• Tidak ada hasil yang ditemukan

8. A.H Ahmad dan

4.7. Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM

4.7.3. Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM untuk Negara-negara dalam Kawasan Non ASEAN+

4.7.3.2. Variabel Jumlah Uang Beredar (Money Supply)

Pada negara-negara di kawasan non ASEAN+6, variabel jumlah uang beredar (money supply) merupakan variabel yang signifikan sebagai faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara pada kawasan non

ASEAN+6. Hal ini dilihat dari variabelnya yang mempunyai probabilitas 0.069 yang signifikan pada taraf nyata 10 persen dan koefisiennya sebesar 0.0017. Hal ini mengintepretasikan bahwa apabila terjadi peningkatan jumlah uang beredar sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 0.17 persen, begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini variabelmoney supply merupakan variabel predetermined sehingga adanya ekpektasi rasional. Adanya guncangan pada nilai tukar yang tidak dapat diprediksi pasti tidak akan berkorelasi dengan jumlah uang beredar masa lalu dan mungkin juga tidak akan berdampak pada masa sekarang, tetapi pasti mempunyai pengaruh pada jumlah uang beredar pada masa yang akan datang yakni pemerintah pada negara-negara kawasan non ASEAN+6 dipaksa akan menyesuaikan jumlah uang beredar masa depan untuk mengakomodasi fluktuasi nilai tukar riil. Hal ini sesuai dengan asumsi kekakuan harga dalam jangka pendek yang membawa implikasi nilai tukar berubah (overshoot) dari titik keseimbangan yang baru, artinya nilai tukar mengalami perubahan baik apresiasi atau depresiasi yang lebih besar daripada tingkat perubahan yang diperlukan untuk mencapai kondisi jangka panjang. Variabel jumlah uang beredar (money supply) merupakan gambaran gangguan nominal (nominal shocks). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dornbursch (1976), Clarida dan Ghali (1994) dimana nominal shocks dapat menjelaskan pergerakan nilai tukar di Jerman. Kebijakan jumlah uang beredar(money supply) adalah salah satu kebijakan yang lebih efektif pada negara-negara pada negara Uni Eropa karena telah menggunakan single currency yaitu Euro, dan pada kawasan Amerika Utara karena pasar finansial yang lebih berkembang. Didukung dengan negara Amerika Serikat yang merupakan negara dengan perekonomian terbuka besar dimana Amerika dapat memengaruhi tingkat bunga dunia sehingga money supplymerupakan kebijakan yang paling berpengaruh.

Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka faktor faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara baik di seluruh kawasan, kawasan ASEAN+6 maupun kawasan non ASEAN+6 dapat dirangkumkan dalam bentuk tabel seperti berikut :

73

Tabel 4.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Riil No. Faktor-faktor yang

Memengaruhi Inflasi Seluruh Kawasan Kawasan ASEAN+6 Kawasan Non ASEAN+6 1. Supply Shocks - - 2. Demand Shocks + + 3. Nominal Shocks + 4. Openness of Economy + +

Ket: “+” = memiliki pengaruh positif terhadap fluktuasi nilai tukar; “-“ = memiliki pengaruh negatif terhadap fluktuasi nilai tukar.

5.1. Kesimpulan

Hasil empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan karateristik negara-negara yang berada pada kawasan ASEAN+6 dan kawasan non ASEAN+6 (Uni Eropa dan Amerika Utara) dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar riil. Perbedaan ini dapat dilihat dari analisisi deskriptif hubungan fluktuasi nilai tukar riil terhadap GDP riil sebagai supply shocks, pengeluaran pemerintah sebagai demand shocks, jumlah uang beredar sebagai nominal shocks, dan keterbukaan ekonomi negara-negara yang berada di kawasan ASEAN+6 maupun negara-negara yang berada dalam kawasan non ASEAN+6. Hal ini menunjukkan perilaku baik negara-negara ASEAN+6 yang sebagian besar terdiri dari negara berkembang (developing country) mempunyai perbedaan dengan negara-negara maju (developed country) pada kawasan non ASEAN+6. Kesepakatan untuk menuju integrasi ekonomi ASEAN+6 memiliki kendala dalam mencapai terwujudnya CEPEA.

Berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam mengestimasi Faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil baik negara-negara pada seluruh kawasan, kawasan ASEAN+6 dan non ASEAN+6 maka kesimpulan yang diperoleh, antara lain yaitu:

1. Pada negara-negara yang berada pada seluruh kawasan, sumber yang paling berpengaruh adalahreal shocks, dimana yang paling dominan adalahdemand shocks dibandingkan supply shocks. Dengan keterbukaan ekonomi sebuah negara hal ini dapat berdampak signifikan untuk membantu mengatasi fluktuasi nilai tukar riil. Implikasi penting yang dapat diperoleh pada pendekatan ini adalah sudut pandang ekonomi suatu negara lebih penting dibandingkan sudut pandang moneter dalam menjaga kestabilan nilai tukar riil di masing-masing negara.

2. Pada negara-negara yang berada pada kawasan ASEAN+6, sumber yang paling dominan adalah real shocks dimana supply shocks lebih dominan

75

dibandingkan demand shocks dalam memengaruhi nilai tukar riil. Keterbukaan ekonomi merupakan hal yang signifikan dalam membantu mengatasi nilai tukar riil negara-negara kawasan ASEAN+6. Ini menunjukkan negara-negara ASEAN+6 yang sebagian besar merupakan negara yang berpotensi untuk terus berkembang bisa meningkatkan daya saing terhadap perdagangan internasional melalui produktivitas negara yang masih bisa ditingkatkan dan pengeluaran pemerintah digunakan untuk mendorong kebijakan fiskal dalam rangka stabilisasi nilai tukar riil. Implikasinya adalah harus ada kebijakan pemerintah negara ASEAN+6 untuk meningkatkan kinerja untuk pertumbuhan GDP riil yang lebih tinggi dan kebijakan ekpansi fiskal yang lebih lebih efektif. Dengan begitu, nilai tukar riil dapat lebih stabil dan perekonomian bisa lebih maju.

3. Pada negara-negara yang berada pada kawasan non ASEAN+6, nominal shocks merupakan faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi yang paling dominan dalam menjelaskan fluktuasi nilai tukar riil. Hasil ini memperlihatkan bahwa kebijakan moneter yang efektif dalam nilai tukar dalam mengakomodasi fluktuasi nilai tukar riil di negara-negara uni Eropa dan Amerika Utara.

5.2. Saran

Kebijakan mengenai fluktuasi nilai tukar riil telah banyak menjadi pusat perhatian para ekonom diantara banyaknya kebijakan ekonomi dalam pembangunan ekonomi. Selain itu, pergerakan nilai tukar berdampak kepada para pelaku ekonomi termasuk pedagang, investor, manajer portofolio, perusahaan multinasional (MNC), dan pembuat kebijakan. Pergerakan nilai tukar dan hubungan yang penting antara teori yang berlaku dan kenyataannya menjadi salah satu tantangan bagi ekonom dan juga pembuat kebijakan untuk saling bekerjasama.

Dengan mengetahui sumber yang paling dominan dalam menjelaskan fluktuasi nilai tukar riil negara, dapat diketahui kebijakan apa yang paling efektif untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar riil. Adanya integrasi ekonomi yang

terbentuk dalam suatu kawasan juga dapat menjaga stabilisasi nilai tukar dengan catatan setiap negara memiliki perekonomian yang stabil. Integrasi ekonomi juga dapat menjadi kekuatan atau daya saing dalam perdagangan internasional sehingga tidak perekonomian dunia tidak hanya dikuasai oleh satu kawasan yang terdiri dari negara-negara maju saja. Kebijakan yang ditempuh suatu negara baik kebijakan fiskal atau kebijakan moneter memiliki keefektifan yang sesuai untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar riil.

Untuk penelitian yang selanjutnya disarankan untuk menambah variabel- variabel ekonomi lain yang terkait sehingga hasil yang akan diperoleh lebih informatif dan beragam seperti penyesuaian perdagangan (terms of trade)sebagai proksi external shocks yang bisa berpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar riil. Selain itu penambahan beberapa negara juga dapat mendukung penelitian selanjutnya.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FLUKTUASI