• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa sawit

2.9. Unsur Hara Mikro 1. Unsur Fe

Unsur besi (Fe) hanya dibutuhkan sedikit pada tanaman. Unsur Fe diserap oleh akar dalam bentuk Fe3+ dan direduksi menjadi Fe2+ sebelum penyerapan. Unsur Fe sangat dibutuhkan pada tanaman dalam proses pembentukan khlorofil, oksidasi reduksi dalam pernafasan, dan penyusun enzim dan protein (Hardjowigeno, 2003).

2.9.2. Unsur Cu

Unsur tembaga (Cu) diserap tanaman dalam bentuk ion (Cu2+) atau (Cu3+). Unsur ini mempunyai peran pada tanaman sebagai katalis pernafasan, penyusun enzim, pembentukan khlorofil, dan metabolisme karbohidrat dan protein (Hardjowigeno, 2003).

2.9.3. Unsur Zn

Pada tanaman, kebutuhan akan unsur seng (Zn) sangatlah kecil. Apabila terjadi kelebihan jumlah Zn pada tanaman akan menyebabkan tanaman mengalami keracunan. Unsur Zn di dalam tanaman tidak dapat dipindahkan dari jaringan tua menuju jaringan muda, sehingga gejala–gejala defisiensi akan terlihat lebih awal pada daun muda. Pada tanah masam unsur Zn dapat larut dan merusak

tanaman, selain itu unsur Zn biasanya terakumulasi di permukaan tanah (Jones, 1979).

Unsur Zn berperan penting sebagai katalisator dalam pembentukan protein, mengatur pembentukan zat pengatur pertumbuhan, dan pematangan biji (Hardjowigeno, 2003). Jumlah ketersediaan Zn dalam tanah adalah 1 – 20 ppm, sedangkan kebutuhan normal pada tanaman akan unsur Zn adalah 25 – 125 ppm.

2.9.4. Unsur Mn

Unsur mangan (Mn) diserap oleh tanaman dalam bentuk Mn2+. Unsur Mn diperlukan oleh tanaman untuk metabolisme nitrogen dan asam anorganik, fotosintesis (asimilasi CO2), perombakan karbohidrat, riboflavin, serta asam askorbat (Hardjowigeno, 2003).

2.10. pH Tanah

Reaksi tanah (pH) sangatlah penting untuk dipertimbangkan dalam tanah. Pengetahuan akan pH tanah menjadi begitu penting dikarenakan memberikan dampak terhadap perbaikan sifat fisik, sifat kimia, dan biologi tanah yang sudah tentu akan berakibat secara langsung terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut Hardjowigeno (2003), pH pada tanah menjadi begitu penting karena: (1) dapat menentukan mudah tidaknya unsur–unsur hara diserap tanaman, (2) menunjukan kemungkinan adanya unsur–unsur hara beracun, dan (3) mempengaruhi perkembangan mikroorganisme dalam tanah.

Kondisi pH tanah yang optimal dalam tanah adalah pada kondisi netral, yaitu pH (6,5 – 7,5). Kondisi pH tanah netral dikatakan optimal pada tanah karena mengakibatkan jumlah unsur hara yang tersedia dalam tanah menjadi lebih banyak tersedia. Pada kondisi pH kurang dari 6,0, menyebabkan ketersediaan akan unsur hara seperti P, K, S, Ca, Mg, dan Mo menjadi berkurang. Sedangkan pada kondisi pH tanah yang lebih tinggi dari 8,0 dapat menyebabkan ketersedian akan unsur–unsur seperti N, Fe, Mn, B, Cu, dan Zn menjadi relatif lebih sedikit (Sarief, 1984).

2.11. Salinitas Tanah

Menurut Tan (1992) tanah disebut bergaram jika ECs lebih dari 4 mmho.cm-1. Secara alternatif, jika tanah dinyatakan dalam konteks konsentrasi garam, tanah bergaram adalah tanah yang mengandung garam lebih dari 0.1 % (1000 ppm). Penentuan salinitas tanah (ECe) berdasarkan hasil pengukuran konduktifitas hidraulik (ECa) adalah sebagai berikut: bila ECa dari pengukuran EM38 tercatat < 2 dS/m, maka salinitas tanah (ECe) dikategorikan rendah, 2 – 4 dS/m (sedang), 4 – 8 dS/m (tinggi), dan > 8 dS/m (sangat tinggi) (Marwanto et al., 2009).

2.12. Pemberian Kapur

Menurut Soepardi (1983) Kemasaman tanah dan ketersediaan unsur hara merupakan akibat dari kekurangan kation basa yang dapat dipertukarkan. Kation–

kation yang paling bagus untuk mengurangi kemasaman tanah ialah kalsium dan magnesium. Pemberian kapur dapat memberikan pengaruh pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Pengaruh pemberian kapur pada sifat kimia menurut Soepardi (1983) di antaranya, yaitu :

1. Kepekatan ion hidrogen akan menurun 2. Kepekatan ion hidroksil akan naik 3. Daya larut Fe, Al, dan Mn akan menurun 4. Ketersediaan P dan Mo akan diperbaiki 5. Ca dan Mg dapat dipertukarkan akan naik

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2009 sampai September 2010. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yakni: pengambilan contoh tanah, penanaman, pengamatan, dan analisis sifat kimia terhadap tanah dan jaringan tanaman. Pengambilan contoh tanah dilakukan di komplek percobaan BPN Jasinga. Penanaman dan pengamatan dilakukan di Laboratorium Pengembangan dan Sumberdaya Fisik Lahan (Wing 17 Level 5), Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis sifat kimia dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan pembenah tanah Baode untuk akar dan daun, pupuk GD, kecambah tanaman kelapa sawit, pupuk kandang, pupuk NPK, kaptan (kapur tanah), polibag 40cm x 40cm dan tanah yang digunakan untuk media tanam adalah ultisol Jasinga.

Alat yang digunakan selama penelitian adalah alat–alat pertanian, alat–alat ukur, alat–alat laboratorium untuk melakukan analisis tanah dan jaringan tanaman, dan komputer untuk melakukan analisis data.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Kegiatan Penelitian di Lapang

3.3.1.1. Persiapan Tanah

Pengambilan contoh tanah yang digunakan adalah Ultisol Jasinga yang dilakukan dengan metode komposit dan sudah melalui proses pengayakan dengan ukuran ayakan 1 cm. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini melewati proses kering udara dengan cara diletakkan di bawah sinar matahari langsung selama satu minggu. Jumlah bahan Ultisol Jasinga yang digunakan untuk media tanam adalah 11,52 kg/polibag (BKU) yang dimasukkan pada polibag ukuran 40cm x 40cm. Penelitian ini menggunakan paranet yang bertujuan untuk melindungi tanaman muda dari sinar matahari langsung.

3.3.1.2. Penanaman

Kecambah kelapa sawit yang digunakan dalam penelitian ini ditanam dengan kedalaman 5 cm dari atas permukaan tanah. Penggunaan kedalaman 5 cm ini bertujuan untuk mempermudah calon akar dan calon tunas dalam memperoleh oksigen. Dalam proses penaman tersebut perlu diperhatikan letak posisi calon akar dan calon tunas jangan sampai terbalik.

3.3.1.3. Pemupukan

Pupuk yang digunakan adalah kompos, urea, SP 18, KCl, dolomit, bahan pembenah tanah Baode akar, bahan pembenah tanah Baode daun, dan pupuk cair GD. Pemberian kompos sebanyak 208,46 g/polibag kompos dan 42,4 g/polibag dolomit diberikan pada saat persiapan media tanam. Pupuk dasar yang diberikan berupa urea 0.81 g/polibag, SP 18 1.8 g/polibag, dan KCl teknis 0.4 g/polibag. Dosis Pupuk pada perlakuan:

KT = pupuk dasar.

BTSM = pupuk dasar + Baode akar 2 g/l dan disiramkan 100 ml perpolybag. BTR = pupuk dasar + Baode akar 2 g/l untuk merendam bibit selama 15

menit.

BTSMS = pupuk dasar + Baode akar 2 g/l dan disiramkan 100 ml + disemprotkan Baode daun 1 gr/ l.

BTRS = pupuk dasar + Baode akar 2 g/l untuk merendam bibit 15 menit + disemprotkan Baode daun 1 gr / l.

GR = pupuk dasar + Pupuk Cair GD 2 cc / l untuk merendam bibit 15 menit.

GRS = pupuk dasar + Pupuk Cair GD 2 cc / l untuk merendam bibit 15 menit + Pupuk Cair GD 1 cc / l disemprotkan.

Pupuk dasar diberikan pada saat masa inkubasi sebelum tanam dan diberikan lagi dengan dosis yang sama pada saat tanaman memasuki 4 BST. Pemberian pupuk cair GD pada daun dan bahan pembenah tanah Baode daun diberikan pada saat tanaman sudah memiliki daun, serta diberikan sebanyak dua minggu sekali.

3.3.1.4. Pemeliharaan dan Pengamatan

Pemeliharaan tanaman selama penelitian meliputi pemberantasan terhadap hama dan gulma yang menyerang tanaman. Pengamatan yang dilakukan selama penelitian meliputi tinggi tanaman, panjang akar, dan bobot kering tanaman. Pengamatan dan pengukuran tinggi tanaman dilakukan satu bulan sekali. Kegiatan pengukuran panjang akar dan bobot kering dilakukan pada saat panen 3 BST dan 6 BST.

3.3.1.5. Panen

Kegiatan panen pada penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan saat tanaman sudah memasuki 3 BST. Tahap panen berikutnya dilakukan setelah tanaman memasuki masa tanam 6 BST.

3.3.1.6. Analisis Tanah dan Jaringan Tanaman

Kegiatan analisis tanah yang dilakukan selama penelitian berlangsung meliputi analisis pH, EC, C–organik, N, P, K, Na, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, Mn, dan KTK. Sedangkan analisis yang dilakukan pada jaringan tanaman meliputi unsur N, P, dan K.

3.3.4. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap. Penelitian ini terdiri dari 7 perlakuan individual masing–masing diulang sebanyak 21 kali sehingga terdapat 147 satuan percobaan.

Model pendekatan statistika yang digunakan:

Yij = µ + αi + εij

Ket : Yij = pengaruh perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan

αi = pengaruh perlakuan ke-i

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN