• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil dan Pembahasan

Dalam dokumen DATA PENGUJIAN UKBI TAHUN 2005--2017 (Halaman 147-156)

I PENGEMBANGAN KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA

C. NILAI PENDIDIKAN PERMAINAN MONOBI

3. Hasil dan Pembahasan

Bahasa menunjukan jati diri bangsa, tidak akan ada bangsa yang besar tanpa bahasa persatuannya. Bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa persatuan sejak diikrarkannya sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928. Sejak saat itu, bahasa Indonesia resmi dijadikan bahasa perhubungan antar lapisan masyarakat. Bahasa Indonesia yang jumlah penuturnya mencapai 300 juta lebih di seluruh dunia, menjadi potensi besar untuk melakukan internasionalisasi bahasa Indonesia (m.tribun.com). Rintisan menjadi bahasa internasional juga disiapkan melalui pengembangan silabus bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA). Selanjutnya, pemerintah juga akan memutakhirkan alat uji kemahiran berbahasa Indonesia (UKBI) (nasional.sindonews.com).

Seperti halnya bahasa-bahasa lain yang memiliki instrumen pengukuran kemahiran berbahasa masing-masing, Indonesia juga memiliki Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) sebagai instrumen pengukuran kemahiran berbahasa Indonesia. Instrumen ini dapat digunakan oleh bangsa Indonesia dan warga negara asing. Penyusunan dan pelaksanaan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) telah ditetapkan di dalam Permendiknas No. 36 Tahun 2010. Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) di masyarakat telah diatur di dalam keputusan Mendiknas No.

152/U/2003. Hak cipta Produk yang dimiliki UKBI tertuang di dalam Surat Pendaftaran Ciptaan Kementrian Hukum dan HAM No. 023993 dan 023994 tetanggal 8 Januari tahun 2010 atas nama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (ukbi.kemdikbud.go.id). Setiap orang yang mengikuti tes UKBI diwajibkan membayar, terdapat tiga kategori biaya menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2016 seperti tabel di bawah ini.

Pelajar/Mahasiswa Per orang per ujian Rp. 130.000,00 Masyarakat Umum Per orang per ujian Rp. 300.000,00 Warga Negara Asing Per orang per ujian Rp. 1.000.000,00

140

Pada 19 Mei 2017, penulis bersama kelompok mata kuliah Kajian Isu-isu Global melakukan wawancara singkat di dua perguruan tinggi, yakni STKIP Siliwangi Bandung dan Universitas Jenderal Ahmad Yani. Topik yang diambil yaitu sejauh mana mahasiswa mengetahui UKBI dibanding tes kemahiran berbahasa asing (TOEFL), dengan mengajukan 2 pertanyaan sederhana yaitu:

1. Tahukah UKBI itu apa?

2. Tahukah TOEFL itu apa?

Dari dua pertanyaan itu, penulis dapat membandingkan manakah tes kemahiran berbahasa yang lebih dikenal dikalangan mahasiswa, baik mahasiswa kependidikan maupun non-kependidikan. Hasil wawancara tersebut menunjukan betapa UKBI kurang dikenal di kalangan mahasiswa.

Dari semua responden, tidak ada satupun yang mengetahui apa itu UKBI.

Berbanding terbalik dengan uji kemahiran berbahasa asing (TOEFL), semua responden menjawab mengetahui apa itu TOEFL. Hasil wawancara singkat tersebut dapat dilihat di tautan berikut: https://youtu.be/JrPvLnX8f7U

Terlepas dari tugas kelompok, penulis melakukan wawancara kembali dengan menambah jumlah pertanyaan, yaitu, lebih penting memiliki sertifikat mahir berbahasa Indonesia atau bahasa asing (TOEFL) disertai alasan singkat. Terdapat 12 responden yang terdiri dari 6 orang mahasiswa dan 6 orang pekerja. Dari hasil wawancara tersebut, penulis memperoleh data sebagai berikut:

No

Nama UKBI TOEFL

Sertifikat

Alasan

UKBI TOEFL

1 Agus Rijfalah

X X Lebih gaul dan sebagai

syarat untuk mendapatkan pekerjaan

2 Alfin Deli

X

Tidak tertarik mahir berbahasa Indonesia, mahir bahasa asing

(Inggris) lebih

menjanjikan 3 Desi Asmanah

X x Berbahasa Indonesia saja

belum benar apalagi berbahasa asing (Inggris) 4 Dadan M.

Ramdhan X

Lebih berguna, karena lebih mudah mendapat

141

pekerjaan 5 Mercy Firda

X

Banyak perusahaan asing, dan perusahaan di

Indonesia yang

memerlukan orang yang mahir berbahasa asing 6 Fuji Sohibul

Anwar

X x

Jika sudah mahir berbahasa Indonesia maka akan mudah belajar bahasa asing. Banyak orang mahir berbahasa asing tetapi masih “ba bi bu” dalam bahasa Indonesia

7 Iman Sulaeman

TOEFL lebih bersifat

global dan berguna untuk bisnis dan syarat bekerja 8 Jaenal Abidin

X Karena tinggal di

Indonesia 9 Nissa Almira

X Karena bahasa

internasional 10 Noviyanti

X

Bisa digunakan untuk ke luar negeri dan sebagai syarat mendapatkan pekerjaan

11 Ranny Anggraeni

X TOEFL menjadi syarat

kelulusan 12 Reza Suherman

X Bisa digunakan sebagai

syarat mendapatkan pekerjaan

Keterangan:

Seperti yang dipaparkan di atas, dari 12 orang hanya terdapat 1 orang yang mengetahui UKBI, selebihnya tidak tahu bahkan baru mendengar.

Berbanding terbalik dengan TOEFL, dari 12 orang hanya terdapat 3 orang yang tidak mengetahui. Hal tersebut menunjukan, UKBI masih kurang dikenal di masyarakat dibanding tes kemahiran berbahasa asing (TOEFL), sekalipun itu mahasiswa.

Mahasiswa M Mah as

Bekerja

142

Dari alasan-alasan singkat yang dikemukakan tersebut, terdapat beberapa hal yang menjadikan UKBI kurang dikenal dan kurang dianggap sama pentingnya dengan TOEFL. Pertama, selain karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional, sertifikat mahir berbahasa asing lebih dianggap penting karena menjadi syarat memasuki dunia kerja. Kedua, TOEFL dijadikan syarat kelulusan dari suatu institusi sementara UKBI tidak, hal ini menjadikan TOEFL dianggap lebih harus dimiliki karena menjadi syarat kelulusan atau syarat menyelesaikan pendidikan tertentu. Ketiga, memiliki sertifikat mahir berbahasa asing dianggap lebih gaul, artinya ketertarikan untuk mahir berbahasa Indonesia sangat rendah. Kelima, sertifikat TOEFL bisa digunakan ke luar negeri, baik untuk melanjutkan studi ataupun mendapatkan pekerjaan.

Terdapat 2 orang yang lebih memilih sertifikat mahir berbahasa Indonesia.

Alasan yang dikemukakan sangat sederhana, yaitu karena tinggal di Indonesia maka dirasa lebih memilih mahir berbahasa Indonesia. Alasan kedua, karena Jika sudah mahir berbahasa Indonesia maka akan mudah belajar bahasa asing. Banyak orang mahir berbahasa asing tetapi masih “ba bi bu” dalam bahasa Indonesia. Melihat tanggapan beberapa responden, revitalisasi UKBI harus digalakkan dalam berbagai bidang, selain mensosialisasikan UKBI, juga agar UKBI digunakan dalam hal yang lebih luas. Dikalangan mahasiswa, minimal agar diketahui, maka UKBI dijadikan syarat dalam beberapa hal seperti pemilihan ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dan pemilihan Duta Mahasiswa di tiap perguruan tinggi. Di beberapa daerah, UKBI sudah dijadikan syarat memasuki institusi pendidikan. Koordinator UKBI Balai Bahasa Papua, pihaknya sudah melakukan Nota Kesepakatan (MoU) dengan dua universitas di Papua yang berisi kesepakatan seluruh mahasiswa harus memiliki sertifikat UKBI (badanbahasa.kemdikbud.go.id). Nota kesepakatan seperti ini bisa dilaksanakan oleh koordinator UKBI di setiap daerah dalam rangka revitalisasi UKBI.

Salah satu isu yang paling mengemuka terkait masih rendahnya pengenalan terhadap tes ini adalah karena pemerintah belum membuat regulasi khusus yang memungkinkan pihak swasta melakukan tes ini (Yanti, 2015 Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB: hal 114). Selain UKBI menjadi kurang dikenal, masyarakat yang ingin melakukan tes ini menjadi kesulitan, mengingat tempat tes UKBI tidak mudah diakses seperti tes bahasa asing (TOEFL). Tidak hanya di dalam negeri, kesulitan mengakses tes ini juga dialami oleh mahasiswa asing. Tes yang dilakukan tidak berdasarkan regulasi dari Indonesia. Sampai saat ini belum ada ujian untuk kemahiran berbahasa Indonesia yang terjangkau di luar negeri. Di Korea Selatan

143

lembaga yang menguji kemahiran berbahasa Indonesia, adalah HUFS bukan badan bahasa atau institusi yang berasal dari Indonesia. HUFS adalah salah satu universitas yang khusus mengkaji ilmu asing. (Hyun, 2015. Jurnal Sosioteknologi Volume 14, Nomor 1. hal 17 )

Dari pemaparan di atas, penulis dapat memberikan beberapa saran yang bisa menjadi pertimbangan dalam upaya revitalisasi UKBI, yaitu:

1. Pemerintah bekerjasama dengan perusahaan menjadikan UKBI sebagai syarat perekrutan karyawan baru.

2. Pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan menginstruksikan semua institusi pendidikan terutama jenjang SMA/Sederajat dan Perguruan Tinggi untuk mensyaratkan UKBI dalam penerimaan siswa/mahasiswa baru. Pada perguruan tinggi, UKBI juga dijadikan syarat kelulusan.

3. Pemerintah bekerjasama dengan para pakar teknologi untuk membuat sebuah aplikasi UKBI yang mudah untuk diakses di mana saja dan sesuai dengan standar yang dibakukan oleh pemerintah atau kementerian pendidikan dan kebudayaan.

Simpulan

Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan meskipun UKBI sudah lama ada sebagai instrument pengukuran kemahiran berbahasa, namun, keberadaannya masih belum banyak diketahui. Selain masih kurang dikenal, UKBI juga dinilai tidak sepenting uji kemahiran berbahasa asing (Inggris).

Anggapan tersebut muncul karena UKBI tidak dijadikan syarat memasuki lembaga atau institusi tertentu seperti perguruan tinggi. Dunia kerjapun, lebih menekankan memiliki sertifikat mahir berbahasa asing, sehingga, memiliki seritifat mahir berbahasa Indonesia dirasa tidak penting.

Selain karena UKBI tidak dijadikan syarat memasuki dunia kerja atau pendidikan, pemerintah belum membuat regulasi khusus pada pihak swasta untuk menyelenggarakan tes UKBI. Hal tersebut, menjadikan UKBI sulit untuk diakses baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Padahal, saat ini bahasa Indonesia cukup diminati di kancah dunia, mengingat perekonomian Indonesia yang tumbuh positif berkorelasi dengan keingin orang asing untuk belajar bahasa Indonesia. Pembuatan regulasi khusus yang bisa diakses pihak swasta di luar negeri bisa menjadi momentum untuk menginternasionalkan bahasa Indonesia.

Untuk mewujudkan amanat undang-undang No.24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan. Pemerintah dapat mengupayakan revitalisasi UKBI melalui Kementrian Pendidikan dan

144

Kebudayaan dengan menginstruksikan agar UKBI menjadi syarat memasuki lembaga atau institusi seperti perguruan tinggi ataupun menjadi syarat memasuki dunia kerja. Jika hal itu berhasil dilakukan, minimal UKBI akan dikenal di masyarakat. Secara bertahap UKBI akan dipandang sama pentingnya dengan tes kemahiran berbahasa lain.

Daftar Pustaka Administrator, (2016) Sekilas Tentang UKBI

(http://ukbi.kemdikbud.go.id/tentang.php), diunduh pada 8 Juni 2017 pukul 07:21 WIB

Hyun, Park Jae. (2015). Potensi dan Tantangan Bahasa Inonesia Menuju Bahasa Internasional. Jurnal Sosioteknologi: Institut Teknologi Bandung.Volume 14, . nomor 1.

Nafi’, Abdul Azizun. (2016) Bahasa Indonesia Bahasa Resmi ASEAN

(http://m.tribunnews.com/tribunners/2016/05/23/bahasa-indonesia-bahasa-resmi-asean), diunduh pada 30 Mei 2017 pukul 12:02 WIB Nazir. Mohammad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Pusat Bahasa. (2010) Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera,

Bahasa,

dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Kemendiknas Production, Erst. (2017) Perkembangan UKBI di Kalangan Mahasiswa

(https://youtu.be/JrPvLnX8f7U), diunduh pada 8 Juni 2017 pukul 07:39 WIB

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:

CV. . Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012) Metode Penelitian Pendidikan.

Bandung: PT . Remaja Rosdakarya

Suryadi, Ace. (2014). Pendidikan Indonesia Menuju 2025. Bandung: PT Remaja . Rosdakarya

Yanti, Nafri . (2015). Akselerasi dan Optimalisasi Penggunaan UKBI Sebagai . Komponen . Peningkatan Kemahiran Berbahasa indonesia.

Prosiding . Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015:

Universitas Bengkulu

Zubaidah, Neneng .(2013) Bahasa Indonesia Akan Jadi Bahasa Internasional

(http://nasional.sindonews.com/read/797989/1/5/bahasa-indonesia-akan-jadi-bahasa-internasional-1382621236), diunduh pada 30 Mei 2017 pukul 11:58 WIB

───, (2017) Pemartabatan Bahasa Indonesia di Papua melalui UKBI

145

(http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/berita/2339/Pemartab atan%20Bahasa%20Indonesia%20di%20papua%20melalui%20UKBI), diunduh pada 7 Juni 2017 pukul 02:56 WIB

───, (2016). Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2016

(http://peraturan.go.id/pp/nomor-82-tahun-2016.html), diunduh pada 8 Juni 2016 pukul 07:17 WIB

146

MENULIS TEKS ARGUMENTASI SEBAGAI ALTERNATIF DALAM SEKSI MENULIS UJI KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA (UKBI): ADAPTASI DARI TES KEMAHIRAN INTERNATIONAL ENGLISH LANGUAGE TESTING SYSTEM

(IELTS) Dwi Firli Ashari

Singapore School, Pantai Indah Kapuk dwi.firli@gmail.com

Abstrak

Menulis merupakan salah satu indikator kemampuan seseorang dalam menguasai sebuah bahasa. Salah satu ragam tulisan yang dapat digunakan untuk menilai kecakapan seseorang dalam berbahasa yaitu teks argumentasi. Argumentasi yang dipaparkan merupakan suatu penjabaran akan beragam jenis teks yang telah dibaca sebelumnya. Argumentasi juga merupakan bentuk sintesis berupa respons tentang suatu fenomena yang terjadi sehari-hari. Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) adalah sebuah tes kemahiran berbahasa Indonesia yang ditujukan bagi siapa pun. Menulis merupakan salah satu seksi dari UKBI yang menjadi kompetensi dalam menilai kemampuan seseorang berbahasa Indonesia. Tipe soal yang dibuat dalam seksi menulis UKBI masih sebatas menguraikan dan mengembangkan kalimat penjolok serta gambar yang terdapat di dalam soal secara tertulis dalam jumlah 200 kata. Menulis teks argumentasi, seperti yang tertuang dalam International English Language Testing System (IELTS), dapat digunakan sebagai alternatif guna mengukur kemahiran seseorang dalam berbahasa. Pedoman menulis teks argumentasi disampaikan dengan memberikan beberapa topik sebagai topik panduan serta pertanyaan panduan guna mendukung peserta dalam menyusun tulisan yang apik serta sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Makalah ini menjelaskan tentang bagaimana cara teks argumentasi digunakan sebagai sebuah variasi dalam seksi menulis UKBI.

Kata kunci: Argumentasi, IELTS, Kemahiran, Menulis, UKBI

147 I. PENGANTAR

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang menjadi acuan mahir atau tidaknya seseorang menggunakan suatu bahasa. Sriasih (2005) mengemukakan bahwa menulis menjadi keterampilan berbahasa yang paling sulit dikuasai dibandingkan dengan tiga keterampilan lainnya:

menyimak, membaca, dan berbicara. Hal tersebut karena dalam menulis diperlukan kemampuan untuk menuangkan hasil pemikiran berupa pengalaman, perasaan, serta gagasan dan pemikiran akan suatu hal (GBPP dalam Sriasih, 2005). Menurut Lubis (1986), keterampilan menulis yang mumpuni juga bisa menjadi suatu jembatan untuk meraih kesuksesan dalam pekerjaan bagi seseorang. Hal tersebut dirasa sangat masuk akal karena dalam menulis merupakan cara untuk berkomunikasi secara efektif dalam berbagai hal, terutama dalam hal akademis dan pekerjaan. Maka dari itu, kemampuan menulis menjadi satu dari sekian keterampilan penting yang seharusnya dikuasai oleh semua orang.

Bahasa merupakan alat komunikasi (Keraf, 2004:1). Bahasa Indonesia, sebagai bahasa resmi yang digunakan di negara keempat terbesar di dunia dengan lebih dari 250 juta penduduk yang hidup di dalamnya, menjadi salah satu bahasa yang memiliki banyak pengguna. Dengan kondisi seperti itu, selayaknya para pengguna bahasa Indonesia dapat menggunakan bahasa tersebut dengan benar. Keterampilan menulis menjadi salah satu indikator tepat atau tidaknya suatu bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Setianingrum (2014) memaparkan bahwa hakikatnya keterampilan menulis yang ideal haruslah berpedoman pada Ejaan Bahasa Indonesia dan memiliki konteks yang sesuai dengan apa yang ditulis dari awal (permulaan).

Keterampilan menulis dapat dituangkan melalui jenis teks (tulisan) yang dihasilkan. Secara umum, jenis teks dapat dibagi ke dalam empat jenis:

narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Seperti dituliskan oleh Keraf (2007:3) bahwa argumentasi pada dasarnya adalah jenis teks yang bertujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar yakin akan pendapat penulis bahkan mau melakukan apa yang dikatakan penulis.

Rahayu (2015) menjelaskan bahwa penutur jati sering kali tidak sengaja acuh terhadap kaidah dari bahasa yang digunakan. Bahasa Indonesia merupakan salah satu contoh bahasa yang banyak memiliki penutur jati namun kerap kali penggunaan kaidah yang telah ditetapkan oleh pihak terkait tidak dipedulikan. Hal tersebut juga sejalan dengan bagaimana penutur asing belajar bahasa Indonesia. Suyitno (2007) menjelaskan bahwa guru-guru pengajar bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) lebih menekankan pada penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi ketimbang penekanan terhadap penggunaan kaidah suatu bahasa itu sendiri. Maka dari itu,

148

diperlukan evaluasi yang objektif agar kemampuan para penutur suatu bahasa dapat dilihat dari sisi penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi yang efektif dan ketepatan pemakaian tata bahasa serta aspek teknis lainnya (Suyitno, 2007). Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) kemudian menetapkan uji kemahiran yang sudah seharusnya dimiliki oleh para penutur jati maupun penutur asing dengan nama Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).

Dalam UKBI, empat keterampilan berbahasa: menyimak, membaca, berbicara, dan menulis menjadi komponen-komponen yang diujikan kepada tiap peserta. Keterampilan menulis menjadi salah satu komponen yang diujikan dalam UKBI untuk melihat sejauh mana kemampuan penutur suatu bahasa berkomunikasi serta menggunakan struktur yang tepat dalam penggunaan bahasa Indonesia. Seksi menulis dalam UKBI, seperti yang tertuang dalam Permendikbud No. 70 tahun 2016 adalah berupa soal tertulis berupa permintaan untuk mempresentasikan gambar/diagram/tabel ke dalam wacana tulis 200 kata. Melalui makalah ini, penulis ingin menyampaikan gagasan mengenai menulis teks argumentasi sebagai salah satu alternatif dalam seksi menulis UKBI yang diadaptasi dari tes kemampuan bahasa Inggris bernama International English Language Testing System (IELTS) dengan memperhatikan bahasa sebagai alat komunikasi dan penggunaannya berdasarkan struktur yang tepat.

II. KAJIAN PUSTAKA

Dalam dokumen DATA PENGUJIAN UKBI TAHUN 2005--2017 (Halaman 147-156)