• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif

Dalam dokumen Jurnal Visi Vol.2 No.2 September 2013 (Halaman 47-59)

Perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif

deskriptif yang memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelas keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean,

standar deviasi, maksimum, dan minimum. Mean

digunakan untuk mengetahui rata-rata data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersang- kutan bervariasi dari rata-rata. Maksimum di- gunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yg bersangkutan. Teknik Pengujian Data

Metode analisis data yang digunakan ada- lah model analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS for window sversi 17.0.

Penggunaan metode analisis regresi dalam pen- gujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak. Pengujian meliputi uji normalitas, uji mul- tikolinearitas, uji heteroskesdastisitas dan uji au- tokolerasi.

Pengujian Hipotesisi

Peneliti ini merumuskan hipotesis dan kemu- dian akan dilakukan pengujian atas hipotesis tersebut untuk mebuktikan apakah hipotesis terse- but ditolak atau diterima. Setiap hipotesis variabel independent akan diterima atau ditolak ditentukan

dari tanda positif atau negatif dan signiikan koe-

isien regresinya, setelah dilakukan pengujian ter-

hadap model regresi. Untuk menguji signiikasnsi

model digunakan alat uji ANOVA (F-test) dan un-

tuk menguji signiikansi koeisien regresi diguna- kan uji t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif bertujuan untuk mem- berikan gambaran atau deskripsi dari suatu data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel.

Tabel 1 menunjukkan nilai minimun variabel CFROA adalah 0,17 dan nilai maksimum 1,27 dengan nilai rata-rata sebesar 0,64, sedangkan standar deviasinya adalah 0,32. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel CFROA tergolong baik karena nilai standar devi- asinya dibawah 2,5 yaitu hanya 0,32.

Pengukuran statistik deskriptif selanjutnya yaitu terhadap mekanisme good corporate gov- ernance yang diukur dengan 4 variabel yaitu komisaris independen, dewan komisaris, komite

Tabel 1 Statistik data penelitian

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CFROA 32 0.17 1.27 0.64 0.32 KI 32 0.69 1.39 0.97 0.30 DK 32 1.61 2.30 1.90 0.31 KA 32 1.39 1.95 1.62 0.18 KIN 32 2.60 4.61 4.15 0.62 Valid N (listwise) 32 Sumber : Data (diolah) 2012

150 Jurnal Visioner & Strategis M u r h a b a n

audit, dan kepemilikan institusional. Pertama adalah variabel komisaris independen nilai mini- mumnya sebesar 0,69 dan nilai maksimun 1,39 dengan nilai rata-rata komisaris independennya sebesar 0,96 sedangkan nilai standar deviasinya sebesar 0,30. Dari hasil tersebut dapat disimpul- kan bahwa seberan data variabel komisaris inde- penden tergolong baik karena nilai standar devias- inya dibawah 2,5 yaitu 0,30.

Pengukuran yang kedua yaitu variabel dewan komisaris mempunyai nilai minimum sebesar 1,61 dan maksimun sebesar 2,30 dengan nilai rata-rata 1,90 sedangkan nilai standar deviasinya sebe- sar 0,31. Dari hasil tersebut dapat disimpul- kan bahwa seberan data variabel dewan komisa- ris tergolong baik karena nilai standar deviasinya masih dibawah 2,5 yaitu 0,31.

Pengukuran yang ketiga yaitu variabel komite audit mempunyai nilai minimum sebe- sar 1,39 dan maksimun sebesar 1,95 dengan nilai rata-rata 1,62 sedangkan nilai standar deviasinya sebesar 0,18. Dari hasil tersebut dapat disimpul- kan bahwa seberan data variabel komite audit ter- golong baik karena nilai standar deviasinya masih dibawah 2,5 yaitu 0,18.

Pengukuran variabel mekanisme GCG yang terakhir yaitu variabel kepemilikan institusional mempunyai nilai minimum sebesar 2,60 dan mak- simun sebesar 4,61 dengan nilai rata-rata 4,15 se- dangkan nilai standar deviasinya sebesar 0,62. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa seberan data variabel dewan komisaris tergolong baik ka- rena nilai standar deviasinya masih dibawah 2,5 yaitu 0,62.

Normal P-fPlot of Regression Standardized Residual Dependent Variabel: CFROA

Gambar 1. Normality Probability Plot Sumber : Data Diolah (2012)

Histogram Normalitas Data

Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2006:147) uji normalitas dapat dideteksi dengan dua cara yaitu: analisis

graik (Normal P-Plots dan histogram) dan anali- sis statistik melalui uji Kolmogrov Smirnov (K-s). Berdasarkan hasil uji normalitas dengan alat ban- tu komputer yang menggunakan program SPSS 17.00, dapat dilihat hasil seperti pada Gambar 1.

Ghozali (2006:148) mengungkapkan bahwa

ketentuan graik normality probability plot jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regesi memenuhi asumsi normalitas dan Menurut San- toso (2004:166) mengungkapkan bahwa uji nor- malitas dapat diketahui dengan melihat distribusi data pada histogram dengan bentuk lonceng

(bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu distribusi data tersebut tidak menceng ke kanan dan ke kiri.Berdasarkan hasil output SPSS 17.0 pada di atas menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan bahwa hasil data berben- tuk lonceng dan tidak melenceng ke kanan dan ke kiri yaitu -2 ke 2 (sejajar). Dari kedua hasil

out put grafik SPSS 17.0 diatas dapat disim- pulkan bahwa data dalam model regresi pe- nelitian ini berdistribusi normal.

Adapun pengujian normalitas dengan meng- gunakan analisis statistik melalui uji Kolmo- grov Smirnov (K-s) dengan alat bantu komput- er yang menggunakan program SPSS 17.0, dapat dilihat pada Tabel 2.

Menurut Ghozali (2006:149) mengungka- pkan bahwa ketentuan uji Kolmogrov Smirnov

(K-s) jika nilai signiikan > 0,05 maka distribusi

data normal. Berdasarkan hasil output SPSS 17.0 dari Table di atas terlihat bahwa nilai Kolmogrov Smirnov (K-s) adalah 0,424 dengan Asymp. Sig.

(2-tailed) sebesar 0.994 (>0.05) maka dapat di- simpulkan bahwa bahwa data dalam penelitian berdistribusi normal.

Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2006:125), heteroskedas-

tisitas dapat dilihat melalui graik plot antara

nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya.

Apabila pola pada graik ditunjukkan dengan ti- tik-titik menyebar secara acak (tanpa pola yang jelas) serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regre-

si. Selain menggunakan graik scatterplots. Ber- dasarkan hasil uji Heteroskedastisitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS 17.00.

Dengan melihat Gambar 3 terlihat bahwa tidak adanya polayang jelas, serta titik-titik me- nyebar di atas dan di bawah 0 pada sumbu Y, mak- adapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisi- tas pada model regresi ini.

Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk men- guji apakah terdapat korelasi antar variabel in- dependen dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya bebas dari multikolonier- itas. Cara mendeteksi terhadap ada tidaknya mul- tikolonieritas menurut Ghozali, (2006:95) dengan melihat nilai tolerance dan variance inlation

factor (VIF), Menurut Ghozali (2006:96) suatu

Tabel 2

Hasil Uji Normalitas Analisis Statistik Melalui Uji Kolmogrov Smirnov (K-S)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 32

Normal Parametersab Mean .0000000

Std. Deviation .17025869 Most Extreme Differences Absolute .075

Positive .055

Negative -.075

Kolmogorov-Smirnov Z .424

Asymp. Sig. (2-tailed) .994

a.Test distribution is Normal. b.Calculated from data.

152 Jurnal Visioner & Strategis M u r h a b a n

Gambar 3

Tabel 3

Hasil Uji Multikolonieritas

Coeficients3

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant) KI 0.001 16.003 DK 0.001 10.654 KA 0.092 13.545 KIN 0.068 14.692

Dependent Variable: CFROA

Tabel 4

Hasil Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin Watson

Model Summary15

Model R R Square Adjusted R Square Durbin-Watson

1 .852a .725 .685 1.989

a. Predictors: (Constant), KEI, KI, KA, DK b. Dependent Variable: CFROA

Tabel 5

Hasil Analisis Regeresi Berganda

Coeficients”

Unstandardized

Coeficients StandardizedCoeficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) 13.577 3.759 3.612 0.001

KI -11.189 3.674 -10.350 -3.045 0.005 0.001 16.003 DK 11.442 3.628 10.742 3.154 0.004 0.001 10.654 KA 1.158 0.348 0.632 3.330 0.003 0.092 13.545 KIN 0.344 0.203 0.656 1.697 0.101 0.068 14.692 a.Dependent Variable: FROA

Tabel 6

Hasil Uji Koeisien Determinasi (R2)

Model Sumaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 0.852a 0.725 0.685 0.1824 1.989 a. Predictors: (Constant), KIN, KI, KA, DK

model regresi yang bebas dari masalah multi- kolonieritas apabila mempunyai nilai tolerance

kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10. Hasil dari uji multikolonieritas menggunakan nilai tolerance dan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dengan menggunakkan

software SPSS 17.0 seperti terlihat pada Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai VIF semua variabel in- dependen (komisaris independen, dewan komisa- ris, komite audit dan kepemilikan institusional) lebih dari 10 dan nilai tolerancenyakurang dari 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen dalam penelitian ini tidak menunjuk- kan adanya masalah multikolinier atau bebas mul- tikolinieritas.

Uji Autokorelasi

Autokorelasi pada model regresi artinya ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu saling berkorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terha- dap nilai uji Durbin Watson (Uji DW). Menurut Singgih Santoso (2004:218) jika angka Dur- bin Watson berkisar antara -2 sampai dengan

+2 maka koeisien regresi bebas dari gangguan

autokorelasi sedangkan jika angka DW dibawah -2 berarti terdapat autokorelasi negatif dan jika angka DW diatas +2 berarti terdapat autokore- lasi positif. Berdasarkan hasil uji autokorelasi dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS 17.0, seperti terlihat pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa nilai statistik D-W sebe- sar 1,989. Nilai statistik D-W sebesar 1,989 ter- letak diantara -2 dan +2, dapat disimpulkanbah- wa tidak terjadi autokorelasi baik autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif.

Analisis Regresi Linear Berganda

Uji regresi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel independ- en terhadap variabel dependen. Berdasarkan dari hasil Uji analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.17.0, dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan hasil Tabel 5 maka dibuat persa- maan regresi sebagai berikut:

Y= 13,557- 11,189 X1+ 11,442 X2+l,158 X3 + 0,344 X4

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa vari- abel komisaris independen (X1) berpengaruh ke arah negatif terhadap CFROA (Kinerja Keuan- gan Perusahaan) sedangkan variabel dewan komisaris (X2), komite audit (X3) dan kepemi- likan institusional (X4) berpangaruh positif terha- dap CFROA.

Uji Koeisien Determinasi ( R )

Uji koeisien determinasi digunakan untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen

terhadap variabel dependen. Hasil dari koeisien

determinasi seperti terlihat pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa Adjusted R Square (R ) adalah 0,725. Hal ini berarti bahwa 72,5% variable cash

low return on aseet (CFROA) sebagai penguku- ran kinerja keuangan perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu mekanisme GCG yang diukur dari 4 variabel yaitu komisaris in- dependen, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional, sedangkan sisanya sebesar 27,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang dianalisis.

Uji Signiikansi Simultan (Uji-F)

Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi vari- abel dependen. Dari hasil uji kesesuaian model atau Uji-F dengan menggunakan alat ban- tuan komputer dengan program SPSS 17.0, For Windows mengenaianalisis hubungan kesesuaian model, dapat dilihat pada Tabel 7.

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa model

persamaan ini memiliki tingkat signiikansi,

yaitu 0,000 lebih kecil dibandingkan tingkat

signiikansi a (0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa variabel independen yaitu mekanisme GCG (komisaris independen, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional) dalam model penelitian ini secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu cash low return

on aseet (CFROA) sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan.

154 Jurnal Visioner & Strategis M u r h a b a n

Uji Signiikansi Parameter Individual (Uji-t)

Untuk menguji hipotesis maka analisis statis- tik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen yaitu mekanisme GCG (komisaris independen, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional) terhadap vari- abel dependennya yaitu cash flow return on aseet (CFROA) sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Hasil uji-t dalam peneli- tian dapat dilihat pada Tabel 8.

Berdasarkan hasil uji statistik t menunjuk- kan bahwa dari empat variabel independen me- kanisme GCG yaitu komisaris independen, dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan institusional yang dimasukkan dalam model re- gresi, hanya variabel komite audit , komisaris

independen , dan dewan komisaris yang signii- kan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (CFROA). Hal ini dapat dilihat dari nilai proba-

bilitas signiikansi untuk komite audit sebesar

0,003 (a<0,05), komisaris independen sebesar 0,005 (a< 0,05) dan dewan komisaris sebesar 0,004 (a< 0,05), Sedangkan satu variabel lainnya yaitu kepemilikan intitusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan pe-

Tabel 7

Hasil Uji Simultan (Uji-F).

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 2.374 4 0.594 17.835 o.oooa Residual 0.899 27 0.033 Total 3.273 31

a. Predictors: (Constant), KIN, KI, KA, DK b. Dependent Variable: CFROA

Tabel 8

Hasil Uji Signiikansi Parameter Individual (Uji-t)

Coeficients”

Model

Unstandardized

Coeficients StandardizedCoeficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 13.577 3.759 3.612 0.001

KI -11.189 3.674 -10.350 -3.045 0.005 0.001 16.003 DK 11.442 3.628 10.742 3.154 0.004 0.001 10.654 KA 1.158 0.348 0.632 3.330 0.003 0.092 13.545 KIN 0.344 0.203 0.656 1.697 0.101 0.068 14.692

b. Dependent Variable: CFROA

rusahaan (CFROA) karena nilai signiikansinya >

0,05 yaitu 0,101. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari CFROA hanya mempengaruhi tiga variabel mekanisme GCG yaitu komite audit, komisaris independen dan dewan komisaris.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan pula dengan perusahaan telah menerapkan good cor- porate governance dengan baik terbukti memiliki pengaruh terhadap pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan peningkatan kin- erja keuangan perusahaan akan memperoleh be- berapa manfaat salah satunya adalah peningkatan

dalam produktivitas dan eisiensi serta kemuda- han dalam memperoleh modal. Hal ini tentunya akan dengan mudah perusahaan tersebut dalam meningkatkan kinerja operasinal perusahaan. Dengan kemudahan memperoleh modal maka perusahaan dalam meningkatkan tingkat efekti-

itas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

sehingga secara tidak langsung dapat mempen- garuhi kinerja perusahaan.

PEMBAHASAN

Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Kinerja Perusahaan

pektif teori agensi, dewan komisaris mewakili me- kanisme internal utama untuk mengontrol perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer. Xie, Davidson, dan Dadalt (2003) juga menyatakan hal yang sama yaitu makin banyak dewan komisaris maka pembatasan atas tinda- kan kecurangan dapat dilakukan lebih efektif, sehingga kinerja akan meningkat.

Dalam penelitian ini melalui analisis uji t, dewan komisaris yang diproksi dengan jumlah anggota dewan komisaris yang ada dalam perusa- haan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

signiikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan nilai signiikansi sebesar 0,004 yang lebih

kecil dari a (0,05). Dengan demikian, berdasar- kan hasil penelitian menerima Hi dan menolak Ho yang menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan (CFROA) pada tingkat sig-

niikan 5%. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Pranata dan Mas’ud (2003), Cor- nett et al, (2006), serta Darmawati (2003).

Dalton dan Daily, (1999:76) mengungka- pkan bahwa hubungan antara anggota dewan komisaris dengan kinerja keuangan serta nilai perusahaan didukung oleh perspektif fungsi ser- vice dan kontrol yang dapat diberikan oleh dewan komisaris. Fungsi service menyatakan bahwa de- wan komisaris dapat memberikan konsultasi dan nasehat kepada manajemen dan direksi. Dengan menekankan pada fungsi aktivitas dewan komisa- ris tersebut, peranan keahlian atau konseling yang diberikan oleh dewan komisaris merupakan suatu jasa yang berkualitas bagi manajemen dan perusahaan yang tidak dapat diberikan oleh pasar. Fama (2003:78) juga mengungkapkan bahwa anggota dewan komisaris yang mempunyai keahl- ian dalam bidang tertentu juga dapat memberikan nasehat yang bernilai dalam penyusunan strategi dan penyelenggaraan perusahaan, dalam rangka mewujudkan kinerja yang prima dalam manaje- men perusahaan.

Sesuai dengan teori agensi, fungsi dewan komisaris sesuai dengan peranannya akan mer- eduksi terjadinya agency cost yang tinggi. Dengan adanya peningkatan pengawasan dan transpar- ansi akan berdampak pada penurunan informa-

wa secara teoritisdewan komisaris independen yang berasal dari luar perusahaan atau outside director dapat mengurangi tindakan oportu- nis manajemen, sehingga jika anggota dewan komisaris independen meningkatkan tindakan pengawasan akan berhubungan dengan makin rendahnya perilaku menyimpang yang dilakukan manajemen, yang pada akhirnya akan meningkat- kan kinerja keuangan perusahaan.

Dalam penelitian ini melalui analisis uji t, komisaris independen yang diproksi dengan jum- lah anggota komisaris independen yang ada dalam perusahaan menunjukkan adanya pengaruh sig-

niikan kearah negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan nilai signiikansi sebesar 0,005

yang lebih kecil dari a (0,05). Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian menerima Hi dan menolak Ho yang menunjukkan bahwa variabel komisaris independen berpenagruh terhadap ki- nerja keuangan perusahaan (CFROA) pada tingkat

signiikan 5%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil pe- nelitian yang dilakukan oleh, Bangun (2006) yang menemukan hasil yang kontradiksi yaitu komisaris independen berpengaruh negatif ter- hadap kinerja keuangan perusahaan. Sylvia dan Sidharta (2005) juga menyatakan bahwa pengang- katan dewan komisaris independen oleh perusa- haan mungkin hanya dilakukan untuk pemenu- han regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan.

Kondisi ini juga ditegaskan dari hasil sur- vai Asian Development Bank dalam Boediono (2005) yang menyatakan bahwa kuatnya ken- dali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak in- dependen. Fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggungjawab anggota dewan menjadi tidak efektif. Keberadaan komisaris independen

ini tidak dapat meningkatkan efektiitas monitor- ing yang dijalankan oleh komisaris.

Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Perusahaan

Young et al, (2001:78), mengungkap bah- wa fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan (komisaris) diambil dari teori agensi. Dari pers-

156 Jurnal Visioner & Strategis M u r h a b a n

tion asymmetry, dan implikasinya monitoring cost pun juga akan mengalami penurunan, se-

hingga eisiensi perusahaan juga dapat terwujud.

Hal ini didasarkan pada logika ketika manaje- men (ageri) diawasi secara ketat oleh komisaris, mereka akan berupaya unutk menunjukkan kepada komisaris (principal) bahwa mereka tidak akan menyalah gunakan kewenangan yang diberikan, dan manajer akan berbuat demi kebaikan peru- sahaan. Kesadaran akan hal ini memunculkan upaya (efforts) dari manajemen agar mereka dipercaya oleh principal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menunjukkan itikad baik dan memberikan mewujudkan kinerja keuangan perusahaan yang prima serta komprehensif kepada

principal.

Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Perusahaan

Dalam penelitian ini melalui analisis uji t, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sig-

niikan variabel komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan nilai signiikansi

sebesar 0,003 yang lebih kecil dari a (0,05). Den- gan demikian, berdasarkan hasil penelitian mener- ima Hi dan menolak Ho yang menunjukkan bahwa variabel komite audit berpenagruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan (CFROA) pada ting-

kat signiikan 5%.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Nuryanah (2004), namun sesuai den- gan hasil penelitian Felo (2003) dan Effendi (2005), Xie, Davidson, Dadalt (2003), Veronica dan Bachtiar (2004), Wedari (2004), dan Wilopo (2004). Sehingga terbukti bahwa adanya komite audit yang efektif dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan karena dapat menekan ter- jadinya penyimpangan-penyimpangan akuntansi yang sering dilakukan oleh banyak perusahaan di Indonesia.

Perusahaan telekomunikasi yang terdaftra di BEI telah membentuk komite audit sesuai den- gan peraturan yang berlaku mengenai pembentu-

kan komite (Surat Edaran BAPEPAM No. SE-03/ PM/2000 dan No. Peng-4247/BEJ-PEM 09-2002)

terbukti dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan karena adanya peningkatan keper- cayaan investor terhadap akuntabilitas perusa-

haan tersebut. Dengan kata lain, investor mulai memperhatikan kepatuhan perusahaan dalam pen- erapan mekanisme GCG, khususnya keberadaan komite audit dalam proses pengambilan keputusan sehubungan dengan investasinya pada perusahaan tersebut.

Xie, Davidson, dan Dadalt (2003) menguji

efektiitas komite audit dalam mengurangi per- ilaku disfungsional yang dilakukan oleh pihak manajemen. Komite audit yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Hal ini berarti komite audit yang ada di perusahaan sebagai salah satu mekan- isme corporate governance mampu mengurangi tindak manipulasi laba oleh manajemen. Dari sini dapat terlihat bahwa komite audit yang ada di perusahaan perbankan telah menjalankan tugas dengan semestinya dalam melakukan penga- wasan terhadap perusahaan dengan menjunjung prinsip good corporate governance, transparansi,

fairness, tanggung jawab, dan akuntabilitas yang pada prosesnya dapat meningkatkan ki- nerja keuangandan nlai perusahaan.

Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka control terhadap perusa-

haan akan lebih baik sehingga, konlik keagenan

yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi. Bradbury et.al, (2004) menyata- kan bahwa komite audit bertugas membantu de- wan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan .Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang dit- erapkan oleh perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan. Di dalam pelaksanaan tugasnya komite menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal dan auditor internal.

Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Perusahaan

Dalam penelitian ini melalui analisis uji t, menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh

kepemilikan institusional yang signiikan ter- hadap kinerja keuangan perusahaan dengan nilai

signiikansi 0,101 yang lebih besar dari a (0,05).

Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian menolak Hidan menerima Ho yang menunjuk- kan bahwa variabel kepemilikan institusional berpenagruh negatif terhadap kinerja keuangan

perusahaan (CFROA) pada tingkat signiikan

5%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Midiastuti dan Mas’ud (2003) dan Sam’ani (2007) yang menemukan bahwa tidak adanya pengaruh antara kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Daryanto (2004: 89) megungkapkan bahwa kepemilikan institusional tidak berhasil menin- gkatkan kinerja keuangan perusahaan tapi justru menurunkan nilai perusahaan karena investor in- stitusional bukan pemilik mayoritas sehingga tidak mampu memonitor kinerja manajer secara baik. Jika dilihat dari pola hubungannya, maka pen- garuhnya adalah negatif. Artinya, semakin tinggi

Dalam dokumen Jurnal Visi Vol.2 No.2 September 2013 (Halaman 47-59)