Pengertian Dasar Zakat
Bab 5 : Kriteria Harta Zakat
A. Kepemilikan Yang Sempurna
2. Harta Yang Tidak Produktif
Bab 5 : Kriteria Harta Zakat Seri Fiqih Kehidupan (4) : Zakat - 1
104
Ada begitu banyak harta yang tidak produktif meski secara nominal nilainya mungkin sangat besar. Namun karena harta itu tidak produktif, maka tidak ada beban untuk zakat atas kepemilikan harta itu.
Tentu logika dirjen pajak yang selalu mengaitkan kewajiban bayar pajak dengan nilai yang terkandung pada suatu harta sangat berbeda dengan logika zakat dalam syariat Islam.
Logika fiqih zakat sangat unik dan spesifik, semua berdasarkan wahyu dan dasar masyru'iyah yang ketat. Tentunay tidak boleh dipaksa-paksa untuk mengikuti logika pajak dan cukai, karena keduanya lahir dari latar belakang ideologi dan idealisme yang jauh berbeda.
a. Mobil Pribadi
Mobil mewah yang harganya milyaran dalam pandangan syariat Islam bukan harta yang bersifat produktif, selama bila tidak ada pemasukan yang bisa didapat dari mobil itu.
Meski seseorang memiliki sedan mewah seperti Jaguar, Lamborghini, Maybach, Ferrari, Bugatti, hingga Aston Martin, dia tidak wajib membayar zakat. Padahal harga mobil itu setidaknya kalau sudah sampai Indonesia bisa menembus sepuluh bermilyar rupiah. Selama barang mahal itu tidak memberikan pemasukan secara ekonomis kepada pemiliknya.
Sebaliknya, meski seseorang hanya punya Bajaj yang harganya hanya berkisar 15 jutaan, tetapi bila Bajaj itu memberikan pemasukan secara ekonomis buat pemiliknya, maka dari pemasukan itu ada ketentuan zakat tersendiri.
b. Rumah Pribadi
Rumah pribadi, villa, apartemen, cottage, kondominium dan sejenisnya yang dimiliki secara pribadi, termasuk harta yang diam dan tidak produktif. Apakah aset itu ditempati setiap hari atau hanya sesekali saja, pada hakikatnya sama saja. Bahkan meski ditempati oleh orang lain, tetapi bukan dengan sewa atau kontrak, artinya tidak komersial, maka sama-sama dianggap bukan aset yang bersifat produktif.
Maka meski nilainya milyaran rupiah, secara hukum syariah tidak ada kewajiban zakatnya.
Lagi-lagi logika fiqih zakat 180 derajat berbeda dengan logika dirjen pajak, yang biasanya selalu mengaitkan nilai ekonomis suatu aset dengan besarnya pajak.
Dalam hukum zakat, bila semua aset itu disewakan dan secara ekonomis memberikan pemasukan buat pemiliknya, barulah tentu ada hitungan zakatnya tersendiri.
c. Tanah Kosong
Demikian juga dengan aset berupa tanah, meski luasnya berhektar-hektar, dan harganya bermilyar-milyar, selama tanah itu kosong saja, tidak ada aktifitas ekonomi di atasnya, tidak disewakan, tidak dijadikan lahan pertanian, atau bentuk apa pun yang sifatnya ekonomis dan memberikan pemasukan secara nominal, maka tanah itu bukan aset yang produktif.
Dengan demikian, si tuan tanah yang kemana pun melangkah punya tanah dimana-mana, tetap belum diwajibkan untuk membayar zakat, selama di atas tanah itu tidak ada aktifitas ekonomi.
Tanah itu memang bisa berfungsi sebagai simpanan harta, tetapi karena tanah bukan alat tukar, maka tidak ada istilah penimbunan.
C. Nishab
Bila suatu harta belum memenuhi jumlah tertentu, maka belum ada kewajiban zakat atas harta itu. Namun sebaliknya, bila jumlahnya telah sampai pada batas tertentu atau lebih, barulah ada kewajiban zakat atasnya. Jumlah tertentu ini kemudian disebut dengan istilah nisab (بﺎﺼﻨﻟا).
Nishab ditetapkan dalam syariah dan punya hikmah antara lain untuk memastikan bahwa hanya mereka yang kaya saja yang wajib membayar zakat. Jangan sampai orang miskin yang sesungguhnya tidak mampu diwajibkan untuk mengeluarkan zakat.
Bab 5 : Kriteria Harta Zakat Seri Fiqih Kehidupan (4) : Zakat - 1
106
Namun nisab masing-masing jenis harta sudah ditentukan langsung oleh Rasulullah SAW. Dan kalau dikomparasikan antara nisab jenis harta tertentu dengan nisab lainnya dari nilai nominalnya, maka sudah pasti tidak sama.
Misalnya, nishab zakat emas adalah 85 gram. Sedangkan nisab zakat beras adalah 520 kg. Bila dinilai secara nominal, harga 85 gram emas itu berbeda dengan harga 520 kg beras. Kita tidak bilang bahwa ketentuan nisab ini tidak adil.
Sebab yang menentukan semua itu tidak lain adalah Rasulullah SAW sendiri. Tentunya apa yang beliau SAW tentukan pasti datang dari Allah SWT, sebagai sebuah ketetapan dan hukum yang absolut dan mutlak.
Jadi kita perlu sadar bahwa jenis harta itu memang berbeda-beda, maka wajar pula bila nilai nominal nisabnya pun berbeda pula.
Sekedar untuk memudahkan, Penulis coba buatkan tabel yang berisi daftar jenis-jenis harta yang wajib dikeluarkan zakat, dilengkapi juga dengan masing-masing nisabnya secara ringkas. bisa kita buatkan tabel agar memudahkan dalam mengingatnya.
Tabel zakat dan Nishabnya
JENIS ZAKAT NISHAB
EMAS & PERAK
Yang disimpan bukan yang sering dikenakan
85 gram emas 595 gram perak
TABUNGAN
Semua bentuk tabungan baik tunai, rekening, piutang, chek, giro dll)
seharga 85 gr emas seharga 595 gr perak
PERDAGANGAN
Uang/modal yang berputar, bukan asset (bangunan, perabot dll tidak termasuk)
seharga 85 gr emas seharga 595 gr perak
PERTANIAN
Hasil panen dikurangi biaya perawatan (pupuk, irigasi, obat dll)
5 wasaq = 653 kg gabah = 520 kg beras
D. Haul
Istilah haul dalam bahasa Arab maknanya adalah as-sanah ( ﺔَﻨﱠﺴ ﻟا) yang berarti tahun dan juga bermakna putaran, dikatakan (ﻻﻮﺣ ءﻲﺸﻟا لﺎﺣ), sesuatu berputar.
Secara penggunaan istilah dalam masalah zakat, istilah haul berarti jangka waktu satu tahun qamariyah untuk kepemilikan atas harta yang wajib dizakatkan.
Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW :
ﹶﻻ
ﹶﺓﺎﹶﻛﺯ
ﻲﻓ
ﹴﻝﺎﻣ
ﻰﺘﺣ
ﻝﻮﺤﻳ
ﻪﻴﹶﻠﻋ
ﻝﻮﺤﹾﻟﺍ
Tidak ada kewajiban mengeluarkan zakat hingga harta itu berjalan padanya masa (dimiliki selama) satu tahun. (HR. Ibnu Majah)20
Para ulama telah menetapkan bahwa bila seseorang memiliki harta hanya dalam waktu singkat, maka dia tidak bisa dikatakan sebagai orang kaya. Sehingga ditetapkan harus ada masa kepemilikan minimal atas sejumlah harta, agar pemiliknya dikatakan sebagai orang yang wajib membayar zakat.
Yang penting untuk diketahui, bahwa batas kepemilikan ini dihitung berdasarkan lama satu tahun hijriyah, dan bukan dengan hitungan tahun masehi. Dan sebagaimana diketahui, bahwa jumlah hari dalam setahun dalam kalender hijriyah lebih sedikit dibandingkan kalender masehi.
Maka menghitung jatuh tempo pembayaran zakat tidak
20 Al-Bushiri mengatakan bahwa hadits ini dhaif, namun Al-Imam An-Nawawi dalam Nashburrayah mengatakan bahwa meski demikian hadits ini punya banyak syawahid yang menguatkannya sehingga naik derajatnya menjadi shahih atau hasan. Lihat Nashburrayah jilid 2 hal. 328
Bab 5 : Kriteria Harta Zakat Seri Fiqih Kehidupan (4) : Zakat - 1
108
sama dengan menghitung tagihan pajak. Jatuh tempo zakat dihitung berdasarkan kalender qamariyah.
Sebagai ilustrasi, bila seseorang pada tanggal 15 Rajab 1425 H mulai memiliki harta yang memenuhi syarat wajib zakat, maka setahun kemudian pada tanggal 15 rajab 1426 H dia wajib mengeluarkan zakat atas harta itu.
Seluruh zakat menggunakan perhitungan haul ini, kecuali zakat rikaz, zakat tanaman dan turunannya, zakat profesi. Zakat-zakat itu dikeluarkan saat menerima harta, tanpa menunggu haul.