• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Umur

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini melibatkan pekerja dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik pekerja. Adapun data yang didapatkan melalui wawancara adalah: variabel umur, lama tidur, status perkawinan, konsumsi rokok dan masa kerja.

b. Pengukuran

Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip, PT Rekayasa Industri Tahun 2013. Adapun pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran kelelahan, tekanan panas, kebisingan dan status gizi.

2. Instrumen Penelitian a. Kelelahan

Pengukuran kelelahan menggunakan Reaction Timer Timer. Reaction Timer merupakan alat untuk mengukur tingkat kelelahan berdasarkan kecepatan waktu reaksi. Prinsip kerja dari alat ini adalah memberikan rangsangan tunggal berupa rangsangan lampu yang kemudian tenaga kerja akan meresponnya, sehinga dapat dihitung

waktu yang dibutuhkan tenaga kerja untuk merespon rangsangan tersebut.

Pemberian rangsangan dilakukan sebanyak 5 kali dalam satu waktu, yang artinya akan didapatkan waktu rekasi pekerja sebanyak 5 hasil pengukuran. Setiap hasil pengukuran waktu reaksi di setiap pemberian rangsangan akan dijumlahkan, kemudian diambil nilai rata-ratanya. Pengukuran waktu reaksi dilakukan selama ± 5 menit pada setiap pekerja secara bergantian setelah bekerja selama 4 jam (saat jam istirahat).

Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar pengukuran kelelahan yaitu :

1) Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0 mili detik

2) Kelelahan Kerja Ringan (KKR): waktu reaksi > 240,0 - < 410,0 mili detik

3) Kelelahan Kerja Sedang (KKS): waktu reaksi 410,0 - < 580,0 mili detik

4) Kelelahan Kerja Berat (KKB): waktu reaksi ≥ 580,0 mili detik.

b. Status Gizi

Data status gizi pada pekerja dengan mengukur secara langsung Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB), sehingga di dapatkan Indeks Masa Tubuh (IMT) pekerja yang bersangkutan.

1) Berat Badan

Data mengenai berat badan diperolehnya dengan cara melakukan penimbangan berat badan langsung menggunakan timbangan badan.

2) Data Tinggi Badan

Data tinggi badan diperoleh melalui pengukuran tinggi badan langsung menggunakan microtoise. Kemudian mencatat hasil pengukuran yang ada.

Adapun pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah sebagai berikut:

���=BB (Dalam kg) TB²(Dalam m)

Hasil perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan akan dikelompokan menjadi 2 kategori IMT yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Kategori Indeks Masa Tubuh (IMT)

Berat IMT kg/ m 2

Normal 18.5 – 24.9

c. Tekanan Panas

Data Tekanan Panas di Proyek EPC3, Banyu Urip didapatkan dengan melakukan pengukuran Tekanan Panas menggunakan Wet Bulb Globe Thermometer, pengukuran lama waktu kerja dan mengukur beban kerja / data panas metabolik yang diterima pekerja. Hasil pengukuran akan dibandingkan dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) sesuai ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.

1) Data Panas Lingkungan

Data mengenai panas lingkungan diperoleh dengan cara pengukuran langsung pada lokasi penelitian dengan menggunakan alat ukur Thermal Environmental Monitor atau yang biasa disebut dengan Wet Bulb Globe Temperature (WBGT).

Adapun langkah-langkah pengukuran takanan panas dengan WBGT adalah sebagai berikut:

a) Tekan tombol enter I/O untuk menyalakan alat

b) Perhatikan layar untuk melihat daya baterai, jika daya baterai sudah menunjukkan 6.4 Volt atau kurang, ganti atau lakukan isi ulang baterai

c) Lakukan kalibrasi alat dengan membuka sensor 1 dan menyamakan nilai pada kalibrator dengan nilai yang tertera pada hasil kalibrasi. Kemudian pasang kembali sensor 1.

d) Lakukan setting pengukuran. e) Pastikan sumbu bola basah bersih.

f) Buka penutup reservoir dan isi dengan air suling atau air de-ionized kemudian tutup kembali.

g) Letakan instrumen di area kerja dengan ketinggian 3.5 kaki atau 1 meter dari permukaan lantai

h) Pastikan alat dalam kondisi yang sama dengan lingkungan pekerja tetapi alat diletakkan di tempat yang aman.

i) Biarkan instrumen selama 10 menit untuk menstabilkan suhu lingkungan sekitar/adaptasi lingkungan baru

j) Tekan RUN untuk memulai pengumpulan data.

k) Gunakan tombol panah untuk menampilkan pengukuran yang diinginkan.

l) Setelah pengukuran selesai, lakukan download data dengan mengirim data ke QSPII

2) Data Panas Metabolik

Data panas metabolik/ beban kerja didapatkan dengan memperhitungkan jumlah denyut jantung melalui pengukuran jumlah denyut nadi dalam satu menit. Kategori beban kerja menurut Christensen (1996) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Table 4.3. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung

Kategori Beban Kerja

Denyut Jantung (denyut/min)

Ringan 75 – 100

Sedang 101 – 125

Berat > 125

Perhitungan denyut nadi dilakukan satu kali setelah bekerja selama 1 menit oleh tenaga yang memiliki keahlian dalam pengukuran denyut nadi. Adapun cara pengukuran denyut nadi adalah sebagai berikut:

a) Tempelkan dengan sedikit menekan jari telunjuk, dan jari tengah tangan kanan pada salah satu pergelangan tangan pekerja sampai dirasakan adanya denyut nadi.

b) Menghitung denyut nadi selama 30 detik. Kemudian, hasilnya dikalikan 2.

Jika telah didapatkan hasil pengukuran tekanan panas dengan WBGT, beban kerja berdasarkan jumlah denyut nadi, dan telah diketahui pengaturan waktu kerja di perusahaan, maka hasil pengukuran akan dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim Kerja sesuai Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang diperkenankan oleh Permenakertrans No. 13 Tahun 2011.

Tabel 4.4. Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)

Pengaturan waktu kerja setiap jam

ISBB (oC) Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75% - 100 % 31,0 28,0 -

50% - 75 % 31,0 29,0 27,5

25% - 50% 32,0 20,0 29,0

0 % - 25% 32,2 31,1 30,5

3) Waktu dan Titik Pengukuran

Pengukuran tekanan panas dilakukan satu kali dalam setiap titik selama 1 jam, tepatnya pada pukul 09.00 – 16.00 dengan tujuan dapat menggambarkan keadaan lingkungan yang sebenarnya karena pada jam tersebut pekerja melakukan aktivitas yang cukup tinggi. Pengukuran dilakukan pada 5 titik area kerja tempat pekerja melakukan aktivitas yaitu pada

workshop 1, workshop 5, pre-cut area, chamber area dan open area fabriacation.

d. Kebisingan

Pengukuran kebisingan dilakukan satu kali dalam setiap titik selama 10 menit, tepatnya pada pukul 09.00 – 16.00 dengan tujuan dapat menggambarkan keadaan lingkungan yang sebenarnya karena pada jam tersebut pekerja melakukan aktivitas yang cukup tinggi. Pengukuran dilakukan pada 5 titik area kerja tempat pekerja melakukan aktivitas yaitu pada workshop 1, workshop 5, pre-cut, chamber dan open area fabriacation.

Pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter. Pengukuran kebisingan pada dasarnya meliputi pengukuran intensitas kebisingan, frekuensi dan dosis kebisingan. Adapun cara pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter adalah sebagai berikut:

1) Hidupkan Sound Level Meter

2) Periksa kondisi baterei, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi baik.

3) Pastikan skala pembobotan.

4) Pengaturan pembobotan waktu respon alat ukur dengan karakteristik S untuk sumber bunyi relatif konstan

5) Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia yang ada di tempat kerja.

6) Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang sumber bunyi.

7) Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi

8) Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi sinambung setara (Leq) Sesuaikan dengan tujuan pengukuran. 9) Catatlah hasil pengukuran intensitas kebisingan pada lembar

pengukuran.