• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Belajar

Dalam dokumen Hubungan antara perencanaan dan pelaksan (Halaman 44-49)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Hasil Belajar

Menurut Winkel (1996:53) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaktif aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,

keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Sardiman (1990:23) menyatakan: “Belajar adalah berubah, dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penampilan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwaraga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik”.

Belajar juga dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan (Ali, 1984:4). Menurut Mustaqim & Abdul Wahib (1991:61) belajar adalah usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi- kondisi atau situasi-situasi di sekitar kita. Dalam menyesuaikan diri itu termasuk mendapatkan kecekatan-kecekatan pengertian yang baru dan sikap-sikap yang

baru. Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung secara disengaja. Kesenjangan ini tercermin dari adanya faktor-faktor berikut:

a. Kesiapan, yaitu kapasitas baik fisik, maupun mental untuk melakukan sesuatu.

b. Motivasi, yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu c. Tujuan yang ingin dicapai (Ali, 1984:6).

Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar yaitu nilai yang diperoleh siswa selama kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar akan terlihat apabila individu telah mempunyai sikap dan nilai yang diinginkan. Menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tujuan yang harus dicapai. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:25) hasil belajar mempunyai pengertian:

a. Perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar b. Kemampuan akibat yang dapat diukur langsung

c. Perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif dan psikomotorik. Rumusan tujuan pendidikan dalam menteri pendidikan nasional menggunakan klasifikasi belajar menurut Bloom yang secara garis besar membagi menjadi 3 yaitu ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Berdasarkan Taksonomi Bloom (Dimyati, 2002:25) aspek kognitif meliputi 6 ranah yaitu sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge) yang mencakup kemampuan mengingat tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan ini berkenan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip dan metode.

31

b. Pemahaman (comprehesion) yang mencakup kemampuan mengungkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan (application) yang mencakup tentang menerangkan suatu metode dan suatu kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. d. Analisis (analysis) yang merinci satu kesatuan ke dalam bagian- bagian

sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

e. Sintesis (synthesis) yang mencakup untuk membentuk satu pola yang baru. f. Evaluasi (evaluation) yang mencakup hal membentuk pendapat tentang

beberapa hal berdasarkan kriteria. 2. Hasil Belajar Sejarah

Dimyati & Mudjiono (1994:18) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Hasil belajar menurut Sudjana (2006:3) adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar.

Horward Kingsley 1977 (dalam Sudjana, 2006:22) membagi tiga macam hasil belajar yakni 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan cita- cita. Masing- masing hasil belajar dapat diisi dengan bahan dan kurikulum. Gagne 1984 (dalam Sudjana, 2006:22) membagi lima kategori hasil belajar yakni 1) informasi verbal, 2) keterampilan intelektual, 3) strategi kognitif, 4) sikap, 5) keterampilan motoris. Dalam sistim pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom 1987 (dalam

Sudjana, 2006:22) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat kognitif berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan dan keepatan, (e)gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar sejarah dapat dilihat dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Tetapi dalam penelitian ini hasil belajar sejarah hanya diukur dari ranah kognitif yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

3. Pengukuran Hasil Belajar Sejarah

Hamalik (2008:170) menyebutkan bahwa pengukuran hasil belajar dilaksanakan dengan cara tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan pengukuran

33

tersebut, yang dirancang dengan model desain evaluasi, yakni evaluasi sumatif, evaluasi formatif, evaluasi reflektif, dan kombinasi ketiga model.

a. Evaluasi sumatif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan pada waktu berakhirnya suatu program pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Model atau bentuk evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui hasil akhir yang dicapai oleh siswa, yakni penguasaan pengetahuan. Hasil penilaian ini sekaligus menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar. Evaluasi sumatif berfungsi menyediakan informasi untuk membuat keputusan untuk menentukan kelulusan, atau untuk menentukan suatu program dapat diteruskan dengan program baru atau perlu dilakukan pengulangan program pembelajaran. b. Evaluasi formatif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan

selama berlangsungnya program dan kegiatan pembelajaran. Tujuan

pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk memperoleh informasi balikan terhadap proses belajar mengajar. Bila terdapat kelemahan dalam dalam proses belajar mengajar, maka dapat segera dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya. Pelaksanaan evaluasi ini berfungsi diagnostik, yakni untuk perbaikan, yang dilakukan dengan metode pengajaran remedial.

c. Evaluasi reflektif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan sebelum proses pembelajaran berlangsung. Tujuan dari pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk memperoleh informasi mengenai tingkat kesiapan dan tingkat penguasaan bahan pelajaran oleh siswa, sehingga dapat disusun dan diramalkan kemungkinan keberhasilannya setelah mengalami proses belajar mengajar kelak. Fungsi pelaksanaan evaluasi ini bersifat prediktif (peramalan).

d. Kombinasi pelaksanaan evaluasi, misalnya antara bentuk reflektif dan bentuk sumatif. Tujuan pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar, misalnya dalam bentuk desain pra post test. Dengan demikian dapat diketahui kontribusi komponen-komponen sistem pembelajaran itu terhadap keberhasilan belajar siswa.

Pada penelitian ini pengukuran hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes yang dilaksanakan oleh guru setelah kegiatan pembelajarn dilakukan. Hasil belajar ini akan diperoleh dari dokumen nilai kognitif siswa yang sudah dilakukan oleh guru. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar adalah suatu rancangan kegiatan yang dimanfaatkan untuk mengambil keputusan tentang berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran, di mana hasil penilaian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam membuat keputusan pembelajaran bagi siswa yang akan datang.

E.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perencanaan dan Pelaksanaan

Dalam dokumen Hubungan antara perencanaan dan pelaksan (Halaman 44-49)

Dokumen terkait