• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

Tanel 4.23 Hasil Uji Homogenitas Varian

Uji Statistik F df 1 df 2 p Keputusan

Lenene Statistic 1,172 1 57 0,284 Homogen

Hasil analisis menunjukkan harga F(1,57) = 1,266dan harga p= 0,284

(p > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya terdapat homogenitas varian pada kedua data yang dibandingkan.

2. Uji Statistik

Berdasarkan data di atas pada kemampuan meregulasi diri pada aspek kelompok kontrol dan eksperimen berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik menggunakan Independent samples t-test. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut ini adalah hasil uji perbedaan kemampuan awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (lihat

Lampiran4.8.2)

Tabel 4.24 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan

Uji Statistik p Keputusan

Indenpendent Sample t-test 0,270 Tidak signifikan

Hasil uji statistik parametrik Independent samples t-test menunjukkan bahwa selisih skor pretest ke posttest I kelompok eksperimen (M = 0,2557, SE = 0,10294) lebih tinggi dari kelompok kontrol (M = 0,0797, SE = 0,11916)

perbedaan tersebut tidak signifikan dengan harga t(57) = -1,115 dan p = 0,27 (p

> 0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS tidak berpengaruh terhadap kemampuan meregulasi diri.

93 Berikut adalah grafik yang menunjukkan rerata skor pretest dan posttest I

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Gambar 4.6 Rerata Skor Pretest dan Posttest I

Gambar tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan peningkatan skor pada kedua kelompok. Skor pretest kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Setelah kedua kelompok melaksanakan pembelajaran diketahui kelompok eksperimen memperoleh skor posttest I

sebesar 2,2 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 1,944. Mean pada kelompok eksperimen sebesar 0,2557 lebih tinggi daripada kelompok kontrol sebesar 0,0797. Berikut diagram hasil perbedaan selisih skor pretest dan posttest I antara kedua kelompok.

1,8166 1,8959 1,944 2,2 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Pretest Posttest 1 Me a n Kontrol Eksperimen

94

Gambar 4.7 Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I

4.1.4.3Uji Besar Pengaruh Perlakuan

Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap kemampuan meregulasi diri. Data yang diperoleh berdistribusi normal sehingga menggunakan rumus koefisien Pearson (Field, 2009: 57). Independent samples t-test digunakan untuk mengambil t dalam melakukan uji besar pengaruh perlakuan. Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan menghitung koefisien determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi

Pearson yang didapat) selanjutnya dikalikan 100% (Field, 2009: 179). Berikut hasil perhitungan effect size terhadap kemampuan meregulasi diri(lihat Lampiran 4.9)

Tabel 4.25 Hasil Uji Effect Size

Variabel t t2 df r (effect size) R2 % Kategori efek

Meregulasi diri -1,115 1,243 57 0,146 0,021 2,1 Kecil

Hasil analisis menunjukkan besar r = 0,146 setara dengan 2,1%. Besar r = 0,146 masuk kategori kecil (Field, 2009: 57), sedangkan besar r = 0,146 masuk kategori efek tidak penting secara praktis, bisa jadi masalah penting secara teoretis untuk membuat prediksi (Fraenkel, Wallen & Hyun, 2012: 14).

4.1.4.4Analisis Lebih Lanjut

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I

Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I bertujuan untuk mengetahui persentase peningkatan skor rerata dari pretest ke posttest I

pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dengan mengambil data rerata skor pretest ke posttest I pada uji normalitas distribusi data yang menggunakan

Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I

dihitung dengan cara membagi selisih rerata pretest-posttest I dengan rerata

pretest, selanjutnya dikalikan 100%. Untuk mengetahui apakah peningkatan tersebut signifikan, digunakan Paired samples t-test karena hasil analisis

95 distribusi data normal. Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam uji ini adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah p < 0,05 (Field, 2009: 558). Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I

dapat dilihat pada tabel 4.26 berikut (lihat Lampiran4.10.2)

Tabel 4.26 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest dan Posttest 1

No Kelompok Rerata Peningkatan

% Signifikansi Pretest Posttest I

1 Kontrol 1,8166 1,8959 4,38 Tidak Signifikan 2 Eksperimen 1,9440 2,2000 13,15 Signifikan

Hasil analisis menunjukkan rerata pretest dan posttest I pada kelompok kontrol sebesar 1,8166 dan 1,8959. Persentase peningkatannya sebesar 4,38%. Rerata pretest dan posttest I paada kelompok eksperimen sebesar 1,944 dan 2,2 dengan persentase peningkatannya sebesar 13,15%. Persentase peningkatan pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS meningkatkan kemampuan meregulasi diri lebih besar daripada model pembelajaran ceramah. Berikut diagram peningkatan pretest ke posttest I pada kedua kelompok terhadap kemampuan meregulasi diri.

Gambar 4.8 Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I

Dilihat dari gambar di atas bahwa dapat diketahui adanya peningkatan pada kedua kelompok, baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.

1,8166 1,944 1,8959 2,2 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Kontrol Eksperimen Me a n Pretest Posttest 1

96 Peningkatan yang terjadi pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari peningkatan kelompok kontrol pada skor pretest ke posttest I.

Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok dapat dilihat pada gambar 4.3. Berikut grafik yang frekuensi selisih skor pretest ke

posttest I (gain score) pada kedua kelompok terhadap kemampuan meregulasi diri.

Gambar 4.9 Grafik Gain Score

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan, gain terendah pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sama yaitu sebesar -1,00. Gain tertinggi kelompok kontrol adalah 1,00 sedangkan kelompok eksperimen adalah 1,33. Dengan demikian, frekuensi tertinggi pada kelompok kontrol di 1,33 sebanyak 0 dan kelompok eksperimen sebanyak 2 siswa. Nilai tengah dari gain score

diperoleh dari 50% skor selisih tertinggi dikurangkan skor selisih terendah. Gain score diperoleh 0 dengan frekuensi siswa yang memperoleh nilai ≥ 0 pada kelompok kontrol 20 siswa dan pada kelompok eksperimen 22 siswa. Besar

persentase gain score ≥ 0 pada kelompok kontrol 68,9%, sedangkan pada kelompok

eksperimen adalah 70%. Hal tersebut menunjukkan bahwa 73% siswa kelompok eksperimen diuntungkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, sedangkan 68,9% siswa kelompok kontrol diuntungkan dengan penerapan model pembelajaran ceramah dengan kata lain tidak ada yang diuntungkan pada

1 5 3 6 8 3 3 0 2 1 5 7 4 3 6 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 -1 -0,67 -0,33 0 0,33 0,67 1 1,33 Fre ku e n si Kontrol Eksperimen

97

kelompok kontrol. Maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki persentase lebih besar daripada penerapan model pembelajaran ceramah.

2. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest dan Posttest 1

Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebelum melakukan uji besar efek peningkatan rerata pretest dan posttest I maka dilakukan terlebih dahulu uji asumsi. Uji asumsi yang digunakan adalah uji asumsi normalitas distribusi data. Uji asumsi normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak yang nantinya akan digunakan untuk menentukan jenis analisis statistik tahap selanjutnya (Field, 2009: 144). Data diuji menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov test. Data yang digunakan yaitu pretest dan posttest I dari kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05, maka distribusi data tidak normal (Field, 2009: 345). Jika data berdistribusi normal maka analisis statistik menggunakan Paired samples t-test untuk kelompok sama (Field, 2009: 326). Jika data berdistribusi tidak normal maka analisis statistik menggunakan Wilcoxon Signed-ranks test untuk kelompok yang sama (Field, 2009: 345). Berikut ini uji normalitas data pretest dan postest I kelompok kontrol maupun kelompokeksperimen dari kemampuan meregulasi diri (lihat Lampiran 4.4.2)

Tabel 4.27 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data

Kelompok Aspek Kolmogorov-Smirnov

p Kesimpulan

Kontrol Pretest 0,133 Normal Kontrol Posttest I 0,078 Normal Eksperimen Pretest 0,054 Normal Eksperimen Posttest I 0,106 Normla

Hasil pada tabel 4.27 menunjukan bahwa aspek dengan harga p > 0,05 pada selisih pretest dan posttest I kelompok kontrol dan pretest dan posttest I

kelompok eksperimen. Dengan demikian, Hnull diterima artinya data berdistribusi normal. Data menunjukkan distribusi normal sehingga dapat

98 dilakukan uji statistik dengan menggunakan Independent samples t-test untuk kelompok yang berbeda atau Paired samples t-test untuk kelompok sama.

Uji statistik pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen meggunakan Paired Samples t-test karena kedua kelompok memiliki data berdistribusi normal (Field, 2009: 325). Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05, maka ada perbedaan skor yang signifikan dan pretest ke posttest I (Field, 2009: 53 & Santoso, 2015: 396). Berikut hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan meregulasi diri (lihat Lampiran 4.11.2)

Tabel 4.28 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest dan Posttest 1

Kelompok t t2 df r (effect size) R2 % Kategori efek

Kontrol 0,772 0,595 28 0,144 0,0207 2,07 Kecil Eksperimen 2,148 4,613 29 0,37 0,136 13,6 Kecil

Tabel 4.28 menunjukkan bahwa peningkatan rerata pretest ke posttest I

kelompok eksperimen, pada saat posttest I (M = 2,2) lebih besar daripada pretest (M = 1,944) dengan harga t = 2,148, r = 0,37 atau setara dengan efek kecil. Peningkatan rerata pretest ke posttest I kelompok kontrol, pada saat posttest I (M = 1,8859) lebih besar dari pretest (M = 1,8166) dengan harga t= 0,772, r = 0,144 atau setara dengan efek kecil. Persentase peningkatan rerata pretest ke

posttest I kemampuan meregulasi diri pada kelompok kontrol 2,07% dengan kategori efek kecil dan pada kelompok eksperimen sebesar 13,6% dengan kategori efek kecil.

3. Uji Korelasi Antara Rerata dari Pretest ke Posttest I

Uji korelasi ini dilakukan untuk mengontrol validitas internal penelitian yaitu regresi statistik. Regresi statistik terjadi jika koefisiennya negatif dan signifikan. Siswa yang mendapat skor pretest tinggi akan mendapatkan skor

posttest yang lebih rendah, sedangkan siswa yang mendapat skor prestest rendah akan mendapat skor posttest lehih tinggi (Cohen, Manion, & Marisson, 2007: 155). Data yang digunakan adalah skor rerata pretest dan skor rerata posttest I

pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis data menggunakan rumus Pearson Correlation karena data yang digunakan berdistribusi normal

99 (Field, 2009: 176). Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05, maka ada korelasi yang signifikan antara rerata pretest dan posttest I (Priyatno, 2012: 45 & Santoso, 2015: 331-336). Berikut ini hasil uji korelasi rerata pretest

dan posttest I terhadap kemampuan meregulasi diri (lihat Lampiran4.12.2)

Tabel 4.29 Hasil Uji Korelasi Anara Rerata dari Pretest ke Posttest I

Kelompok r p Keputusan

Kontrol 0,242 0,205 Korelasi postif dan tidak signifikan Eksperimen 0,035 0,854 Korelasi positif dan tidak signifikan

Tabel 4.29 menunjukkan hasil uji korelasi antara pretest dan posttest I

pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil uji korelasi menunjukkan harga p pada kelompok kontrol 0,205 (p < 0,05) dan r berharga positif, maka Hnull ditolak. Hal ini berarti ada korelasi yang positif dan tidak signifikan antara rerata pretest dan posttest I pada kemampuan meregulasi diri kelompok kontrol. Hasil pada kelompok kontrol menunjukkan nilai positif artinya jika rerata skor siswa pada pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa pada posttest I tinggi, begitu juga sebaliknya jila rerata skor siswa pada pretest

rendah maka hasil rerata skor siswa pada posttest I rendah.

Pada kelompok eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,854 (p > 0,05)

dan harga r bernilai positif, artinya korelasi positif dan tidak signifikan antara rerata skor pretest dan posttest I siswa pada kemampuan meregulasi diri di kelompok eksperimen. Hasil pada kelompok eksperimen menunjukkan nilai positif artinya rerata skor siswa pada pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa pada posttest I tinggi, begitu juga sebaliknya jika rerata skor siswa pada pretest

rendah maka hasil rerata skor siswa pada posttest I rendah. Dengan demikian, ancaman validitas internal yaitu regresi statistik dapat dikendalikan dengan baik dalam penelitian ini di kedua kelompoknya.

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan

Uji retensi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan masih memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Uji retensi pengaruh perlakuan dengan memberikan posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah beberapa minggu

100 pelaksanaan posttest I. Sebelum dilakukan uji perbedaan kemampuan awal, dilakukan uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi yang digunakan adalah uji normalitas distribusi data.

Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak yang nantinya akan digunakan untuk menentukan jenis analisis statistik tahap selanjutnya (Field, 2009: 144). Data diuji menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov test. Data yang digunakan yaitu skor pretest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05, maka distribusi data tidak normal (Field, 2009: 345). Jika data berdistribusi normal maka analisis statistik menggunakan Paired samples t-test untuk kelompok yang sama (Field, 2009: 326). Jika data berdistribusi tidak normal maka analisis statistik menggunakan

Wilcoxon Signed-ranks test untuk kelompok yang sama (Field, 2009: 345). Berikut ini uji normalitas data pretest, postest I, posttest II kontrol dan pretest, posttest I, posttest II eksperimen dari kemampuan meregulasi diri (lihat

Lampiran 4.4.2)

Tabel 4.30 Hasil Uji Norrmalitas Distribusi Data

Kelompok Aspek Kolmogorov-Smirnov p Kesimpulan

Kontrol Pretest 0,133 Normal Kontrol Posttest I 0,078 Normal Kontrol Posttest II 0,110 Normal Eksperimen Pretest 0,054 Normal Eksperimen Posttest I 0,106 Normal Eksperimen Posttest II 0,003 Tidak Normal

Hasil analisis menunjukkan aspek dengan harga p > 0,05 pada pretest,

posttest I dan posttest II kelompok kontrol sedangkan harga p > 0,05 pada

pretest dan posttest I kelompok eksperimen. Dengan demikian, Hnull diterima artinya data berdistribusi normal. Data menunjukkan distribusi normal sehingga dapat dilakukan uji statistik dengan menggunakan Independent samples t-test

untuk kelompok yang berbeda atau Paired samples t-test untuk kelompok sama. Sedangkan, hasil analisis menunjukkan aspek dengan p < 0,05 pada posttest II

kelompok eksperimen. Dengan demikian, Hnull ditolak artinya data berdistribusi tidak normal. Data menunjukkan distribusi tidak normal sehingga digunakan uji

101 statistik dengan menggunakan Wilcoxon Signed ranks test untuk kelompok yang sama.

Statistik parametrik Paired samples t-test digunakan dalam uji retensi pengaruh perlakuan kelompok kontrol karena berdistribusi normal, sedangkan statistik non parametrik yang digunakan dalam uji retensi pengaruh perlakuan adalah Wilcoxon signed-rank test karena data yang diujikan adalah data berdistribusi tidak normal. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah p < 0,05 (Field, 2009: 552). Hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebagai berikut (lihat Lampiran4.13.1)

Tabel 4.31 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan No Kelompok Rerata Peningkatan

(%) p Keputusan Posttest I Posttest II

1 Kontrol 1,8959 1,6090 -15,12 0,020 Signifikan 2 Eksperimen 2,2000 2,1783 -0,9 0,922 Tidak SIginifikan

Tabel 4.31 menunjukkan hasil uji retensi pengaruh perlakuan skor

posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan meregulasi diri. Pada kelompok kontrol menunjukkan harga p sebesar 0,020 (p < 0,05) dan rerata posttest I > rerata posttest II, maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga dikatakan terdapat penurunan yang signifikan terhadap skor posttest I ke posttest II. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I

dan posttest II kelompok kontrol terhadap kemampuan meregulasi diri. Pada kelompok eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,922 (p > 0,05) dan rerata skor posttest I > rerata skor posttest II, maka Hnull diterima dan Hi ditolak sehingga terdapat penurunan yang tidak signifikan antara skor posttest I ke

posttest II. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan skor yang tidak signifikan dari skor posttest I dan posttest II kelompok eksperimen terhadap kemampuan meregulasi diri.

Persentase penurunan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok eksperimen. Hal ini ditunjukkan dengan persentase peningkatan kontrol sebesar -15,12%, sedangkan pada kelompok

102 eksperimen -0,9%. Kedua kelompok mempunyai persentase yang negatif artinya kedua kelompok yaitu kelompok konrol dan kelompok eksperimen mengalami penurunan dari posttest I ke posttest II. Peningkatan skor pretest, posttest I, dan

posttest II terhadap kemampuan meregulasi diri pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 4.10 Perbandingan Pretest, Posttest I dan Posttest II

Gambar perbandingan pretest, posttest I, dan posttest II menunjukkan bahwa rerata pretest kelompok kontrol adalah 1,8166 sedangkan kelompok eksperimen adalah 1,944. Rerata posttest I pada kelompok kontrol adalah 1,8959 sedangkan kelompok eksperimen adalah 2,2. Rerata posttest II kelompok kontrol adalah 1,609 sedangkan kelompok eksperimen adalah 2,1783. Rerata skor

pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan eksperimen mengalami peningkatan, sedangkan rerata skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan eksperimen mengalami penurunan.

Untuk memastikan apakah capaian skor rerata posttest II sama atau berbeda degan pretest maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor pretest

dan posttst II dengan menggunakan Paired samples t-test pada kelompok kontrol karena data berdistribusi normal. Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam uji ini adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah p < 0,05 (Field, 2009: 558). Sedangkan untuk kelompok eksperimen dilakukan analisis perbedaan skor pretest dan posttst II dengan menggunakan Wilcoxon

1,8166 1,8959 1,609 1,944 2,2 2,1783 0 0,5 1 1,5 2 2,5

Pretest Posttest I Posttest II

Me

a

n

103

signed-rank test karena data yang diuji adalah data berdistribusi tidak normal. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah p < 0,05 (Field, 2009: 552). Berikut adalah hasil uji signifikansi skor pretest dan posttest II yang dapat dilihat pada kemampuan meregulasi diri (lihat Lampiran4.13.2)

Tabel 4.32 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II

No Kelompok Rerata Peningkatan

(%) p Keputusan Pretest Posttest II

1 Kontrol 1,8166 1,609 -11,4 0,031 Signifikan 2 Eksperimen 1,9440 2,1783 12,05 0,069 Tidak Signifikan

Berdasarkan tabel 4.32 diketahui bahwa hasil uji signifikansi skor pretest

ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan meregulasi diri menunjukkan harga p sebesar 0,031 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi

diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II. Pada kelompok eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,069 (p > 0,05), maka Hnull dierima Hi ditolak sehingga ada perbedaan yang tidak signifikan antara skor pretest dan posttest II. Hal ini berarti pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih efektif untuk meningkatan kemampuan meregulasi diri daripada kelompok kontrol dengan model pembelajaran ceramah.

4.2 Pembahasan

Dalam menarik kesimpulan diperlukan ketelitian dan kewaspadaan. Bisa jadi terdapat variabel di luar treatment yang turut mempengaruhi perubahan variabel dependen yang mengancam validitas internal penelitian. Maka sebelum menarik kesimpulan, peneliti memaparkan ancaman validitas internal penelitian disertai solusi yang digunakan. Selanjutnya, dilakukan analisis antara hasil penelitian terhadap teori.

4.2.1 Analisis Terhadap Ancaman Validitas Internal

Sesudah data dianalisis dengan menggunakan teknik pengujian statistik dan diperoleh kesimpulan-kesimpulannya, sebelum menarik kesimpulan penelitian secara final perlu diperiksa terlebih dahulu apakah sungguh terdapat hubungan

104 kausalitas antara variabel independen dan variabel dependen sebagaimana ditunjukkan oleh data yang diperoleh dari instrumen penelitian, atau ada faktor-faktor di luar variabel independen yang turut mempengaruhi variabel dependen.

Pada perilaku eksperimen, sejumlah variabel luar dihasilkan oleh rancangan atau prosedur eksperimental. Variabel ini akan mempengaruhi hasil eksperimen (Best & Kahn, 2006: 172). Peneliti tidak dimungkinkan mengacak subjek penelitian, maka menggunakan quasi-experimental design. Ketika menggunakan

quasi-experimental design, harus berhati-hati terhadap pengaruh variabel luar yang dapat mengacaukan hasilnya (Johnson & Christensen, 2012: 339). Terdapat variabel-variabel lain di luar treatment yang ikut berpengaruh terhadap hasil penelitian sehingga memunculkan keraguan terhadap hubungan sebab-akibat yang ditarik pada kesimpulan penelitian. Variabel lain di luar treatment dapat menjadi ancaman terhadap validitas penelitian.

Adapun sebelas ancaman terhadap validitas internal dalam penelitian antara lain sejarah, difusi treatment, perilaku kompensatoris, maturasi, regrresi statistik, mortalitas, pengujian (testing), instrumentasi, lokasi, karakteristik subjek dan implementasi. Peneliti dalam penelitian ini sudah mempersiapkan dan melakukan pengendalian sebelas ancaman terhadap validitas tersebut. Sebagian besar dari ancaman dapat dikendalikan dengan baik dalam penelitian, walaupun tetap ada ancaman yang belum bisa di kendalikan dengan baik.

Penelitian dilakukan kepada siswa kelas V di salah satu Sekolah Dasar negeri di Yogyakarta dengan melibatkan dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol yaitu kelas V B dan kelompok eksperimen yaitu kelas V A. Sejarah merupakan salah satu ancaman terhadap validitas pada penelitian ini, biasanya terjadi karena pelaksanaan dalam kurun waktu yang cukup lama. Penelitian ini dilakukan dalam waktu yang cukup singkat, selama dua minggu sehingga ancaman terhadap validitas internal terkait dengan sejarah dapat terkendalikan dengan baik. Ancaman lain yang masih berhubungan dengan pembagian kelompok yaitu mengenai difusi treatment. Pengendalian dalam penelitian dilakukan dengan betul-betul memisahkan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ketika diberikan threatment sehingga dapat dikendalikan dengan baik.

105 Perilaku kompensatoris berupa kelompok kontrol mengetahui threatment

yang diberikan kepada kelompok eksperimen adalah ahl yang istimewa. Penelitian ini tidak dapat meengendalikannya dengan baik, karena hanya kelompok eksperimen yang mendapatkan model treatment dengan model pembeljaran kooperatif tipe TPS dan kelompok kontrol tidak. Maturasi pada penelitian dapat dikendalikan dengan baik, karena pelaksanaan pretest dan posttest I setiap kelompok baik kelompok kontrol maupun eksperimen pada waktu yang hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa ancaman terhadap validitas internal berupa maturasi dapat terkendali dengan baik.

Ancaman terhadap validitas internal berupa regresi statistik dapat diketahui setelah dilakukan uji korelasi. Hasil uji korelasi pada penelitian menunjukkan bahwa pada kemampuan mengeksplanasi, korelasi rerata pretest dan posttest I

kelompok kontrol adalah positif dan signifikan, lalu pada kelompok eksperimen adalah positif dan tidak signifikan. Pada kemampuan meregulasi diri, korelasi rerata

pretest dan posttest I kelompok kontrol adalah positif dan tidak signifikan, demikian juga pada kelompok eksperimen adalah positif dan tidak signifikan. Kondisi ideal jika korelasinya positif. Ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik dapat dikendalikan dengan baik.

Mortalitas merupakan perbedaan jumlah partisipan atau peserta pada saat mengukuti pretest maupun posttest. Ancaman terhadap validitas berupa mortalitas pada penelitian ini terkendali dengan baik karena seluruh siswa hadir ketika pelaksanaan pretest maupun posttest. Hal itu menunjukkan tidak adanya perbedaan jumlah partisipan dalam pelaksanaan penelitian. Pengujian yang dilakukan kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan perlakuan yang sama pada setiap tes. Artinya dilakukan pretest dan posttest pada kedua kelompok. Ancaman terhadap validitas internal berupa pengujian (testing) dalam penelitian dapat terkendali dengan baik, karena kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

Dokumen terkait