• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Uji Hipotesis Enam: Diskriminasi berpengaruh positif terhadap etika penggelapan pajak

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6. Hasil Uji Hipotesis Enam: Diskriminasi berpengaruh positif terhadap etika penggelapan pajak

Hasil uji hipotesis 6 yang ditunjukkan pada tabel 4.18, variabel diskriminasi perpajakan mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0.024 dan nilai t sebesar 2.570. Hal ini berarti Ha6 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa diskriminasi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap etika penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel diskriminasi perpajakan < 0.05 (0.024 < 0.05) dan nilai t hitung > 1.68 (2.570 > 1.68). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh McGee (2008), Nickerson, et al (2009), Suminarsasi (2011), dan Suryani (2013) menyatakan bahwa diskriminasi perpajakan memiliki korelasi positif signifikan terhadap penggelapan pajak.

Diskriminasi dianggap sebagai suatu tindakan yang sangat diharamkan dalam melakukan pemungutan pajak. Setiap Wajib Pajak berhak memperoleh perlakuan yang sama ketika mereka akan melakukan penyetoran pajaknya. Baik daalam bentuk pelayanan, sosialisasi mengenai pemahaman tentang perpajakan, dan bagaimana cara pihak pemungut pajak mampu memberikan keramah-tamahan ketika melayani Wajib Pajak. Dengan demikian, apabila diskriminasi

perpajakan dilakukan oleh pihak Ditjen pajak, maka sangat wajar dan etis penggelapan pajak dilakukan, makanya antara diskriminasi perpajakan dengan etika penggelapan pajak memiliki hubungan positif.

Salah satu bentuk diskriminasi menurut Wajib Pajak adalah adanya kebijakan fiskal luar negeri terkait dengan pembuatan NPWP. Pembebasan fiskal luar negeri seharusnya diberikan kepada semua Wajib Pajak baik yang mempunyai NPWP maupun yang tidak mempunyai NPWP. Hal ini merupakan persamaan hak kepada warga negara yang sudah sama-sama menunaikan kewajibannya (dalam Suryani, 2013). Selain itu, kebijakan diperbolehkannya zakat sebagai faktor pengurang kewajiban perpajakan dan adanya zona bebas pajak hanya menguntungkan sebagian kelompok masyarakat saja hal ini juga menjadi sebuah polemik yang dianggap sebagai suatu diskriminasi. 7. Hasil Uji Hipotesis Tujuh: Kemungkinan terdeteksinya

kecurangan berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.

Hasil uji hipotesis 7 yang ditunjukkan pada tabel 4.18, variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0.000 dan nilai t sebesar -4.260. Hal ini berarti Ha7 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap etika penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan < 0.05 (0.000 < 0.05) dan nilai

t hitung > 1.68 (-4.260 > 1.68). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan Hastuti (2009), Dyah (2011), dan Suryani (2013) dimana kemungkinan terdeteksinya kecurangan melalui pemeriksaan pajak memiliki korelasi negatif yang signifikan terhadap penggelapan pajak.

Variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan ini merupakan bagian dari hal yang sangat mengancam dan membahayakan bagi setiap Wajib Pajak yang memiliki iktikad buruk untuk melakukan penggelapan pajak. Kemungkinan terdeteksinya kecurangan memiliki hubungan yang selaras dengan intensitas pemeriksaan pajak, karena dengan melakukan pemeriksaan pajak maka kemungkinan untuk terdeteksinya kecurangan tersebut akan semakin besar untuk diketahui.

Ketika masyarakat/WP menganggap bahwa persentase kemungkinan terdeteksinya kecurangan melalui pemeriksaan pajak yang dilakukan tinggi maka dia akan cenderung untuk patuh terhadap aturan perpajakan dalam hal ini berarti tidak melakukan penghindaran Pajak (Tax Evasion) secara ilegal, karena masyarakat/WP takut jika ketika diperiksa dan ternyata melakukan kecurangan maka dana yang akan dikeluarkan untuk membayar denda akan jauh lebih besar daripada pajak yang sebenarnya harus mereka bayar (Suryani, 2013).

Pendekatan negatif yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengupayakan peningkatan pajak atau penurunan tax evasion ternyata cukup bermanfaat. Pendekatan negatif berupa ancaman pemeriksaan

yang dibarengi dengan denda yang besar cukup efektif untuk menekan

tax evasion Wajib Pajak. Hal ini terlihat dari ketakutan terhadap

kemungkinan kecurangan yang dilakukan ketahuan, ternyata secara psikologis berpengaruh signifikan terhadap tindakan yang mereka lakukan. Tekanan psikologis ini menyebabkan mereka cenderung tidak melakukan tax evasion.

b. Hasil Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan) Uji F dikenal dengan uji serentak atau uji Model/Uji Anova, yaitu uji untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya atau untuk melihat apakah model regresi yang kita pakai baik/signifikan atau tidak baik/non signifikan. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel, jika F hitung > F tabel maka (Ha diterima dan H0 ditolak) maka model signifikan atau dapat dilihat pada kolom signifikansi pada Anova (dalam hal ini menggunakan SPSS 22). Sebaliknya jika F hitung < F tabel maka (Ha ditolak dan H0 diterima) maka model tidak signifikan. Atau jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Maka hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.19

Hasil Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan) ANOVAa Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 318.391 7 45.484 5.977 .000b Residual 319.629 42 7.610 Total 638.020 49

a. Dependent Variable: Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak b. Predictors: (Constant), Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Intensitas Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, Sistem Perpajakan, Pengetahuan Wajib Pajak, Keadilan pajak, Diskriminasi Perpajakan

Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2014.

Berdasarkan tabel 4.19 di atas menunjukkan bahwa dari hasil uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 5.977 > F tabel sebesar 2.24 dengan tingkat signifikansi 0.000 < 0.05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha8 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa intensitas pemeriksaan pajak (tax audit), keadilan (tax fairness), kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance), pengetahuan Wajib Pajak

(tax knowledge), sistem perpajakan (tax system), diskriminasi

(discrimination), dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan (fiscal

fraud) berpengaruh secara simultan terhadap persepsi Wajib Pajak

mengenai etika penggelapan pajak (Tax Evasion).

Dengan demikian penggelapan pajak harus sesegera mungkin ditanggulangi oleh pemerintah dan lebih mempertegas undang-undang perpajakan. Intensitas pemeriksaan pajak yang harus lebih ditingkatkan, kemudian keadilan dalam bidang perpajakan yang lebih

baik dan merata, kepatuhan wajib pajak yang senantiasa diberikan motivasi untuk meningkatkan kesadaran mereka untuk melakukan pembayaran pajak. Kemudian, pelaksanaan berbagai sosialisasi mengenai perpajakan yang harus lebih sering dilakukan untuk meningkatkan pemahaman Wajib Pajak, menata sistem perpajakan kembali agar dapat diterapkan dengan lebih baik, menghindarkan kemungkinan terjadinya diskriminasi terhadap Wajib Pajak dengan cara senantiasa meningkatkan keadilan di bidang perpajakan, serta menerapkan tindakan kontrol yang lebih baik dan lebih tegas untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kecurangan. Jika hal tersebut tidak ditindaklanjuti, maka akan menyebabkan akibat yang buruk seperti yang diungkapkan oleh Siahaan (2010 : 110) penggelapan pajak membawa akibat pada perekonomian secara makro. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suminarsasi (2011), Ayu (2009), Mcgee (2008) dan Suryani (2013).

c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2, X3, …Xn) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1, X2, X3, …Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka

hubungan yang terjadi semakin lemah. Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut: 0.00 – 0.199 = Sangat Rendah 0.20 – 0.399 = Rendah 0.40 – 0.599 = Sedang 0.60 – 0.799 = Kuat 0.80 – 1.000 = Sangat Kuat

Hasil analisis ini dapat dilihat dari tabel 4.20 berikut ini : Tabel 4.20

Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .706a .499 .416 2.75866 a. Predictors: (Constant), Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Intensitas Pemeriksaan Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, Sistem Perpajakan, Pengetahuan Wajib Pajak, Keadilan pajak, Diskriminasi Perpajakan

Hasil pengujian menunjukkan besarnya koefisien korelasi berganda (R), koefisien determinasi (R Square), dan koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square). Berdasarkan tabel model summary b di atas diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0.706. Ini menunjukkan bahwa variabel intensitas pemeriksaan pajak (tax audit), keadilan (tax fairness), kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance), pengetahuan Wajib Pajak

(tax knowledge), sistem perpajakan (tax system), diskriminasi

fraud) terhadap etika penggelapan pajak mempunyai hubungan yang kuat.

Hasil pada tabel 4.20 di atas juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.499 dan nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square) adalah 0.416. Hal ini berarti 50% variasi dari penggelapan pajak bisa dijelaskan oleh variasi variabel independen (intensitas pemeriksaan pajak (tax audit), keadilan (tax fairness), kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance), pengetahuan Wajib Pajak (tax knowledge), sistem perpajakan (tax system), diskriminasi (discrimination), dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan (fiscal fraud) ). Sedangkan sisanya (100% - 50% = 50%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini seperti variabel kecenderungan personal (Ayu, 2009), teknologi informasi (Ayu, 2009), dan budaya yang berbeda (Mcgee, 2009) diharapkan variabel lain ini juga akan mempengaruhi penggelapan pajak dan penelitian ini akan lebih dikembangkan lagi untuk mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi penggelapan pajak. Jadi terdapat banyak variabel-variabel yang dapat mempengaruhi penggelapan pajak, dengan mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi penggelapan pajak, maka akan mencegah terjadinya penggelapan pajak yang sering terjadi di indonesia, sehingga kasus perpajakan lainnya dapat terungkap (Suryani, 2013).

C. Interpretasi

Berdasarkan hasil uji statistik regresi linear berganda yang telah dilakukan, mengenai variasi variabel independen (intensitas pemeriksaan pajak (tax audit), keadilan (tax fairness), kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance), pengetahuan Wajib Pajak (tax knowledge), sistem perpajakan (tax system), diskriminasi (discrimination), dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan (fiscal fraud) terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika