• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM untuk Negara-negara dalam Seluruh Kawasan

8. A.H Ahmad dan

4.7. Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM

4.7.1. Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM untuk Negara-negara dalam Seluruh Kawasan

Setelah menganalisis sumber fluktuasi secara deskriptif maka selanjutnya yaitu pembahasan mengenai metode kuantitatif dalam penelitian yang digunakan. Nilai tukar yang stabil dan kompetitif merupakan hal yang krusial bagi negara- negara maju maupun negara-negara yang sedang berkembang karena berdampak langsung pada aliran modal, Foreign Direct Invesment (FDI), dan perdagangan internasional yang memiliki keuntungan komparatif (Khan et al., 2009). Untuk

mencapai kestabilan nilai tukar inilah maka diperlukan penelitian mengenai sumber-sumber fluktuasi nilai tukar. Pada tabel 4.2. memperlihatkan hasil estimasi koefiesien faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara di seluruh kawasan dengan menggunakan pendekatan GMM (Generalized Method of Moments). Uji spesifikasi kemudian dilakukan untuk mendapatkan model terbaik sebagai estimator variabel-variabel yang digunakan. Uji tersebut diantaranya adalah uji Arrellano-Bond, ujiSargan, dan uji tidak bias. Namun uji tidak bias dapat ditoleransi karena dengan menggunakan ujiArrellano- Bond dan uji Sargan sudah dapat membuktikan model yang digunakan sudah baik. Penggunaan model yang terbaik yaitu Arrellano-Bond (AB-GMM/FD- GMM) noconstant dengan variabel predetermined jumlah uang beredar (money supply). Jumlah instrumen yang digunakan dalam model ini meningkat sejalan dengan bertambahnya dimensi waktu (T) yang digunakan sehingga metode AB- GMM memanfaatkan terlalu banyak pembatasan (over identyfing restrictions) sehingga menghasilkan kualitas instrumen yang kurang memadai, sehingga diperlukan adanya variabel predetermined (Benito, 2011). Selanjutnya pada uji Arrellano-Bond, nilai statistik m1 (-13.091) yang siginifikan pada taraf nyata 1 persen dan nilai statistik m2 (1.0283) yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen, sehingga dapat dikatakan penduga konsisten. Selain itu, validitas instrumen model dinamis yang digunakan untuk menganalis faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil dilihat dari uji Sargan dengan nilai statistik sebesar 632.1655 dan nilai probabilitas sebesar 0.1009 yang sudah siginifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, maupun 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identyfing restrictions mendeteksi tidak ada masalah dengan validitas instrumen. Namun, pada penelitian ini, nilai estimasi dari koefisien lag RER AB-GMM (.4112799) tidak berada di antara koefisien lag RER estimasi fixed effect (.4200058), dan koefisien lag RER estimasi pooled least square (.6011898) sehingga dapat dikatakan estimasi model dinamis ini bersifat bias (biased) atau instrumen yang digunakan masih lemah. Verbeek (2004) menyatakan bahwa penduga yang bias dapat terjadi jika instrumen yang memerlihatkan hubungan atau korelasi yang lemah dengan regresi endogen.

61

Tabel 4.2. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Memengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Riil Negara-negara dalam Seluruh Kawasan

Parameter Estimated Coefficients SE P-value LagRER .4112799 .0359316 0.000 lnREALGDP -.0042602 .0006784 0.001 lnGE .0026244 .0012586 0.001 lnMS .0006525 .0008253 0.336 lnOPENNESS .0021265 .0008318 0.011

Pooled Least Square

LagRER .6011898 .0310892 0.000 Fixed Effect LagRER .4200058 .0356588 0.000 AB Test z Prob > z Arrelano-Bondm1 -13.091 0.0000 Arrelano-Bondm2 1.0283 0.3038

Sargan Test chi2 (588) Prob > chi2

632.1655 0.1009

Dari tabel 4.2. juga terlihat ada empat variabel yang signifikan terhadap faktor- faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara di seluruh kawasan yaitu variabel lag dependent (nilai tukar riil), real demand shocks yang diproksi melalui pengeluaran pemerintah, real supply shocks yang diproksi dari GDP riil, dan keterbukaan ekonomi yang masing-masing signifikan pada taraf nyata 5 persen. Hal ini dilihat dari indikator p-valueyang tergambar dalam tabel 4.2., namun dapat dilihat bahwa variabelmoney supplytidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, atau 10 persen. Pembahasan selanjutnya fokus mengenai variabel-variabel yang signifikan atau berpengaruh nyata dalam memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil sesuai yang disajikan pada Tabel 4.2..

4.7.1.1. VariabelLag Dependent(Nilai Tukar Riil)

Berdasarkan hasil estimasi yang diperlihatkan Tabel 4.2., koefisien darilag dependent sebesar 0.4112. Nilai koefisien tersebut menjelaskan bahwa jika terjadi peningkatan fluktuasi nilai tukar riil pada periode sebelumnya sebesar 10 persen, cateris paribus, akan direspon oleh peningkatan nilai tukar riil sebesar 4.112 persen, begitu juga sebaliknya. Hubungan yang positif ini menandakan

pergerakan nilai tukar riil untuk periode selanjutnya berkorelasi dengan fluktuasi nilai tukar riil pada periode sebelumnya. Pergerakan nilai tukar riil pada periode sebelumnya direspon oleh pergerakan nilai tukar riil periode setelahnya. Fluktuasi nilai tukar riil merupakan keadaan fundamental yang penting bagi suatu perekonomian negara sebab nilai tukar riil merupakan indikator utama yang berkaitan dengan transaksi antar pelaku ekonomi suatu negara. Dengan mengetahui nilai fluktuasi pada periode sebelumnya, setiap negara dapat mengambil yang tepat agar bisa mengarahkan pada kestabilan nilai tukar yang dalam jangka panjang dapat mencapai daya saing dalam perdagangan internasional melaluiPurchasing Power Parity (PPP). Semua negara yang berada dalam seluruh kawasan ingin mencapai tujuan jangka panjangnya, sehingga kebijakan mengenai nilai tukar riil di setiap negara akan disesuaikan dengan kondisi perekonomian masing-masing negara.

4.7.1.2. Variabel GDP Riil

Variabel GDP Riil mempunyai pengaruh siginifikan terhadap nilai tukar riil pada seluruh kawasan menurut hasil estimasi pada tabel 4.2.. Koefisien variabel GDP riil sebesar -0.0042 dan memiliki hubungan yang negatif. Intepretasi dari koefisien ini adalah apabila terjadi peningkatan GDP riil sebesar 10 persen, cateris paribus, akan menurunkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 0.42 persen, begitu juga sebaliknya. Peningkatan GDP riil pada suatu negara menandakan adanya peningkatan produktivitas negara tersebut dan menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dengan asumsi harga konstan. Hal ini tentunya meningkatkan agregat penawaran barang-barang dalam negeri dan tingkat pengembalian modal. Pada zaman globalisasi, modal dapat bergerak bebas sehingga akan mengarahkan pada aliran modal masuk dan salah satu dampak yang dirasakan adalah apresiasi nilai tukar. Sebelum mencapai tingkat alamiahnya kembali dalam jangka panjang, tentunya selama peningkatan GDP riil atau supply shocks ini membuat tingkat harga relatif meningkat dan terjadi apresiasi nilai tukar dalam jangka pendek sebab harus meningkatkan upah para pekerja karena meningkatnya output tersebut. Harga barang-barang dalam negeri meningkat

63

dibandingkan harga-harga barang luar negeri. Dalam jangka panjang, dimana output sudah mencapai melebihi titik potensialnya akan mendorong harga domestik menurun dan terjadi depresiasi nilai tukar domestik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan pleh Clarida dan Gali (1994). Negara-negara yang menjadi objek dalam penelitian ini sebagian besar merupakan negara industri seperti Malaysia, Singapura, Korea, Jepang, Jerman, Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat. Hasil yang siginifikan ini mendukung hasil penelitian Lastrapes (1992), Chowdury (2004) dimana fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh guncangan penawaran atausupply shocks.

4.7.1.3. Variabel Pengeluaran Pemerintah(Government Expenditure)

Pada tabel 4.2., didapatkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap fluktuasi nilai tukar riil dan memiliki koefisien sebesar 0.0026. Hal ini dapat diintepretasikan bahwa apabila terjadi peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar sebesar 0.26 persen, begitu juga sebaliknya. Peningkatan pengeluaran pemerintah merupakan salah satu kebijakan fiskal negara atau demand shocks dimana akan mengurangi jumlah tabungan nasional sehingga nilai tukar yang akan diinvestasikan ke luar negeri akan berkurang dan membuat permintaan barang-barang dalam negeri akan meningkat dan ouput juga meningkat dalam jangka pendek, tingkat harga barang domestik akan meningkat dan terjadi apresiasi nilai tukar riil. Namun dalam jangka panjang adanya tekanan untuk meningkatkan upah para pekerja yang pada periode sebelumnya harus menghasilkan output yang banyak akan mengurangi tingkat output sehingga mencapa tingkat produksi alamiah atau cederung ke jangka panjangnya tetapi tingkat harga akan tetap tinggi dan mengarahkan apresiasi nilai tukar riil yang permanen.

4.7.1.4. Variabel Keterbukaan Ekonomi(Openness of Economy)

Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 4.2., variabel keterbukaan ekonomi siginifikan terhadap fluktuasi nilai tukar yakni pada taraf 5 persen. Koefisien variabel keterbukaan ekonomi sebesar 0.0021 yang mencerminkan setiap peningkatan keterbukaan ekonomi sebesar 10 persen maka akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 0.21 persen, begitu juga sebaliknya. Keterbukaan ekonomi suatu negara menandakan respon negara tersebut terhadap perdagangan internasional yang mengekspor barang ke luar negeri, mengimpor barang dan jasa dari luar negeri, serta meminjam dan memberi pinjaman pada pasar modal dunia. Peningkatan keterbukaan ekonomi ini bisa melalui penurunan tarif atau peningkatan kuota yang akan mengarahkan peningkatan harga relatif dari barang- barang tradable atau barang yang bisa diekspor sehingga akan mengakibatkan depresiasi nilai tukar negara tersebut melalui menurunnya neraca perdagangan (Connolly dan Devereux (1995) dalam Zakaria (2011)). Keterbukaan ekonomi ini juga menunjukkan adanya penambahan dalam jumlah ekspor maupun impor suatu negara sehingga pasti berpengaruh pada perpindahan modal sehingga aliran modal bersifat bergerak atau mobile. Oleh karena itu, negara harus meningkatkan daya saing untuk memperluas pangsa pasar dalam perdagangan internasional.

4.7.2. Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM untuk Negara-negara