• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESA A.Kajian Teori

5. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhibin Abdul Wahab belajar (Learning), seringkali didefinisikan sebagai “perubahan yang secara relatif berlangsung lama yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman”.71 Menurut Moh. Uzer Usman belajar diartikan sebagai “proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungan”.72

Menurut Muhibin Syah writting dalam bukunya Psychology of Learning

mendefinisikan belajar sebagai “any relatively permanent change in an organism’s behavioral that occurs as a result of experience” (“belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalamsegala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organism sebagai hasil pengalaman).”73

Menurut Mudjijo pengertian yang berbeda ini didasarkan pada kepercayaan bahwa “tingkah laku lahiriah organisme itu sendiri bukan

70

Bambang Warsita, Op Cit. h.152.

71

Abdul Rahman Shaleh & Muhibin Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. (Jakarta:Prenada Media, 2004), h. 207.

72

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung;PT Remaja Rosda Karya edisi kedua, 2005, h. 5.

73

indikator adanya peristiwa belajar. Belajar juga harus memilki tes, Tes sebenarnya adalah salah satu wahana program penilaian pendidikan.”74

Menurut Oemar Hamalik selain itu belajar adalah “modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.75 Menurut pengertian di atas, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya -mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.

Menurut S Nasution“Learning is experiencing. The process of learning is doing, reacting, uner’going, experiencing. Experiencing means living through actual situations and reactingvigorously to various aspect of those situations for purposes apparent to the learner”.Belajar adalah “mengalami sesuatu. Proses belajar adalah berbuat, beraksi, mengalami, menghayati. Pengalaman belajar berarti menghayati situasi-situasi yang sebenarnya dan bereaksi dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai aspek situasi itu demi tujuan-tujuan yang nyata bagi pelajar.”76

Menurut Winkel, belajar menurut manusia boleh dirumuskan sebagai berikut: “suatu aktivitas mental dan psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Menurut Morgan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau praktek.”77

Jadi belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat stabilitas yang lain. Mengenai abilitas itu, menurut Bloom dalam Sudijono melimuti tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk.

74

Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Bumi Aksara:Jakarta, 1995) h. 1

75

Oemar Hamalik, Op Cit h. 27.

76

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta:Bumi Aksara Get. 1, 1995) h. 99.

77

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan,

Dikategorikan lebih terinci secara hierarki ke dalam emam jenjang kemampuan, yakni:

1. Hafalan (C1)

Jenjang hafalan (ingatan) meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya.

2. Pemahaman (C2)

Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis atau sebaliknya, meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu (eksploitasi dan interpolasi), serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri.

3. Penerapan (C3)

Yang termasuk jenjang penerapan ialah kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau pada situasi kongkrit.

4. Analisis (C4)

Jenjang analisis meliputi kemampuan-kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.

5. Sintesis (C5)

Yang termasuk jejaring sistesis ialah kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk kedalamnya kemampuan merencanakan eksperimen, menyusun karangan (laporan praktikum, artikel, rangkuman), menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan objek-objek, peristiwa dan informasi lainnya. 6. Evaluasi (C6)

Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pentataan uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.”78

Hasil belajar efektif berkaitan sikap dan nilai, yang berorientasi pada penguasaan dan pemilihan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya.

78

Ahmad Sofyan, et. ol., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), h. 15-18

Menurut Ahmad Sofyan sedangkan hasil belajar aplikasi (psikomotorik), hasil belajar pada ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertidak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Sipson menyatakan bahwa “belajar psikomotor ini tampak, dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu”.79 Menurut Arif S Sadiman“Salah satu cara yang baik untuk menyerapnya (sebagai gambaran mental) dapat dilakukan dengan cara menunjukkan wujud konkrit tentang konsep yang dipelajari tersebut”.80

Sedangkan Sidjana, mendefinisikan “hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.81 Menurut Sutarto “hasil belajar menunjukkan prestasi pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa”.82 Suelain itu juga hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Dari berbagai pengertian yang ada dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa, setelah mengalami proses belajar mengajar dan ditandai dengan adanya perubahan kepandaian, kecakapan, dan tingkah laku pada diri siswa itu sendiri. hasil belajar juga akan menumbuhkan pengetahuan seseorang sehingga ia dapat mempunyai kemampuan berupa keterampilan dan membentuk kebiasaan sikap dan cita-cita hidupnya. Proses pembelajaran erat kaitannya dengan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran yang monoton, tidak menarik, cenderung menurunkan hasil belajar. Sebaliknya, proses pembelajaran yang meningkatkan minat dan aktivitas siswa terhadap suatu pelajaran cenderung akan meningkatkan hasil belajar mereka.

79Ibid,

h. 23

80

Arif S. Sadiman, op. cit., h. 11.

81

Sutarto, Buku Ajar Fisika (BAF) dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF) sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta:Badan Pengembangan dan Penelitian Departemen Pendidikan Nasional, 2005. h. 327-328.

82

Nana Sudjana, Penelitian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2001), h. 22.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Oemar Hamalik secara global faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

1) Faktor internal yang meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis, yang terdiri dari lima faktor, yaitu:

a) Intelegensi siswa b) Sikap siswa c) Bakat siswa d) Minat siswa e) Motivasi siswa

2) Faktor eksternal yang terdiri atas dua macam, yakni: a) Lingkungan sosial

b) Lingkungan non sosial (sarana dan prasarana), termasuk di dalamnya media pembelajaran

3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan mkegiatan pembelajaran.”83

Faktor-faktor tersebut di atas sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena dalam proses pembelajaran siswalah yang menentukan terjadi atau tidaknya suatu proses belajar. Untuk belajar siswa menghadapi masalah-masalah baik internal maupun eksternal. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalah tersebut, maka ia tidak belajar dengan baik. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dimaksud adalah faktor lingkungan nonsosial yang meliputi sarana dan prasarana serta faktor pendekatan belajar. Dalam proses pembelajaran guru menggunakan strategi penggunaan media audio visual dengan metode diskusi kelompok.

6. Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS) a. Pengertian IPS

Dalam kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terdapat beberapa istilah yang terkadang sering diartikan secara tumpang tindih antara satu dengan yang lain. Istilah-istilah tersebut adalah Studi Sosial (Social Studies), Ilmu-ilmu Sosial (Social Sciencesi) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Meskipun pada masing-masing istilah tersebut sama-sama terdapat kata Social, akan tetapi dalam pengertian dan maknanya terdapat perbedaan.

83

Adapun pengertian IPS menurut beberapa ahli yakni:

1) Menurut Muhammad Numan Somantri, IPS adalah “suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi, dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.”84 Menurut Sapriya mata pelajaran IPS “merupakan sebuah nama mata pelajaran dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya”.85

2) Menurut Martorella, bahwa “pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan daripada transfer konsep, karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.”86

3) Dari beberapa pendapat tentang pengertian IPS di atas dapat dikemukakan bahwa IPS adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan sosial didukung dan berdasarkan pada bahan kajian geografis, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah, namun IPS bukan merupakan penjumlahan, himpunan atau penumpukan, bahan-bahan ilmu sosial.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Menurut Etin Solihatin dan Raharjo Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk “mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya. Kemudian dalam berbagai buku social studies, sering dijumpai bahwa para ahli merumuskan tujuan IPS dengan mengaitkannya pada usaha mempersiapkan murid atau siswa menjadi warga negara yang baik. Tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai

84

Nu’man Sumantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, (PT Remaja Rosda Karya: Bandung, 2001) cet. Ke-1 h.74.

85

Sapriya, Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran, (PT Remaja Rosda Karya:Bandung, 2009), Cet. Ke-1 h. 7

86

Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, (Bumi Aksara:Jakarta, 2008), ed.1 cet. ke-2 h. 14.

dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi”.87 Menurut Bloom, maka secara garis besar terdapat tiga macam pokok dari pembelajaran IPS, yaitu:

a) Pengembangan aspek pengetahuan (cognitive)

b) Pengembangan aspek nilai dan kepribadian (affective), dan c) Pengembangan aspek keterampilan (psycomotoric).

Dengan tercapainya tigak pokok tersebut diharapkan akan tercipta manusia yang berkualitas, bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara serta ikut bertanggung jawab terhadap perdamaian dunia, seperti diinginkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).”88

Pengembangan aspek kognitif dapat diupayakan melalui penguasaan materi (substansi) mata pelajaran IPS yang berasal dari ilmu-ilmu sosial, seperti:sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi dan tata negara. Oleh karena itu, pemilihan materi IPS yang bersumber pada ilmu-ilmu sosial bukan didasarkan atas pemikiran bahwa materi itu penting dilihat dari disiplin ilmunya, tapi karena penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan.

Sedangkan untuk pengembangan aspek nilai dan kepribadian dalam pembelajaran IPS perlu diperhatikan bagaimana keterkaitan antara murid atau siswa dengan masyarakat. Tentang bagaimana keterkaitan antara murid atau siswa (pendidikan) dan masyarakat. Oleh karena itu, baik aspek nilai dan kepribadian, pengetahuan, maupun keterampilan yang dibina dan dikembangkan di sekolah tidak bisa lepas dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu sehingga menjadi anggota masyarakat, yang nantinya mampu hidup di tengah-tengah masyarakat dengan baik sesuai dengan minat bakat dan kemampuannya.

Menurut Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri selain itu, mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

87

Etin Solihatin dan Raharjo op. cit., h.15.

88

a. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.”89

7. Materi Interaksi Sosial