• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Hasil analisis keberlanjutan

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan keterampilan masyarakat dalam menggunakan teknologi (masih mengandalkan teknologi tradisional), disamping masih rendahnya jiwa kewirausahaan masyarakat dalam mengolah hasil-hasil perikanan sehingga banyak sisa-sisa ikan yang tidak dimanfaatkan (dibuang tanpa ada penanganan lebih lanjut). Masalah lain yang tak kalah penting adalah masalah pemasaran yang dihadapi oleh nelayan, pembudidaya dan pengolah karena produk hasil perikanan masyarakat baru terserap di pasar lokal dan Medan (DP2KP Banda Aceh, 2012).

5.1.1.1 Analisis keberlanjutan dimensi ekologi

Atribut yang dipertimbangkan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi ekologi terdiri dari 10 atribut, yaitu: (1) status kepemilikan lahan usaha tambak; (2) frekwensi kejadian kekeringan; (3) frekwensi kejadian banjir; (4) perbaikan tambak oleh pemerintah; (5) intensitas konversi lahan tambak; (6) kondisi sarana jalan usaha pertambakan; (7) kondisi sarana jalan desa/gampong; (8) produktifitas usaha pertambakan; (9) penggunaan pakan/pelet;

dan (10) pemanfaatan wisata pantai bahari.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Rap-Banda_Aceh diperoleh nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi sebesar 59,75 dengan status cukup berkelanjutan. Hasil analisis Leverage diperoleh lima atribut yang sensitif berpegaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi yaitu: (1) kondisi sarana jalan usaha pertambakan; (2) perbaikan tambak oleh pemerintah; (3) kondisi prasarana jalan desa/gampong; (4) frekuensi kejadian banjir; (5) intensitas konversi lahan tambak. Hasil MDS dan Leverage dapat dilihat seperti Gambar 5.1, dan 5.2.

Gambar 5.1. Hasil analisis MDS pada dimensi ekologi kawasan pesisir Kota Banda Aceh

Gambar 5.2. Hasil analisis Leverage pada dimensi ekologi kawasan pesisir Kota Banda Aceh

5.1.1.2 Analisis keberlanjutan dimensi ekonomi

Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi ekonomi terdiri dari 10 atribut, yaitu: (1) jumlah pasar;

(2) pasar produk perikanan; (3) kelayakan usaha tambak; (4) jenis komoditas unggulan; (5) harga komoditas unggulan; (6) jumlah tenaga kerja; (7) keuntungan usaha perikanan; (8) kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Kota Banda Aceh;

(9) tingkat ketergantungan konsumen; dan (10) persentase penduduk miskin.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Rap-Banda_Aceh diperoleh nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi ekonomi sebesar 40,79 dengan status kurang berkelanjutan. Hasil analisis Leverage diperoleh lima atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi yaitu: (1) harga komoditas unggulan; (2) keuntungan usaha perikanan; (3) jumlah tenaga kerja; (4) jenis komoditas unggulan; dan (5) kelayakan usaha tambak. Hasil MDS dan Leverage dapat dilihat seperti Gambar 5.3, dan 5.4.

5.1.1.3 Analisis keberlanjutan dimensi sosial-budaya

Atribut yang diperkirakan berpengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi sosial-budaya terdiri dari 9 atribut, yaitu: (1) tingkat pendidikan for-mal masyarakat; (2) tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor perikanan; (3) jarak pemukiman ke kawasan usaha perikanan; (4) pemberdayaan masya-rakat dalam kegiatan perikanan; (5) jumlah desa/gampong dengan penduduk bekerja disektor perikanan; (6) peran masyarakat adat dalam kegiatan peri-kanan; (7) pola hubungan masyarakat dalam kegiatan perikanan; (8) akses masyarakat dalam kegiatan perikanan; dan (9) pengetahuan tentang lingkungan.

Gambar 5.3. Hasil analisis MDS pada dimensi ekonomi kawasan pesisir Kota Banda Aceh

Gambar 5.4. Hasil analisis Leverage pada dimensi ekonomi kawasan pesisir Kota Banda Aceh

Hasil analisisis MDS dengan Rap-Banda_Aceh diperoleh indeks keberlanjutan untuk dimensi sosial-budaya kawasan pesisir Kota Banda Aceh dalam pemanfaatan ruang kawasan pesisir sebesar 63,19 persen. Berdasarkan klasifikasi kondisi atau status keberlanjutan, maka dimensi sosial budaya termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan. Hasil analisis leverage diperoleh enam atribut yang sesitif terhadap nilai indeks keberlanjuran dimensi sosial-budaya, yaitu: (1) pola hubungan masyarakat dalam kegiatan perikanan; (2) jumlah desa/gampong dengan penduduk bekerja disektor pertanian; (3) peran masyarakat adat dalam kegiatan perikanan; (4) tingkat penyerapan tenaga kerja; (5) jarak permukiman ke usaha pertambakan; dan (6) pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan perikanan.

Nilai indeks keberlanjutan dan atribut yang sensitif hasil analisis MDS dan Leverage seperti pada Gambar 5.5, dan 5.6.

Gambar 5.5. Hasil analisis MDS pada dimensi sosial-budaya kawasan pesisir Kota Banda Aceh

Gambar 5.6. Hasil analisis Leverage pada dimensi sosial-budaya kawasan pesisir Kota Banda Aceh

5.1.1.4 Analisis keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi

Atribut yang diperkirakan memberikan pengeruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi infrastruktur dan teknologi terdiri dari 10 atribut, yaitu:

(1) ketersediaan teknologi informasi perikanan; (2) tingkat penguasaan teknologi budidaya perikanan; (3) ketersediaan komoditas bibit unggul; (4) penggunaan pompa air, pemupukan, dll.; (5) penanganan pasca panen; (6) ketersediaan industri pengolahan hasil perikanan; (7) standarisasi mutu produk perikanan; (8) penerapan sertifikasi produk perikanan; (9) persentase desa/gampong yang tidak memiliki akses penghubung; dan (10) dukungan sarana dan prasarana umum (kesehatan, pendidikan, dll).

Berdasarkan hasil analisis MDS dengan Rap-Banda_Aceh diperoleh indeks keberlanjutan, untuk dimensi infrastruktur dan teknologi kawasan pesisir Kota Banda Aceh sebesar 30,68. Kondisi ini ternasuk dalam kategori kurang berkelanjutan. Hasil analisis leverage diperoleh lima atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi, yaitu: (1) standarisasi mutu produk perikanan, (2) ketersediaan komoditas bibit unggul, (3) penerapan sertifikasi produk perikanan, (4) ketersedian industri pengolahan perikanan, (5) penanganan pascapanen. Nilai indeks keberlanjutan dan atribut yang sensitif hasil analisis MDS dan Leverage, seperti Gambar 5.7, dan 5.8.

Gambar 5.7. Hasil analisis MDS pada dimensi infrastruktur dan teknologi kawasan pesisir Kota Banda Aceh

Gambar 5.8. Hasil analisis Leverage pada dimensi infrastruktur dan teknologi kawasan pesisir Kota Banda Aceh

5.1.1.5 Analisis keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan

Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan terdiri dari 9 atribut, antara lain:

(1) keberadaan Balai Penyuluh Perikanan (BPP); (2) ketersediaan perangkat hukum adat/agama; (3) keberadaan lembaga kelompok nelayan; (4) keberadaan lembaga sosial; (5) keberadaan lembaga keuangan mikro; (6) mekanisme lintas sektoral dan pengembangan wilayah pesisir; (7) ketersediaan peraturan perundang-undangan pengembangan wilayah pesisir; (8) sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah; dan (9) perjanjian kerjasama antar wilayah.

Hasil analisis MDS dengan Rap-Banda_Aceh diperoleh nilai indeks keberlanjutan pada dimensi hukum dan kelembagaan kawasan pesisir Kota Banda

Aceh, untuk pengembangan kawasan pesisir sebesar 50,50. Kondisi ini termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan. Berdasarkan hasil analisis Leverage diperoleh tujuh atribut sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan: (1) keberadaan lembaga keuangan mikro; (2) ketersedian perangkat hukum/agama; (3) keberadaan Balai Penyuluh Perikanan (BPP); (4) keberadaan kelompok nelayan; (5) keberadaan lembaga sosial; (6) mekanisme lintas sektoral dan pengembangan wilayah pesisir; dan (7) ketersediaaan peraturan perundangan-undangan pengem-bangan wilayah pesisir. Nilai indeks keberlajutan dan atribut yang sensitif hasil analisis MDS dan leverage, seperti Gambar 5.9, dan 5.10.

Gambar 5.9. Hasil analisis MDS pada dimensi hukum dan kelembagaan kawasan pesisir Kota Banda Aceh

Gambar 5.10. Hasil analisis Leverage pada dimensi hukum dan kelembagaan kawasan pesisir Kota Banda Aceh

5.1.1.6 Analisis keberlanjutan multidimensi

Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi, ekonomi, sosisal budaya, infrastruktur dan teknologi, serta hukum dan kelembagaan, seperti pada Gambar 5.11berikut:

Gambar 5.11. Diagram layang (kite diagram) nilai indeks keberlanjutan kawasan pesisir Kota Banda Aceh

5.1.1.7 Simulasi Monte Carlo kelima dimensi Rap-Banda_Aceh

Simulasi Monte Carlo dalam software Rapfish yang dimodifikasi menjadi Rap-Banda_Aceh diperlukan untuk mengatasi aspek ketidakpastian. Menurut Fauzi dan Anna (2005), ketidakpastian ini disebabkan oleh bebe-rapa faktor antara lain dampak kesalahan skoring akibat minimnya infor-masi, dampak dari keragaman dalam skoring akibat perbedaan penilaian, kesalahan dalam data entry dan tingginya nilai stress yang diperoleh. Hasil simulasi Monte Carlo dengan 25 kali ulangan pada setiap dimensi menun-jukkan bahwa indeks keberlanjutan pemanfaatan ruang kawasan pesisir Kota Banda Aceh berkumpul di satu titik, walaupun dengan pola yang menyebar pada masing atribut dan masing-masing dimensi. Artiya dengan 25 kali pengulangan dari beberapa faktor ketidakpastian diatas, hasil analisis Rap-Banda_Aceh masih dalam jarak (distance) multidimensi sehingga dapat digunakan dalam penentuan status keberlanjutan sesuai dengan kaidah MDS (Gambar 5.12, 5.13, 5.14, 5.15 dan 5.16).

Analisis Monte Carlo menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan pada taraf kepercayaan 95% memperlihatkan bahwa nilai indeks keberlanjutan hasil analisis antara MDS dengan Monte Carlo tidak mengalami perbedaan yang siginifikan. Kecilnya perbedaan hasil dua analisis tersebut menun-jukkan bahwa:

kesalahan dalam pembuatan skor dalam atribut relatif kecil, ragam pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil, proses analisis yang dilakukan secara berulang relatif stabil, dan kesalahan dalam pema-sukan data dan data yang hilang dapat dihindari. Perbedan nilai indeks keberlanjutan analisis MDS dan Monte Carlo dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Gambar 5.12. Hasil simulasi Monte Carlo dimensi keberlanjutan ekologi

Gambar 5.13. Hasil simulasi Monte Carlo dimensi keberlanjutan ekonomi

Gambar 5.14. Hasil simulasi Monte Carlo dimensi keberlanjutan sosial budaya

Gambar 5.15. Hasil simulasi Monte Carlo dimensi keberlanjutan

Gambar 5.16 Hasil simulasi Monte Carlo dimensi keberlanjutan hukum dan kelembagaan

Tabel 5.1. Perbedaan nilai indeks keberlanjutan analisis Rap-Banda_Aceh (MDS) dengan Monte Carlo Dimensi Keberlanjutan Nilai Indeks Keberlanjutan

Perbedaan MDS Monte Carlo

Ekologi 59,75 59,27 0,48

Ekonomi 40,79 41,11 0,32

Sosial budaya 63,19 62,45 0.74

Infrastruktur dan teknologi 30,68 31,72 1,04

Hukum dan kelembagaan 50,50 50,32 0,18

Multidimensi 43,80 43,68 0,12

Untuk mengetahui apakah atribut-atribut yang dikaji dalam analisis MDS dilakukan cukup akurat dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, dilihat dari nilai stress dan nilai koefisien determinasi (R2). Hasil analisis dianggap akurat

dan dapat dipertanggung jawabkan apabila memiliki nilai stress lebih kecil dari 0,25 atau 25% dan nilai koefisien determinasi (R2) mendekati nilai 1,0 atau 100%

(Kavanagh dan Pitcher, 2004). Hasil analisis MDS menunjukkan bahwa semua atribut yang dikaji, cukup akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Ini terlihat dari nilai stress yang hanya berkisar antara 0,20 sampai 0,23 dan nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh berkisar 0,83 sampai 0,88. Adapun nilai stress dan koefisien determinasi seperti Tabel 5.2. berikut:

Tabel 5.2. Hasil analisis Rap-Banda_Aceh untuk nilai stress dan koefisien determinasi

Dimensi Keberlanjutan MDS Stress R2 Iterasi

Ekologi 59,75 0,209 0,88 3

Ekonomi 40,79 0,214 0,87 3

Sosial budaya 63,19 0,230 0,84 3

Infrastruktur dan teknologi 30,68 0,212 0,86 3

Hukum dan kelembagaan 50,50 0,203 0,83 4

Multidimensi 43,80 0,155 0,94 2