• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Kimia Ultisol

Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran cukup luas. Kandungan hara pada Ultisol umumnya rendah dikarenakan pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi.

Berdasarkan hasil analisis awal Ultisol yang ditunjukkan pada Tabel 1 terlihat bahwa Ultisol yang digunakan sebagai bahan penelitian termasuk tanah marjinal dan rendah akan kandungan unsur hara. Prasetyo dan Suriadikarta (2006) berpendapat bahwa Ultisol memiliki kemasam tinggi, pH rata–rata < 4.5, kejenuhan Al tinggi, miskin kandungan hara makro terutama unsur P, K, Ca, dan Mg, dan rendahnya kandungan bahan organik.

Tabel 1. Hasil Analisis Awal Ultisol Jasinga

Jenis Analisis Hasil Pengukuran Jenis Analisis Hasil Pengukuran

pH 4.1 - 4.13 Ca (me/100g) 1.13 Ec (µs/cm) 172.1 Mg (me/100g) 0.21 C (%) 2.41 KTK (me/100g) 28.57 N (%) 0.25 Fe (ppm) 5.3 P (ppm) 13.8 Cu (ppm) 2.2 K (me/100g) 0.53 Zn (ppm) 7.3 Na (me/100g) 0.42 Mn (ppm) 69.1

Tan (2000) berpendapat bahwa di Amerika Ultisol dapat menjadi cukup produktif dengan cara pemberian kapur yang cukup, penambahan bahan organik, pemberian pupuk, dan manajemen yang tepat.

4.2. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Kandungan Hara N, P, dan K pada Tanah

Berdasarkan Tabel 2, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur N dan P tanah

pada tanaman umur 3 bulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap unsur N pada tanah 3 bulan didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 0.227 %, sedangkan kandungan unsur N tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM dan BTRS sebesar 0.253 %. Pada kandungan unsur N, hanya perlakuan GR yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.

Pada analisis unsur P pada tanah 3 bulan didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 16.8 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 20.5 ppm. Pada kandungan unsur P, hanya perlakuan BTSM, BTRS, dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.

Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur K tanah 3 bulan. Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan BTSM mempunyai nilai paling tinggi. Pada analisis unsur K pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 0.45 me/100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 0.51 me/100g.

Pada saat tanaman memasuki umur 6 bulan, pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur P dan K tanah. Berdasarkan hasil analisis kandungan unsur P pada tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 17.4 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 27.9 ppm. Pada kandungan unsur P, hanya perlakuan GR dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.

Pada hasil analisis kandungan unsur K pada tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 0.47 me/100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan KT sebesar 0.59 me/100g. Pada kandungan unsur K, hanya perlakuan BTR, GR, dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.

Tabel 2. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Kandungan Hara N, P, K pada Tanah

Perlakuan Kadar N (%) Kadar P (ppm) Kadar K (me/100g)

3 BST 6 BST 3 BST 6 BST 3 BST 6 BST KT 0.247 ab* 0.24 a 16.8 d 25.9 a 0.49 a 0.59 a BTSM 0.253 a 0.25 a 20.5 a 27.9 a 0.51 a 0.58 a BTR 0.240 abc 0.24 a 17.5 cd 24.8 a 0.49 a 0.49 b GR 0.227 c 0.25 a 17.7 bcd 17.4 b 0.47 a 0.47 b BTSMS 0.243 ab 0.25 a 18.5 abcd 24.4 a 0.45 a 0.53 ab BTRS 0.253 a 0.26 a 19.7 ab 24.1 a 0.49 a 0.52 ab GRS 0.233 bc 0.25 a 19.3 abc 17.8 b 0.48 a 0.48 b *Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf α = 0.05 %.

Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur N tanah 6 bulan. Walaupun demikian hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya perbedaan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan BTRS mempunyai nilai paling tinggi. Pada hasil analisis kandungan unsur N pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR dan KT sebesar 0.24 %, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 0.26 %.

4.3. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Kandungan Hara Fe, Cu, Zn, dan Mn pada Tanah

Berdasarkan Tabel 3, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur Cu, Zn, dan Mn tanah pada tanah umur 3 bulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap unsur Cu pada tanah 3 bulan didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 1.4 ppm, sedangkan kandungan unsur Cu tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 1.8 ppm. Pada kandungan unsur Cu, hanya perlakuan BTSM yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.

Pada analisis kandungan unsur Zn 3 bulan didapatkan kandungan terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 7.1 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 7.9 ppm. Pada kandungan unsur

Zn, hanya perlakuan GR yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol. Pada analisis unsur Mn 3 bulan didapatkan kandungan terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 56.5 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 70.1 ppm.

Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur Fe tanah 3 bulan. Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan BTSM mempunyai nilai paling tinggi. Pada analisis unsur Fe pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 4.1 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 6.1 ppm.

Pada saat tanaman memasuki umur 6 bulan, pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berbpengaruh nyata pada unsur Fe, Cu, dan Mn tanah. Berdasarkan hasil analisis kandungan unsur Fe pada tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 4.2 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 9.1 ppm.

Pada hasil analisis kandungan unsur Cu pada tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 1.2 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 1.8 ppm. Pada hasil analisis kandungan unsur Mn pada tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 57.2 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 74.6 ppm.

Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur Zn tanah 6 bulan. Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan BTSMS mempunyai nilai paling tinggi. Pada hasil analisis kandungan unsur Zn pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 7.1 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 8.0 ppm.

Tabel 3. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Kandungan Hara Fe, Cu, Zn, dan Mn pada Tanah

Perlakuan Fe (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm) Mn (ppm)

3 bulan 6 bulan 3 bulan 6 bulan 3 bulan 6 bulan 3 bulan 6 bulan

KT 4.1 a* 5.8 ab 1.4 b 1.5 ab 7.8 ab 7.7 a 65.0 abc 66.2 ab BTSM 6.1 a 6.7 ab 1.8 a 1.8 a 7.9 a 7.6 a 70.1 a 64.3 ab BTR 4.3 a 4.2 b 1.6 ab 1.2 b 7.2 bc 7.2 a 63.3 abc 57.2 b GR 4.9 a 7.0 ab 1.6 ab 1.4 ab 7.1 c 7.1 a 56.5 c 66.0 ab BTSMS 4.2 a 9.1 a 1.6 ab 1.4 ab 7.3 abc 8.0 a 67.2 abc 74.6 a BTRS 4.7 a 5.5 ab 1.7 ab 1.3 b 7.4 abc 7.6 a 69.7 ab 69.6 ab GRS 5.6 a 5.3 b 1.7 ab 1.4 b 7.2 bc 7.2 a 56.9 bc 66.8 ab *Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf α = 0.05 %.

4.4. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair

GD terhadap Kandungan Hara Na, Ca, Mg, dan C–Organik pada

Tanah

Berdasarkan Tabel 4, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur Ca dan C–

organik tanah pada tanah umur 3 bulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap unsur Ca pada tanah 3 bulan didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 0.97 me/100g, sedangkan kandungan unsur Ca tertinggi terdapat pada perlakuan KT sebesar 1.16 me/100g. Pada kandungan unsur Ca, hanya perlakuan GR dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.

Pada analisis unsur C–organik 3 bulan didapatkan kandungan terendah terdapat pada perlakuan GRS sebesar 2.00 %, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 2.26 %. Pada kandungan unsur C–organik, hanya perlakuan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.

Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur Na dan Mg tanah 3 bulan. Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan BTSM mempunyai nilai paling tinggi pada kandungan unsur Na dan perlakuan GRS mempunyai nilai paling tinggi pada

kandungan unsur Mg. Pada analisis unsur Na pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT, BTSMS, dan BTRS sebesar 0.32 me/100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 0.35 me/100g. Pada analisis kandungan unsur Mg, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR dan BTSMS sebesar 0.16 me/100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan GRS dan BTRS sebesar 0.19 me/100g.

Tabel 4. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Kandungan Hara Na,Ca, Mg, dan C–organik pada Tanah

Perlakuan

Na (me/100g) Ca (me/100g) Mg (me/100g) C-organik (%)

3 bulan 6 bulan 3 bulan 6 bulan 3 bulan 6 bulan 3 bulan 6 bulan

KT 0.32 a 0.44 ab 1.16 a 1.13 a 0.17 a 0.17 ab 2.21 ab 2.38 ab BTSM 0.35 a* 0.47 a 1.10 ab 1.16 a 0.17 a 0.17 ab 2.26a 2.32 b BTR 0.33 a 0.38 c 1.10 ab 1.04 a 0.16 a 0.14 b 2.12 bc 2.43 ab GR 0.34 a 0.39 c 0.97 b 1.09 a 0.17 a 0.20 a 2.09 bc 2.44 ab BTSMS 0.32 a 0.40 bc 1.05 ab 1.04 a 0.16 a 0.16 b 2.16 ab 2.39 ab BTRS 0.32 a 0.42 bc 1.05 ab 1.24 a 0.19 a 0.20 a 2.08 bc 2.47 a GRS 0.33 a 0.39 c 0.98 b 1.16 a 0.19 a 0.20 a 2.00 c 2.38 ab

*Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf α = 0.05 %.

Pada saat tanaman memasuki umur 6 bulan, pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur Na, Mg, dan C–organik tanah. Berdasarkan hasil analisis kandungan unsur Na pada tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 0.38 me/100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 0.47 me/100g. Pada kandungan unsur Na, hanya perlakuan BTR, GR, dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.

Pada hasil analisis kandungan unsur Mg pada tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 0.14 me/100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS, GR, dan GRS sebesar 0.20 me/100g. Pada hasil analisis kandungan unsur C–organik pada tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 2.32 %, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 2.47 %.

Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur Ca tanah 6 bulan. Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan BTRS mempunyai nilai paling tinggi. Pada hasil analisis kandungan unsur Ca pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR dan BTSMS sebesar 1.04 me/100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 1.24 me/100g.

4.5. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap pH dan EC pada Tanah

Salah satu sifat fisiologik dari larutan tanah yang menyolok ialah reaksinya. Jazad mikro dan tanaman memberikan respon nyata terhadap lingkungan kimia tanah, reaksi tanah, dan faktor–faktor yang berkaitan dengan reaksi tersebut. Ada dua faktor yang menyebabkan pH tanah dapat berubah, yaitu: (1) yang menghasilkan tambahan hidrogen yang terjerap dan (2) yang menaikkan jumlah basa terjerap (Soepardi, 1983).

Menurut data yang ditunjukkan pada Tabel 5 terlihat bahwa perlakuan pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pH tanah, hal ini terlihat pada saat masa tanam umur tanaman 3 bulan ataupun 6 bulan. Berdasarkan hasil analisis dengan pH H2O pada saat tanaman berumur 3 bulan didapatkan hasil berkisar pH 4.2 – 4.5 dan pada saat tanaman memasuki umur 6 bulan didapatkan hasil berkisar pH 4.24 – 4.9. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa adanya peningkatan pH pada saat tanaman berumur 3 bulan hingga mencapai umur 6 bulan walaupun nilainya sangatlah rendah.

Berdasarkan data yang ditunjukkan Tabel 5 terlihat bahwa perlakuan pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD terhadap kadar salinitas tanah yang ditunjukan melalui nilai EC memberikan pengaruh nyata pada saat tanaman berumur 3 bulan dan 6 bulan. Pada analisis nilai EC tanah 3 bulan, didapatkan kandungan nilai EC terendah terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 77.833 µs/cm, sedangkan kandungan nilai EC tertinggi terdapat pada perlakuan

GR sebesar 195.853 µs/cm. Pada kandungan nilai EC perlakuan BTSM, BTR, BTRS, GR, dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.

Tabel 5. pH dan EC pada Tanah 3 BST dan 6 BST

Perlakuan pH EC (µs/cm) 3 BST 6 BST 3 BST 6 BST KT 4.20 - 4.50 4.24 - 4.94 107.700 c* 66.223 ab BTSM 4.34 - 4.45 4.28 - 4.52 128.967 b 64.260 ab BTR 4.37 - 4.45 4.40 - 4.60 83.600 d 57.197 b GR 4.21 - 4.23 4.29 - 4.54 195.853 a 66.034 ab BTSMS 4.33 - 4.39 4.45 - 4.54 106.400 c 74.546 a BTRS 4.44 - 4.46 4.33 - 4.59 77.833 d 69.591 ab GRS 4.26 - 4.27 4.29 - 4.56 192.533 a 66.840 ab

*Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf α = 0.05 %.

Pada analisis nilai EC tanah 6 bulan, didapatkan kandungan nilai EC terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 57.197 µs/cm, sedangkan kandungan nilai EC tertinggi terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 74.546 µs/cm.

4.6. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa tanaman yang terlihat baik pada masa pertumbuhannya terdapat pada perlakuan BTRS dan BTR. Ini dikarenakan perlakuan perlakuan BTRS dan BTR memiliki jumlah daun yang banyak, ukuran lebih besar, dan perakaran yang baik.

Gambar 1. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Pertumbuhan Tanaman Umur 3 Bulan

Gambar 2. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Pertumbuhan Tanaman Umur 6 Bulan

Berdasarkan Gambar 2 dapat di lihat bahwa, tanaman yang terlihat baik dalam pertumbuhannya adalah pada perlakuan GR, GRS, BTR, dan BTRS. Pada perlakuan GR, GRS, BTR, dan BTRS terlihat pertumbuhan daun dan akar terlihat lebih baik dari perlakuan yang lain. Pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit yang

baik menurut Lubis (1992) dapat diukur dari pengukuran tinggi, lilit atau diameter batang, banyak anak daun, dan pengukuran bobot basah atau kering pada organ tanaman.

4.7. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Tinggi Tanaman

Menurut Pahan (2006), pada umumnya tanaman kelapa sawit mengalami pertambahan tinggi pada batang bisa mencapai 35 – 75 cm per tahun. Pertambahan tinggi tersebut tentunya bergantung pada kondisi lingkungan tumbuh dan keragaman genetik pada tanaman kelapa sawit.

Berdasarkan Gambar 3, didapatkan grafik tinggi tanaman dari 1 BST hingga 6 BST. Hasil yang didapat adalah perlakuan GR memiliki pertumbuhan paling tinggi dari awal masa tanam hingga 6 BST, dan perlakuan yang lain menunjukan hasil pertambahan tinggi yang tidak konsisten antar perlakuan pada tiap bulannya. Kondisi pertambahan tinggi pada perlakuan GR memiliki pertumbuhan paling cepat di antara perlakuan lain, akan tetapi tidak diikuti oleh tingginya serapan kadar hara N, P, dan K pada akar dan daun.

4.8. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Panjang Akar Tanaman

Sistem perakaran tanaman kelapa sawit secara umum lebih banyak berada dekat dengan permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu perakaran tersebut dapat tumbuh dan menjelajah lebih dalam lagi. Kondisi perakaran tanaman kelapa sawit sangat berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan, pemeliharaan piringan, panen, pemberantasan gulma, dan hama (Lubis, 1992). Menurut Widiastuti et al. (2003a) bahwa panjang akar merupakan peubah yang menggambarkan lebih luasnya jangkauan tanaman dalam menyerap hara dalam tanah.

Berdasarkan data pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa perlakuan KT mempunyai akar yang paling panjang jika dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu 40.63 cm dan yang memiliki panjang akar terendah terdapat pada perlakuan BTSMS senilai 29.39 cm.

Gambar 4. Panjang Akar Panen 3 BST

Perlakuan KT memperlihatkan adanya keanehan dikarenakan perlakuan KT mempunyai panjang akar yang paling panjang di antara perlakuan lainnya, akan tetapi tidak diikuti dengan tingginya serapan hara N, P, dan K yang terdapat pada akar. Perlakuan KT memiliki hasil yang bertentangan dengan yang dikemukakan

oleh Sarief (1984) bahwa apabila tanaman mengalami kekurangan unsur P dapat menyebabkan berkurangnya pertumbuhan akar, dimana akar akan kelihatan menjadi lebih kecil. Namun, pernyataan Sarief (1984) tersebut berlaku pada data yang ditunjukkan pada Tabel 7.

Berdasarkan data pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa perlakuan GRS mempunyai akar yang paling panjang jika dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu 57.19 cm dan yang memiliki panjang akar terendah terdapat pada perlakuan BTR senilai 48.16 cm.

Perlakuan GRS dan GR mempunyai panjang akar paling panjang disebabkan oleh efek dari asam humat yang terkandung pada pupuk cair GD yang sesuai dengan pernyataan Brady dan Weil (2002) bahwa bahan humat akan memberikan pengaruh langsung pada pertumbuhan tanaman, diantaranya adalah mempercepat perkecambahan benih, merangsang pertumbuhan akar, mempercepat pertumbuhan tunas dan akar tanaman jika diberi dalam jumlah yang tepat.

Gambar 5. Panjang Akar Panen 6 BST

4.9. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap Bobot Kering Tanaman

Bobot kering pada suatu tanaman dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah serapan unsur hara pada tanaman.

Menurut Widiastuti et al. (2003b) tingginya bobot kering pada akar mencerminkan adanya aliran fotosintat ke bagian akar yang lebih besar pada tanaman. Suseno (1974) berpendapat bahwa apabila tanaman kekurangan unsur hara N, P, K, dan Mg dapat menyebabkan pertumbuhan akar menjadi lemah dan jumlah akar menjadi berkurang, dengan demikian akan mempengaruhi bobot kering tanaman.

Berdasarkan Tabel 6, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada nilai bobot kering bagian atas tanaman pada umur 3 bulan. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap bobot kering pada bagian atas tanaman 3 bulan didapatkan kandungan bobot kering terendah terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 0.996 g, sedangkan nilai bobot kering tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 1.734 g.

Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata pada nilai bobot kering tanaman bagian akar dan bobot kering total 3 bulan. Walaupun demikian, hasil pengukuran yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan BTRS mempunyai nilai paling tinggi pada nilai bobot kering bagian akar dan nilai bobot kering total. Tabel 6. Bobot Kering Bagian Atas dan Akar pada Tanaman 3 BST dan 6 BST

Perlakuan 3 BST 6 BST Bagian Atas (g) Akar (g) Total (g) Bagian Atas (g) Akar (g) Total (g) KT 1.221 ab* 0.386 a 1.607 a 10.516 a 3.391 a 13.907 a BTSM 0.996 b 0.349 a 1.344 a 12.456 a 3.534 a 15.990 a BTR 1.369 ab 0.430 a 1.798 a 13.024 a 3.889 a 16.913 a GR 1.151 ab 0.337 a 1.489 a 15.230 a 4.340 a 19.570 a BTSMS 1.069 ab 0.331 a 1.400 a 12.519 a 3.656 a 16.174 a BTRS 1.734 a 0.514 a 2.248 a 13.529 a 3.366 a 16.894 a GRS 1.261 ab 0.411 a 1.672 a 13.550 a 3.851 a 17.401 a

*Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji lanjut Duncan taraf α = 0.05 %.

Pada pengukuran nilai bobot kering bagian akar tanaman 3 bulan didapatkan nilai terendah terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 0.331 g, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 0.514 g. Pada pengukuran nilai

bobot kering bagian total tanaman 3 bulan didapatkan nilai terendah terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 1.344 g, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar BTRS 2.248 g.

Pada saat tanaman memasuki usia 6 bulan, didapatkan bahwa pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh nyata pada nilai bobot kering tanaman bagian atas, bagian akar, dan bobot kering total 6 bulan. Walaupun demikian, hasil pengukuran yang diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan GR mempunyai nilai paling tinggi pada nilai bobot kering bagian atas, akar dan nilai bobot kering total.

Pada pengukuran nilai bobot kering bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan nilai terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 10.516 g, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 15.230 g. Pada pengukuran nilai bobot kering bagian akar tanaman 6 bulan didapatkan nilai terendah terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 3.366 g, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 4.340 g. Pada pengukuran nilai bobot kering bagian total tanaman 6 bulan didapatkan nilai terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 13.907 g, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 19.570 g.

Nilai bobot kering yang terdapat pada tanaman 6 BST dapat dijelaskan oleh pernyataan Khaswarina (2001) bahwa semua perlakuan dari hasil percobaan tidak berbeda nyata, hal ini disebabkan karena unsur–unsur yang terkandung di dalam berbagai kombinasi pupuk yang digunakan dapat meningkatkan metabolisme tanaman, sehingga cenderung terjadi penumpukan bahan organik dalam tanaman dengan demikian dapat menambah berat kering tanaman. Data yang di dapat sesuai dengan pernyataan Widiastuti et al. (2003a) bahwa peningkatan pertumbuhan yang terjadi pada bagian atas dapat meningkat dikarenakan pertumbuhan akar juga baik.

4.10. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair