• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Umur

B. Gambaran Kelelahan Pada Pekerja

7. Tekanan Panas

Faktor lingkungan pekerjaan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kelelahan pada pekerja. Salah satu faktor lingkungan ditempat kerja adalah tekanan panas. Tekanan panas adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.

Berdasarkan hasil observasi tempat kerja, pekerja melakukan kegiatan di beberapa titik yang memiliki tekanan panas yang berbeda-beda. Tekanan panas diukur menggunakan Heat Stress Monitor Questemp 34 atau Indeks WBGT. Selain itu pengukuran tekanan panas juga melihat pengaturan waktu kerja perusahaan dan beban kerja masing-masing pekerja.

PT Rekayasa Industri mengatur waktu kerja selama 8 jam dengan waktu istirahat 1 jam. Sehingga pengaturan waktu kerja setiap jam masuk dalam kategori 75% - 100%. Beban kerja dihitung melalui pengukuran denyut nadi dalam satu menit pada masing-masing individu dan kemudian hasilnya dikelompokan menjadi 3 kategori yaitu beban kerja ringan jika denyut nadi 75-100/menit, beban kerja sedang jika denyut nadi 101-125/menit dan beban kerja berat jika denyut nadi > 101-125/menit.

Berdasarkan analisis bivariat menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara tekanan panas dengan kelelahan. Selain itu, setelah dilakukan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda, didapatkan bahwa tekanan panas merupakan variabel paling dominan yang mempengaruhi kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri Serang-Banten Tahun 2013. Hasil penelitian ini ditemukan pada penelitian yang dilakukan Ramdan (2007) yang menyimpulkan bahwa lingkungan fisik kerja yang terlalu panas mengakibatkan tenaga kerja cepat lelah. Penelitian lainnya yang dapat membuktikan adanya hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan adalah penelitian Fahri dan Fasha (2010) terhadap tenaga kerja di bagian Drilling PERTAMINA UBEP Kenali Asam Jambi.

Adanya hubungan antara tekanan panas dengan kelelahan pada pekerja di EPC3-Banyu Urip ini disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja dan daerah tempat kerja memiliki suhu yang cukup tinggi. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa pekerja melakukan pekerjaan di workshop area dan open area fabrication. Atap atau langit-langit di workshop area yang terbuat dari zincalume yaitu lapisan galvanis campuran seng dan aluminium membuat suhu di dalam workshop semakin panas sehingga pekerja akan mendapatkan beban kerja tambahan yang berasal dari tempat kerja (panas).

Berbeda lagi dengan kondisi di open area fabrication. Karena adanya pengaruh dari cuaca daerah tempat kerja, hal ini menyebabkan suhu yang terdapat ditempat kerja cukup tinggi. Pekerja yang berada di open area fabrication terpapar panas matahari secara langsung dan kondisi tersebut juga mengakibatkan pekerja cepat kehilangan asupan cairan dan garam sehingga menyebabkan pekerja cepat merasa lelah. Hal ini diperkuat dari adanya keluhan para pekerja ketika peneliti melakukan wawancara, dimana sebagian besar pekerja mengeluh dengan adanya lingkungan kerja yang cukup panas, terlebih lagi pekerja yang melakukan pekerjaan di open area fabrication. Namun, dalam hal ini perusahaan telah melakukan pencegahan untuk mengurangi dampak akibat adanya tekanan panas seperti menyediakan air minum untuk pekerja.

Kelelahan yang dirasakan pekerja tersebut disebabkan oleh adanya beban tambahan yang berasal dari lingkungan panas yang diterima pekerja. Jika pekerja terpapar panas akan organ tubuh akan bekerja lebih keras untuk mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh, sehingga beban fisik yang diterima pekerja akan lebih besar dan pekerja akan mengalami kelelahan yang lebih cepat. Tenaga kerja yang terpapar tekanan panas akan mengakibatkan daya kerja, produktivitas, efektivitas dan efisiensi kerjanya akan menurun (Suma’mur, 1999). Selain itu tekanan panas juga sangat berpengaruh pada kinerja sumber daya manusia, serta lingkungan

yang ekstrim (panas) memiliki efek yang signifikan pada kapasitas kerja (Bridger, 2003).

Lingkungan kerja yang memiliki tekanan panas yang cukup tinggi hendaknya dilakukan upaya pengendalian dengan menyediakan tempat istirahat yang sejuk dengan suhu nyaman bagi orang indonesia atau comfort zone temperature adalah 240 C - 260 C. Perusahaan juga sebaiknya menyarankan kepada pekerja untuk mengenakan pakaian khusus yang terbuat dari bahan katun dan berwarna cerah atau putih yang dapat menyerap keringat. Selain itu, perusahaan juga disarankan untuk memberikan informasi kepada pekerja untuk minum sebanyak 150-200 cc setiap 15-20 menit supaya suhu tubuh tetap dalam keadaan normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini air minum sebaiknya ditempatkan pada jarak yang relatif dekat dari semua area tempat kerja.

8. Kebisingan

Faktor lingkungan pekerjaan lain yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan di tempat kerja adalah kebisingan. Kebisingan merupakan stressor yang dapat meningkatkan denyut jantung dan mengurangi efisiensi jantung, sehingga mempengaruhi kinerja dari kapasitas fisik seseorang (Bridger, 2003). Paparan kebisingan untuk jangka waktu yang panjang dapat menghasilkan perasaan subjektif ketidaknyamanan dan peningkatan kelelahan (Lerman et al, 2012).

Pengukuran kebisingan di tempat kerja di lakukan di 5 (lima) titik tempat pekerja melakukan pekerjaan. Pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter selama 10 menit dalam setiap titik. Dimana didapatkan dalam beberapa titik area tempat kerja, tingkat kebisingan melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2011 yaitu di workshop 1, Pre-cut dan area Chamber. Berdasarkan hasil observasi tempat kerja, kebisingan yang terdapat di tempat kerja berasal dari dari mesin gerinda, mesin las, mesin kompresor, mesin generator ataupun mesin peralatan bermotor lainnya seperti crane

Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa kelelahan tingkat berat lebih banyak di rasakan oleh pekerja yang terpapar kebisingan. Hal ini juga sejalan dengan hasil uji Chi Square dimana didapatkan Pvalue sebesar 0,043 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kebisingan dengan kelelahan pada pekerja pembuatan menara tambat lepas pantai di proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri Tahun 2013.

Hasil penelitian ini ditemukan juga pada penelitian yang dilakukan Mauludi (2009) terhadap pekerja di proses produksi kantong semen PBD (Paper Bag Division) PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010 dan penelitian yang dilakukan Hanifa (2006) yang menyatakan bahwa dari 18 sample yang diteliti, dapat disimpulkan bahwa

kebisingan dapat menyebabkan kelelahan sebesar 42,8% dan sisanya dipengaruhi faktor lain.

Pekerja yang bekerja pada tempat kerja yang bising akan memiliki beban tambahan sehingga mempercepat timbulnya kelelahan. Adapun upaya perusahaan dalam mengurangi kebisingan yaitu dengan melakukan isolasi pada mesin yang menimbulkan bising seperti generator dengan memberikan bantalan atau peredam berupa karet. Selain itu, perusahaan juga sudah memberikan Alat Pelindung Telinga (APT) berupa earplug untuk mereduksi kebisingan di tempat kerja. Namun, hal ini tidak menjamin dapat mereduksi kebisingan karena berdasarkan hasil observasi peneliti, masih ditemukan pekerja yang tidak menggunakan earplug, sehingga pekerja masih terpapar kebisingan di atas NAB yang ditentukan.

Oleh sebab itu, untuk mengurangi kejadian kelelahan akibat kebisingan, dalam hal ini perusahaan sebaiknya melakukan pengawasan intensif untuk menjaga agar pekerja menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT) yang disediakan oleh perusahaan dan membuat kebijakan berupa sanksi jika ditemukan pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT) di tempat yang bising.

133

BAB VII

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya adalah:

1. Dari seluruh pekerja yang dijadikan sampel penelitian, seluruh pekerja mengalami kelelahan dengan tingkat kelelahan yang bervariasi yaitu 29% pekerja mengalami kelelahan ringan, 45% pekerja mengalami kelelahan sedang dan 26% pekerja mengalami kelelahan berat.

2. Berdasarkan hasil analisis univariat, maka dapat disimpulkan bahwa, 51% pekerja berumur muda, 65% pekerja memiliki status gizi normal, 53% pekerja memiliki lama tidur buruk, 79% pekerja dengan status kawin, 63% pekerja mengkonsumsi rokok, 50% pekerja masuk dalam kategori masa kerja lama, 58% pekerja tidak terpapar panas dan 53% pekerja tidak terpapar kebisingan.

3. Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square dapat disimpulkan bahwa:

a. Variabel umur, tekanan panas dan kebisingan memiliki hubungan yang bermakna dengan kelelahan.

b. Variabel status gizi, lama tidur, status perkawinan, konsumsi rokok dan masa kerja tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kelelahan.

4. Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda (multiple logistic regretions) dapat disimpulkan bahwa variabel yang memiliki hubungan paling dominan terhadap kelelahan pada pekerja pembuatan menara tambat lepas pantai di proyek Banyu Urip, PT Rekayasa Industri Tahun 2013 adalah variabel tekanan panas.

B. Saran

1. Bagi PT Rekayasa Industri

a. Untuk mencegah kelelahan akibat umur, sebaiknya perusahaan membatasi beban kerja yang diterima pekerja yang lebih tua dan perlu diadakannya kegiatan olahraga seperti kebugaran atau senam fisik untuk menjaga kesehatan dan stamina pekerja.

b. Untuk mencegah kelelahan akibat tekanan panas, maka perusahaan sebaiknya:

1) Menyediakan tempat istirahat yang sejuk dengan suhu nyaman 2) Memberikan informasi kepada pekerja untuk mengenakan

pakaian khusus yang terbuat dari bahan katun dan berwarna cerah atau putih yang dapat menyerap keringat.

3) Memberikan informasi kepada pekerja untuk minum sebanyak 150-200 cc setiap 15-20 menit dan menempatkan air minum pada jarak yang relatif dekat dari semua area tempat kerja. c. Untuk mencegah kelelahan akibat kebisingan maka sebaiknya

perusahaan melakukan:

1) Pengawasan intensif untuk menjaga agar pekerja menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT)

2) Membuat kebijakan berupa sanksi sanksi jika ditemukan pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT) di tempat yang bising

2. Bagi Pekerja di PT Rekayasa Industri

a. Diharapkan pekerja untuk dapat mengenali timbulnya kelelahan, dan menghentikan pekerjaan sesaat untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan seperti kecelakaan kerja

b. Diharapkan pekerja mematuhi semua peraturan yang terdapat di perusahaan, salah satunya adalah memakai Alat Pelindung Telinga (APT) yang disediakan oleh perusahaan.