasa Arab modern yang digunakan oleh
majalah Aljazeera telah mengalami banyak perkembangan makna dan struktur serta perkembangan sains dan teknologi juga memiliki pengaruh besar terhadap pengembangan kosakatanya di berbagai bidang seperti politik, ekonomi dan sains dan teknologi.
Penelitian-penelitian yang relevan yang telah disebutkan di atas berkontribusi bagi peneliti sebagai acuan dalam membangun kerangka teori dan tolok ukur penulis dalam menyusun penelitian ini.