• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Umur

C. Hasil Analisis Univariat 1. Gambaran Kelelahan

Hasil penelitian mengenai gambaran tingkat kelelahan pada pekerja diperoleh dari hasil pengukuran kelelahan dengan Reaction Timer Test. Gambaran kelelahan terbagi menjadi 4 (empat) kategorik yaitu normal jika waktu reakasi 150,0 – 240,0 mili detik, kelelahan kerja ringan (KKR) jika waktu reaksi > 240,0 - < 410,0 mili detik, kelelahan kerja sedang (KKS) jika waktu reaksi 410 - < 580 mili detik dan kelelahan kerja berat (KKB) jika waktu reaksi ≥ 580 mili detik.

Adapun hasil penelitian tentang gambaran kelelahan pada pekerja dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1.

Distribusi frekuensi kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-BantenTahun 2013 Tingkat Kelelahan Jumlah (n) Persentase (%)

KKR 29 29,0

KKS 45 45,0

KKB 26 26,0

Data di atas memperlihatkan gambaran tingkat kelelahan pekerja yang cukup bervariasi. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak ada pekerja dalam keadaan normal atau tidak mengalami kelelelahan. Semua pekerja yang menjadi sampel penelitian mengalami tingkat kelelahan yang bervariasi. Tingkat kelelahan yang paling terbanyak adalah KKS yaitu sebanyak 45 pekerja (45%) sedangkan tingkat kelelahan yang paling sedikit adalah KKB yaitu sebanyak 26 pekerja (26%).

2. Gambaran Umur

Data umur diperoleh dari wawancara pada pekerja dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini umur dikategorikan berdasarkan nilai mean pada populasi, yaitu muda jika umur ≤ 37 Tahun

dan tua jika umur > 37 Tahun. Hasil penelitian mengenai gambaran umur pada pekerja dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Distribusi frekuensi umur pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah pekerja dalam masing-masing kelompok umur (tua dan muda) tidak memiliki perbedaan presentase yang cukup tinggi. Dalam tabel 5.2. dapat disimpulkan bahwa

Umur Jumlah (n) Persentase (%)

Muda 51 51,0

Tua 49 49,0

pekerja yang memiliki umur lebih banyak adalah kelompok umur muda yaitu sebanyak 51 pekerja (51%).

3. Gambaran Status Gizi

Data status gizi diperoleh dengan cara menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) setiap pekerja. Hasil perhitungan dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu normal jika IMT sebesar 18,5 – 24,9 kg/m2 dan tidak normal jika < 18,5 kg/m2 dan ≥ 25 kg/m2

. Hasil penelitian mengenai gambaran status gizi pada pekerja dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Distribusi frekuensi status gizi pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerja memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 65 pekerja (65%).

4. Gambaran Lama Tidur

Data lama tidur diperoleh dari wawancara pada pekerja dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian mengenai gambaran lama tidur pada pekerja dapat dilihat pada tabel 5.4.

Status Gizi Jumlah (n) Persentase (%)

Normal 65 65,0

Tidak Normal 35 35,0

Tabel 5.4.

Distribusi frekuensi lama tidur pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-BantenTahun 2013

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa lebih banyak pekerja masuk dalam kategori lama tidur buruk, yaitu yang memiliki rata-rata lama tidur kurang dari 7 jam dan lebih dari 8 jam. Pekerja yang memiliki lama tidur buruk sebanyak 53 pekerja (53%).

5. Gambaran Status Perkawinan

Data status perkawinan diperoleh melalui wawancara pada pekerja dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian mengenai gambaran status kawin pada pekerja dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5.

Distribusi frekuensi status perkawin pada pekerja pembuatan pipa menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Lama Tidur Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 47 47,0

Buruk 53 53,0

Total 100 100

Status Kawin Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Kawin 21 21,0

Kawin 79 79,0

Berdasarkan hasil penelitian mengenai status perkawinan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerja masuk dalam kelompok kawin, yaitu sebanyak 79 pekerja (79%).

6. Gambaran Konsumsi Rokok

Data konsumsi rokok diperoleh dari wawancara pada pekerja dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian mengenai gambaran konsumsi rokok pada pekerja dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6.

Distribusi frekuensi konsumsi rokok pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja

pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di PT Rekayasa Industri Tahun 2013 mengkonsumsi rokok, yaitu sebanyak

63 pekerja (63%)

7. Gambaran Masa Kerja

Data masa kerja diperoleh dari wawancara pada pekerja dengan menggunakan kuesioner. Hasil wawancara mengenai masa kerja kemudian dikelompokan menjadi 2 (dua) kategori berdasarkan nilai Konsumsi Rokok Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Merokok 37 37,0

Merokok 63 63,0

median populasi. Yaitu masa kerja baru jika jumlah tahun bekerja di sektor konstruksi < 11 tahun dan masa kerja lama jika ≥ 11 Tahun. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan lama kerja (dalam tahun) yang dihabiskan pekerja melakukan pekerjaan di sektor konstruksi.

Tabel 5.7.

Distribusi frekuensi masa kerja pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah pekerja berdasarkan kategori masa kerja dalam keadaan seimbang, yaitu masing-masing kategori berjumlah 50 pekerja (50%).

8. Gambaran Tekanan Panas

Tekanan panas di ukur pada lima titik yang merupakan area dimana pekerja melakukan pekerjaan. Kemudian hasil pengukuran dibandingkan dengan menghitung pengaturan waktu kerja dan beban kerja yang dialami pekerja dan kemudian dibandingkan dengan standar Nilai Ambang Batas (NAB) tekanan panas/ WBGT menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2011.

Masa Kerja Jumlah (n) Persentase (%)

Baru 50 50,0

Lama 50 50,0

Untuk mempermudah, berikut disajikan hasil penelitian yang menjelaskan mengenai gambaran pekerja yang terpapar tekanan panas dan yang tidak terpapar tekanan panas yang telah dibandingkan dengan standar WBGT pada tabel 5.8.

Tabel 5.8.

Distribusi frekuensi tekanan panas pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwasanya jumlah pekerja yang terpapar tekanan tekanan panas dan pekerja yang tidak terpapar tekanan panas tidak memiliki perbedaan yang cukup berarti. Namun, pekerja yang tidak terpapar tekanan panas memiliki jumlah yang lebih besar yaitu sebanyak 58 pekerja (58%).

9. Gambaran Kebisingan

Pengukuran kebisingan di tempat kerja menggunakan Sound Level Meter pada 5 titik tempat pekerja melakukan pekerjaan. Hasil pengukuran kebisingan dibandingkan dengan standar NAB kebisingan yang diizinkan untuk pekerja yang bekerja selama 8 jam sehari. Hasil penelitian menggambarkan dua kelompok pekerja yang terpapar kebisingan ≥ 85 dB

Tekanan Panas Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Terpapar 58 58,0

Terpapar 42 42,0

dan yang tidak terpapar kebisingan < 85 dB. Untuk lebih mudahnya, hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9.

Distribusi frekuensi kebisingan pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di proyek Banyu Urip

PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwasanya jumlah pekerja yang terpapar kebisingan dan pekerja yang tidak terpapar kebisingan tidak memiliki perbedaan presentase yang cukup berarti. Namun, pekerja yang tidak terpapar kebisingan memiliki jumlah yang lebih besar yaitu sebanyak sebanyak 53 pekerja (53%).

Kebisingan Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak Terpapar 53 53,0

Terpapar 47 47,0