• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Hasil Belajar

Menurut Gronlund dalam Khodijah (2014:189), hasil belajar adalah suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu.

Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya (Purwanto, 2009:46).

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana Nana, 1990:22).

Dari beberapa definisi hasil belajar diatas, maka dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku atau kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah siswa mengalami proses belajar. Menurut Winkel (2005:57) hasil belajar secara relatif bersifat konstan dan berbekas. Secara relatif yang dimaksud adalah terdapat kemungkinan hasil belajar ditiadakan atau dihapus dan diganti dengan hasil yang baru atau ada kemungkinan suatu hasil belajar yang terlupakan. Secara berbekas yang dimaksud adalah jika seseorang dalam keadaan melupakan sesuatu maka dalam ingatan tetap tertinggal sisa-sisa dari apa yang dipelajari dahulu. Dengan adanya sisa-sisa ingatan terdahulu akan membantu untuk mempelajarinya kembali dan hal tersebut akan lebih mudah dan cepat dibanding orang yang belum pernah mempelajarinya.

Tidak semua perubahan perilaku yang terjadi pada individu dapat dikatakan sebagai hasil belajar. Menurut Ahmadi dan Supriyono dalam Khodijah (2014:51-52), suatu proses perubahan baru dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Terjadi secara sadar

Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar itu disadari. Individu yang mengalami perubahan itu menyadari akan perubahan yang terjadi pada dirinya. Jika seseorang tiba-tiba memiliki suatu kemampuan karena dihipnotis maka hal tersebut tidak dapat disebut sebagai hasil belajar.

2. Bersifat fungsional

Perubahan yang timbul karena proses belajar juga bersifat fungsional. Artinya, perubahan tersebut memberikan manfaat yang luas. Setidaknya bermanfaat ketika siswa akan menempuh ujian, atau bahkan bermanfaat bagi

siswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari, terutama dalam menjaga kelangsungan hidupnya.

3. Bersifat aktif dan positif

Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar yang bersifat aktif dan positif. Aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan usaha dan aktivitas dari individu sendiri untuk mencapai perubahan tersebut. Positif artinya baik, bermanfaat dan sesuai dengan harapan. Positif juga berarti mengandung nilai tambah bagi individu.

4. Bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar bukan bersifat sementara, melainkan bersifat relatif permanen. Siswa dapat menggunakan hasil belajar saat dihadapkan persoalan yang sama dikemudian hari.

5. Bertujuan dan terarah

Perubahan yang terjadi karena belajar juga pasti bertujuan dan terarah. Artinya, perubahan tersebut tidak terjadi tanpa unsur kesengajaan dari individu yang bersangkutan untuk mengubah perilakunya.

6. Mencangkup seluruh aspek perilaku

Perubahan yang timbul karena proses belajar itu pada umumnya mencangkup seluruh aspek perilaku (kognitif, efektif dan psikomotorik). Ketiga aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain, karena perubahan pada satu aspek biasanya juga akan memperngaruhi perubahan pada aspek lainnya.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar

dari Benyamin Bloom dalam Sudjana (2009:22-31) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek , yakni:

a. Tipe hasil belajar: Pengetahuan

Istilah pengetahuan yang dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata

knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat, sebab dalam istilah tersebut, termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, nama tokoh, nama kota dan lain sebagainya. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu digafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya

b. Tipe hasil belajar: Pemahaman

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya dengan menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori.

1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya.

2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau mengubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

3) Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

c. Tipe hasil belajar: Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah.

d. Tipe hasil belajar: Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahnya integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk

beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara bekerjanya, untuk hal lain lagi memahami sistematikanya.

e. Tipe hasil belajar: Sintesis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah dari pada berpikir konvergen. Dalam berpikir konvergen, pemcahan atau jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam bepikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan mengumpulkannya ke dalam satu kelompok besar. Mengartikan analisis sebagai memecah integritas menjadi integritas perlu secara hati-hati dan penuh telaah.

f. Tipe hasil belajar: Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi dan lain sebagainya. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehiupan bermasyarakat dan bernegara. Mampu memberikan evaluasi tentang kebijakan mengenai kesempatan belajar, kesempatan kerja, dapat mengembangkan pastisipasi serta tangung jawabnya sebagai warga negara. Mengembangkan kemampuan evaluasi

yang dilandasi aplikasi, analisis dan sintesis akan mempertinggi mutu evaluasinya.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa para ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaaan kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

3. Ranah Psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan yakni:

a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain

d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan

e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks

f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

D. Motivasi Belajar

Dokumen terkait