Pengertian Dasar Zakat
Bab 7 : Zakat dan Pajak
E. Zakat Bukan Pajak
Satu ciri yang amat khas antara pajak dan zakat adalah kesan yang amat kuat bahwa pajak itu didesain sedemikian juga agar bisa disedot sebesar-besarnya dari rakyat. Mulai dari undang-undang pajak, hingga para para petugasnya, semua sangat gigih dan mati-matian bekerja sangat serius untuk menguras kantong rakyat. Maka bisa kita saksikan, pajak itu ada di setiap lini kehidupan.
Sementara esensi dan ruh dari syariat zakat tentu tidak bisa disamakan dengan pajak. Selain ada begitu perbedaan banyak antara keduanya, zakat memang tidak didesain sebagai upaya penyedotan dana rakyat untuk negara, tetapi sepenuhnya lebih merupakan pemerataan kesejahteraan yang sepenuhnya untuk rakyat.
1. Berbagai Jenis Pungutan Pajak
Di negeri ini kita mengenal ada lusinan jenis pajak. Ada
pajak penghasilan24, ada pajak pertambahan nilai (PPN), ada
pajak penjualan atas barang mewah25, dan juga ada yang disebut
bea materai.26
Kendaraan yang kita miliki sebagai sarana penunjang kehidupan, justru dikenai pajak yaitu pajak kendaraan
24 Diatur dalam UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang diubah terakhir kali dengan UU Nomor 36 Tahun 2008
25 Diatur dalam UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang diubah terakhir kali dengan UU No. 42 Tahun 2009
bermotor. Kalau kendaraan itu kita jual, maka ada kewajiban bayar pajak lagi, setidaknya untuk bea balik nama kendaraan bermotor. Untuk mengisi kendaraan itu dengan bahan bahkar seperti bensin dan sebagainya, ada pajak bahan bakar kendaraan bermotor. Bahkan ada juga pajak air permukaan dan pajak rokok.
Hotel, restoran, tempat hiburan, reklame, penerangan jalan, semuanya kena pajak. Termasuk juga ada pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan dan juga bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
2. Target Penerimaan Pajak
Di dalam dunia pajak dikenal istilah target atau potensi penerimaan pajak. Angka-angkanya selalu menjadi aqidah dasar para petugas pajak dalam bekerja tanpa kenal lelah. Mereka diperintahkan dengan segala cara untuk dapat menyedot sebesar-besarnya uang rakyat.
Misalnya dalam APBN 2011, pemerintah memasang target sebesar 850,3 triliun.
Dengan berlindung di balik undang-undang pajak, padahal rakyat sama sekali tidak pernah diajak-ajak untuk membuatnya, para petugas pajak mulai dari Dirjen hingga yang paling bawah, semua aktif konsentrasi pada kerja bersama, menarik uang rakyat.
3. Zakat Tidak Butuh Target
Sayangnya, entah dapat ilham dari mana, zakat yang didesain Allah jauh berbeda dengan pajak, justru seolah-olah digiring ke satu titik untuk bisa sejajar dengan pajak, termasuk dalam urusan target-target penerimaannya. Sehingga muncul pula istilah target penerimaan zakat, juga diciptakan potensi penerimaan zakat.
Sementara ketika Rasulullah SAW mengirim Muadz bin Jabal ke Yaman, sama sekali tidak ada urusan target-targetan. Beliau SAW hanya berpesan, ambillah harta zakat itu dari orang
Bab 7 : Zakat dan Pajak Seri Fiqih Kehidupan (4) : Zakat - 1
150
kaya di antara mereka, lalu kembalikan lagi kepada orang-orang miskin di antara mereka.
Bahwa di masa Abu Bakar memimpin, ada sebagian kaum yang menolak membayar zakat dan diperangi, bukan karena negara butuh uang. Negara saat itu sedang dalam keadaan kaya dengan dana belanja yang berlebih. Ada pun kenapa Abu Bakar memerangi mereka yang tidak mau bayar zakat, karena semata-mata kewajiban agama, dimana zakat itu sebuah kewajiban, dan negara diberi wewenang untuk memerangi pada pembangkang dari bayar zakat.
Lucunya, impelmentasi zakat di negeri kita jauh melenceng dari desain asli yang Rasulullah SAW tetapkan. Malah lewat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) penerimaan zakat, infak dan sedekah tahun 2010 kemudian dibuatkan target-targetnya, bahkan sampai mencapai angka yang fantastis, menyentuh kisaran angka 1,5 triliun.
Angka ini konon dianggap wajar, karena pada tahun 2007, jumlah zakat, infak, sedekah mencapai 420 miliar. Kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi 920 miliar. Lalu pada tahun 2009 menjadi 1,2 triliun.
Kalau sudah begini, kita sulit membedakan semangat zakat dengan pajak. Artinya, syariat zakat diperkosa sedemikian rupa, agar mengalami transformasi menjadi pajak.
4. Zakat Jadi-jadian
Akibat dari adanya target-targetan ala dunia pajak ini, dan karena sudah jauh meninggalkan originalitas dasar syariahnya, lantas apapun aktifitas ekonomi di tengah masyarakat, kemudian dikenakan kewajiban zakat.
Dengan begitu, maka munculnya jenis-jenis zakat jadi-jadian yang sepenuhnya aneh bin ajaib. Pastinya sepanjang 14 abad ini tidak pernah disebut-sebut dalam literatur fiqih.
Misalnya ketika orang jual rumah, tanah, atau kendaraan dan dapat uang banyak, lantas dikenakan zakat. Alasannya karena ada zakat perdagangan. Padahal zakat perdagangan itu
adalah zakat atas kepemilikan barang yang didagangkan selama minimal setahun dalam keadaan melebihi nishab. Tentu sangat jauh hubungan antara zakat perdagangan dan zakat jual kekayaan.
Lucunya, seoang yang berniat pergi haji, ketika menyetorkan ongkos naik haji, tiba-tiba juga dikenakan pungutan liar haram, tetapi menggunakan istilah zakat. Alasannya, orang yang mau pergi haji pasti orang kaya, maka wajib bayar zakat terlebih dahlu.
Seseorang yang beruntung mendapat hadiah undian kuis berhadiah, tiba-tiba ada kewajiban bayar zakat, yang ketentuannya dipaksakan dari zakat rikaz. Padahal rikaz itu harta milik orang kafir, yang sudah mati di zaman dulu, kemudian ditemukan secara tidak sengaja, di lahan kosong tanpa pemilik, oleh seseorang. Adapun hadiah undian kuis, jelas bukan harta milik orang kafir, juga pemiliknya belum mati, dan bukan didapat di lahan kosong tak bertuan.