• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM untuk Negara-negara dalam Kawasan ASEAN+

8. A.H Ahmad dan

4.7. Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM

4.7.2. Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM untuk Negara-negara dalam Kawasan ASEAN+

Pembahasan selanjutnya adalah menganalisis Faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara kawasan ASEAN+6. Hasil estimasi dengan pendekatan GMM dapat dilihat pada tabel 4.3.. Menurut hasil estimasi pada tabel 4.3. metode estimasi dalam model data panel dinamis sudah menunjukkan hasil estimasi yang cukup baik, dilihat dari tingkat signifikansi dan tanda koefisiennya. Uji spesifikasi dalam pemodelan ini menggunakanArrellano- Bond (AB-GMM/FD-GMM) noconstant dengan variabel predetermined jumlah uang beredar (money supply). Selain itu, konsistensi estimasi ditunjukkan oleh hasil ujiArellano-Bondnilai statistikm1(-10.76) yang siginifikan pada taraf nyata 1 persen dan nilai statistik m2 (.84835) yang tidak signifikan pada taraf nyata 1

65

persen, 5 persen, dan 10 persen, maka berdasarkan uji Arrellano-Bond, model ini dikatakan sudah konsisten.

Tabel 4.3. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Memengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Riil Negara-negara dalam Kawasan ASEAN+6

Parameter Estimated Coefficients SE P-value LagRER .383031 .0452667 0.000 lnREALGDP -.0037795 .0014226 0.008 lnGE .0027703 .0009309 0.003 lnMS .0000814 .0008908 0.927 lnOPENNESS .0019593 .0009429 0.038

Pooled Least Square

LagRER .5098281 .0417403 0.000 Fixed Effect LagRER .3872451 .044806 0.000 AB Test z Prob > z Arrelano-Bondm1 -10.76 0.0000 Arrelano-Bondm2 .84835 0.3962

Sargan Test chi2 (396) Prob > chi2

403.5481 0.3858

Kriteria lainnya yakni uji Sargan menunjukkan nilai statistik sebesar 403.5481 dan probabilitas sebesar 0.3858 yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identyfing restrictions sehingga instrumen valid. Namun, pada penelitian ini, nilai estimasi dari koefisien lag RER AB-GMM (.383031) tidak berada di antara koefisien lagRER estimasifixed effect(.3872451), dan koefisien lag RER estimasi pooled least square (.5098281) sehingga dapat dikatakan estimasi model dinamis ini bersifat bias (biased) atau instrumen yang digunakan masih lemah. Penduga AB-GMM dapat mengandung bias pada sampel terbatas (finite-sample), hal ini dapat terjadi dari deret ketika tingkatlag (lagged level)dari deret berkorelasi secara lemah dengan first-difference berikutnya sehingga instrumen yang tersedia untuk persamaanfirst-difference lemah. Apabila variabel endogen bersifat random-walk, estimasi GMM tidak dapat menyampaikan informasi mengenai perubahan masa yang akan datang, sehingga lag yang tidak berubah (untransformed) merupakan instrumen yang lemah untuk variabel yang

berubah (transformed) (Blundell dan Bond, 1998). Estimasi yang telah diperlihatkan pada tabel 4.3. telah memberikan informasi apa yang menjadi sumber fluktuasi negara-negara di kawasan ASEAN+6. Variabel-variabel yang signifikan kemudian dibahas secara satu-persatu untuk mengetahui hubungannya. 4.7.2.1. VariabelLag Dependent(Nilai Tukar Riil)

Pada kasus negara-negara dalam kawasan ASEAN+6, variabel lag dependent signifikan pada taraf nyata 1 persen dengan probabilitas 0.000 dan memiliki koefisien sebesar 0.3830. Nilai tersebut mengintepretasikan bahwa jika peningkatan fluktuasi nilai tukar riil pada periode sebelumnya sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 3.83 persen, begitu juga sebaliknya. Hubungan positif ini menunjukkan bahwa fluktuasi nilai tukar riil periode sebelumnya dapat memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara- negara pada kawasan ASEAN+6.

Pada negara-negara di ASEAN+6 sebagian besar mempunyai rezim nilai tukar yang sama yakni rezim mengambang bebas dan rezim mengambang terkendali dimana sulit untuk mencapai kestabilan nilai tukar riil dalam jangka panjang. Oleh karena itu diperlukan informasi mengenai fluktuasi nilai tukar pada periode sebelumnya agar dapat mengambil langkah-langkah atau kebijakan yang tepat untuk mengarahkan pada kestabilan nilai tukar riil kawasan ASEAN+6. Hasil variabel yang signifikan ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Caporaleet al.(2009) dan Zakaria (2011).

4.7.2.2. Variabel GDP Riil

Variabel GDP riil merupakan salah satu variabel yang siginifikan dalam hasil estimasi dengan menggunakan pendekatan GMM. Dapat dilihat pada tabel 4.3. bahwa variabel GDP memiliki probabilitas sebesar 0.008 yang signifikan pada taraf nyata 5 persen dan koefisiennya sebesar -0.0037. Hal ini dapat diintepretasikan apabila terjadi peningkatan GDP riil sebesar 10 persen, cateris paribus, akan menurunkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 0.37 persen, begitu juga sebaliknya. Seperti pada pembahasan sebelumnya pertumbuhan GDP riil

67

menunjukkan adanya pertumbuhan produktivitas dalam negeri yang meningkat. Hal ini akan meningkatkan agregat penawaran barang-barang dalam negeri dan tingkat pengembalian modal dan pada akhirnya akan mengarahkan pada apresiasi nilai tukar pada jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, produktivitas dalam negeri akan kembali pada tingkat alamiah yang sudah melampaui titik potensialnya sehingga akan terjadi depresiasi nilai tukar riil tersebut. Negara- negara ASEAN+6 sebagian besar merupakan negara sedang berkembang sehingga dengan meningkatnya produktivitas negara tersebut bisa menarik investor dari luar untuk menanamkan modalnya di dalam negeri. Potensi untuk meningkatkan produktivitas negara-negara ASEAN+6 dapat dilihat melalui banyaknya sumber daya terutama sumber daya manusia yang belum termanfaatkan secara optimal sehingga belum mencapai full employment. Wilayah Asia-Pasifik merupakan salah satu integrasi yang dinamis di dunia. Perdagangan intra-wilayah telah menunjukkan mekanisme yang efektif terutama untuk meningkatkan pertumbuhan GDP riil, sehingga keuntungan yang diperoleh dalam integrasi regional dapat dicapai (Shigematsu, 2006). Melalui pertumbuhan GDP riil negara-negara ASEAN+6 akan meningkat sejalan dengan stabilnya nilai tukar riil masing- masing anggota sehingga meningkatkan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN+6.

4.7.2.3. Variabel Pengeluaran Pemerintah(Government Expenditure)

Variabel pengeluaran pemerintah juga merupakan variabel yang signifikan dalam estimasi faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara- negara pada kawasan ASEAN+6. Pada tabel 4.3. dapat dilihat variabel pengeluaran pemerintah memiliki probabilitas 0.003 yang signifikan pada taraf 5 persen dan koefisien pengeluaran pemerintah sebesar 0.0027 yang mengintepretasikan apabila terjadi peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil 0.27 persen, begitu juga sebaliknya. Kebijakan fiskal negara-negara dalam kawasan ASEAN+6 dapat ditempuh melalui peningkatan pengeluaran pemerintah. Dengan adanya peningkatan pengeluaran pemerintah maka akan meningkatkan permintaan

barang-barang domestik, sehingga akan meningkatkan harga relatif domestik terhadap luar negeri dan dalam jangka pendek akan menurunkan outputnya. Peningkatan ini juga mengindikasikan bahwa pemerintah negara-negara ASEAN+6 mengeluarkan biaya untuk barang-barang tradables yang pada akhirnya bisa meningkatkan daya saing dan jangka panjangnya apresiasi nilai tukar riil. Negara-negara anggota pada kawasan ASEAN+6 sebagian besar memiliki banyak populasi sehingga tenaga kerja juga yang dihasilkan juga meningkat. Hal ini bisa dijadikan pendukung untuk menghasilkan lebih banyak komoditi yang bisa diperdagangkan dalam perdagangan internasional. Pemerintah dapat membantu dengan ekspansi kebijakan fiskal sehingga dapat meningkatkan outputdan dapat dilihat hal ini akan membantu meningkatkan devisa negara.

4.7.2.4. Variabel Keterbukaan Ekonomi(Openness of Economy)

Pada tabel 4.3., variabel keterbukaan ekonomi merupakan variabel yang signifikan. Ini dapat dilihat dengan probabilitas 0.038 signifikan pada taraf nyata 5 persen. Variabel keterbukaan ekonomi memiliki koefisien sebesar .0019, ini mencerminkan bahwa apabila terjadi peningkatan keterbukaan ekonomi sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 0.19 persen, begitu juga sebaliknya. Keterbukaan ekonomi mempunyai arti yang penting bagi negara-negara dalam kawasan ASEAN+6 yang terdiri dari negara dengan perekonomian kecil. Negara dengan perekonomian kecil memberi arti bahwa negara-negara ASEAN+6 merupakan negara bagian kecil dari pasar dunia, dan dengan sendirinya tidak memiliki dampak terhadap tingkat bunga dunia sehingga tingkat bunga riil sama dengan tingkat bunga riil dunia (Mankiw, 2006). Keterbukaan ekonomi juga berkaitan dengan neraca perdagangan suatu negara. Peningkatan keterbukaan ini bisa dalam bentuk penurunan tarif, meningkatkan kuota, atau dalam bentuk pengurangan pajak ekspor. Dengan keterbukaan ini akan mengakibatkan depresiasi nilai tukar riil domestik melalui neraca perdagangan. Dengan harga barang domestik yang lebih murah maka daya saing suatu negara akan meningkatkan dalam perdagangan internasional. Negara- negara anggota ASEAN+6 sebagai satu bentuk integrasi dapat meningkatkan

69

perdagangan internasional dengan kesepakatan Free Trade Area yang telah disetujui. Pangsa pasar yang semakin bertambah merupakan salah satu keunggulan yang mendukung (Kawai, 2007). Keterbukaan ekonomi inilah diharapkan menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara anggota ASEAN+6.

4.7.3. Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM untuk Negara-negara