• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.4 Hasil Uji Hipoteses Kemampuan II

Hipotesis penelitian I adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap kemampuan meregulasi diri siswa kelas V Sekolah Dasar. Variabel dependen pada hipotesis tersebut yaitu kemampuan meregulasi diri, sedangkan variabel independennya yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Instrumen yang digunakan untuk menukur variabel dependen yaitu 3 item soal uraian pada nomor 6a, 6b dan 6c. Setiap satu soal mengandung satu indikator tertentu, membuat penilaian diri terhadap gagasan sendiri, menilai kembali data-data yang digunakan, menguji pandangan sendiri terhadap permasalahan mengenai sistem pernapasan pada hewan.

Analisis statistik secara keseluruhan dihitung menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengnan tingkat kepercayaan 95%. Tahap analisis data yang dilakukan adalah 1) Uji normalitas distribusi data untuk mengetahui nomal tidaknya distribusi data. Hasil distribusi data menentukan analisis statistik parametrik atau non-parametrik tahap selanjutnya, 2) Uji kemampuan mengeksplanasi pada kedua kelompok, 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan, dan 4) Uji besar pengaruh. Selanjutnya akan dilakukan analisis lebih

88 lanjut terdiri dari 1) Uji Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I, 2) Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I, 3) Uji korelasi antara rerata

pretest dan posttest I, dan 4) Uji retensi pengaruh perlakuan.

4.1.4.1Uji Perbedaan Kemampuan Awal

Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama terhadap kemampuan meregulasi diri. Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini juga dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap validitas internal yaitu karakteristik subjek. Kemampuan awal yang berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat mempengaruhi hasil posttest. Oleh karena itu, data yang diujikan adalah skor

pretest kedua kelompok. Sebelum dilakukan uji perbedaan kemampuan awal, dilakukan uji asumsi terlebih dahulu.

1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji statistik pada uji perbedaan kemampuan awal ini, maka dilakukan dahulu uji asumsi. Ada dua uji asumsi yang dihitung terlebih dahulu yaitu uji asumsi normalitas distribusi data dan uji asumsi homogenitas varian.

a. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak yang nantinya akan digunakan untuk menentukan jenis analisis statistik tahap selanjutnya (Field, 2009: 144). Data diuji menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov test. Data yang digunakan yaitu skor pretest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05, maka distribusi data tidak normal (Field, 2009: 345). Jika data berdistribusi normal maka analisis statistik menggunakan Independent samples t-test untuk kelompok yang berbeda (Field, 2009: 326). Jika data berdistribusi tidak normal maka analisis statistik menggunakan Mann-Whitney U-test untuk kelompok yang berbeda (Field, 2009: 345). Berikut ini uji normalitas data

89

pretest kontrol dan pretest eksperimen dari kemampuan mengeksplanasi (lihat Lampiran 4.4.2)

Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data

Kelompok Aspek Kolmogorov-Smirnov p Kesimpulan

Kontrol Pretest 0,133 Normal Eksperimen Pretest 0,054 Normal

Hasil analisis menunjukkan aspek dengan harga p > 0,05 pada pretest

kelompok kontrol dan pretest kelompok eksperimen. Dengan demikian, Hnull

diterima artinya data berdistribusi normal. Data menunjukkan distribusi normal sehingga dapat dilakukan uji statistik dengan menggunakan

Independent samples t-test untuk kelompok yang berbeda atau Paired samples t-test untuk kelompok sama.

b. Uji Homogenitas Varian

Sebelum dilakukan uji perbedaan kemampuan awal, dilakukan uji homogenitas varian menggunakan Levene’s test. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05, maka tidak terdapat homogenitas varian pada kedua data yang telah dibandingkan (Field, 2009: 150). Berikut ini adalah hasil dari uji homogenitas varian untuk kemampuan mengeksplanasi (lihat Lampiran 4.5.2).

Tabel 4.20 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varian

Uji Statistik F df 1 df 2 p Keputusan

Lenene’s Statistic 1,266 1 57 0,265 Homogen

Hasil analisis menunjukkan harga F(1,57) = 3,18dan harga p= 0,265 (p > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya terdapat homogenitas varian pada kedua data yang dibandingkan.

2. Uji Statistik

Berdasarkan data di atas pada kemampuan meregulasi diri pada aspek kelompok kontrol dan eksperimen berdistribusi normal dan homogen, maka uji

90 statistik menggunakan Independent samples t-test. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut hasil uji perbedaan kemampuan awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebagai berikut (lihat Lampiran4.6.2).

Tabel 4.21 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal

Uji Statistik p Keputusan

Indenpendent Samples t-test 0,266 Tidak Berbeda

Hasil uji statistik parametrik Independent samples t-test menunjukkan bahwa skor rerata kelompok eksperimen (M = 1,944, SE = 0,07147)lebih tinggi dari kelompok kontrol (M = 1,8166, SE = 0,08853) perbedaan tersebut tidak berbeda secara signifikan dari yang ditunjukkan dengan harga t(57) = -1,124 dengan harga p sebesar 0,266 (p > 0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan kemampuan awal signifikan antara rerata skor

pretest kontrol dan pretest eksperimen, sehingga kedua kelompok dikatakan mempunyai kemampuan awal yang sama.

4.1.4.2Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan

Uji Signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan meregulasi diri. Peneliti mengguanakan rumus (O2– O1) – (O4– O3) yaitu dengan mengurangkan rerata selisish skor posttest I – pretest pada kelompok eksperimen dengan rerata skor posttest I – pretest pada kelompok kontrol (Cohen, Manion, & Marisson 2007: 277). Jika hasilnya lebih besar dari 0, maka ada perbedaan. Berikut perhitungannya (2,2 – 1,94) – (1,89 – 1,81) = 0,26 – 0,08 = 0,18. Hasil perhitungan adalah 0,18 di mana hasil tersebut lebih dari 0 yang artinya ada perbedaan. Untuk mengetahui apakah perbedaannya signifikan akan dilakukan uji statistik. Sebelum pengujian tersebut, dilakukan uji asumsi terlebih dahulu. Data yang akan digunakan dalam pengujian adalah data selisih posttest I – pretest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

91 1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji statistik pada uji signifikansi pengaruh perlakuan, maka dilakukan dahulu uji asumsi. Ada dua uji asumsi yang dihitung yaitu uji asumsi normalitas distribusi data dan uji asumsi homogenitas varian.

a. Uji Asumsi Normalitas Data

Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak yang nantinya akan digunakan untuk menentukan jenis analisis statistik tahap selanjutnya (Field, 2009: 144). Data diuji menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov test. Data yang digunakan yaitu selisih pretest dan posttest I dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga p <

0,05, maka distribusi data tidak normal (Field, 2009: 345). Jika data berdistribusi normal maka analisis statistik menggunakan Independent samples t-test untuk kelompok yang berbeda (Field, 2009: 326). Jika data berdistribusi tidak normal maka analisis statistik menggunakan Mann-Whitney U-test untuk kelompok yang berbeda (Field, 2009: 345). Berikut ini uji normalitas data pretest kontrol dan pretest eksperimen dari kemampuan meregulasi diri (lihat Lampiran4.4.2)

Tabel 4.22 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data

Kelompok Aspek Kolmogorov-Smirnov p Kesimpulan

Kontrol Selisih 0,066 Normal Eksperimen Selisih 0,073 Normal

Hasil pada tabel 4.22 menunjukkan bahwa aspek dengan harga p > 0,05 pada selisih pretest dan posttest I kelompok kontrol dan pretest dan posttest I kelompok eksperimen. Dengan demikian, Hnull diterima artinya data berdistribusi normal. Data menunjukkan distribusi normal sehingga dapat dilakukan uji statistik dengan menggunakan Independent samples t-test untuk kelompok yang berbeda.

b. Uji Homogenitas Varian

Sebelum dilakukan uji signifikansi pengaruh perlakuan, dilakukan uji homogenitas varian menggunakan Levene’stest. Kriteria untuk menolak Hnull

92 adalah jika harga p < 0,05, maka tidak terdapat homogenitas varian pada kedua data yang telah dibandingkan (Field, 2009: 150). Berikut ini adalah hasil dari uji homogenitas varian untuk kemampuan meregulasi diri (lihat

Lampiran4.7.2)

Tanel 4.23 Hasil Uji Homogenitas Varian

Uji Statistik F df 1 df 2 p Keputusan

Lenene Statistic 1,172 1 57 0,284 Homogen

Hasil analisis menunjukkan harga F(1,57) = 1,266dan harga p= 0,284

(p > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya terdapat homogenitas varian pada kedua data yang dibandingkan.

2. Uji Statistik

Berdasarkan data di atas pada kemampuan meregulasi diri pada aspek kelompok kontrol dan eksperimen berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik menggunakan Independent samples t-test. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut ini adalah hasil uji perbedaan kemampuan awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (lihat

Lampiran4.8.2)

Tabel 4.24 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan

Uji Statistik p Keputusan

Indenpendent Sample t-test 0,270 Tidak signifikan

Hasil uji statistik parametrik Independent samples t-test menunjukkan bahwa selisih skor pretest ke posttest I kelompok eksperimen (M = 0,2557, SE = 0,10294) lebih tinggi dari kelompok kontrol (M = 0,0797, SE = 0,11916)

perbedaan tersebut tidak signifikan dengan harga t(57) = -1,115 dan p = 0,27 (p

> 0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS tidak berpengaruh terhadap kemampuan meregulasi diri.

93 Berikut adalah grafik yang menunjukkan rerata skor pretest dan posttest I

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Gambar 4.6 Rerata Skor Pretest dan Posttest I

Gambar tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan peningkatan skor pada kedua kelompok. Skor pretest kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Setelah kedua kelompok melaksanakan pembelajaran diketahui kelompok eksperimen memperoleh skor posttest I

sebesar 2,2 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 1,944. Mean pada kelompok eksperimen sebesar 0,2557 lebih tinggi daripada kelompok kontrol sebesar 0,0797. Berikut diagram hasil perbedaan selisih skor pretest dan posttest I antara kedua kelompok.

1,8166 1,8959 1,944 2,2 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Pretest Posttest 1 Me a n Kontrol Eksperimen

94

Gambar 4.7 Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I

4.1.4.3Uji Besar Pengaruh Perlakuan

Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap kemampuan meregulasi diri. Data yang diperoleh berdistribusi normal sehingga menggunakan rumus koefisien Pearson (Field, 2009: 57). Independent samples t-test digunakan untuk mengambil t dalam melakukan uji besar pengaruh perlakuan. Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan menghitung koefisien determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi

Pearson yang didapat) selanjutnya dikalikan 100% (Field, 2009: 179). Berikut hasil perhitungan effect size terhadap kemampuan meregulasi diri(lihat Lampiran 4.9)

Tabel 4.25 Hasil Uji Effect Size

Variabel t t2 df r (effect size) R2 % Kategori efek

Meregulasi diri -1,115 1,243 57 0,146 0,021 2,1 Kecil

Hasil analisis menunjukkan besar r = 0,146 setara dengan 2,1%. Besar r = 0,146 masuk kategori kecil (Field, 2009: 57), sedangkan besar r = 0,146 masuk kategori efek tidak penting secara praktis, bisa jadi masalah penting secara teoretis untuk membuat prediksi (Fraenkel, Wallen & Hyun, 2012: 14).

4.1.4.4Analisis Lebih Lanjut

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I

Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I bertujuan untuk mengetahui persentase peningkatan skor rerata dari pretest ke posttest I

pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dengan mengambil data rerata skor pretest ke posttest I pada uji normalitas distribusi data yang menggunakan

Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I

dihitung dengan cara membagi selisih rerata pretest-posttest I dengan rerata

pretest, selanjutnya dikalikan 100%. Untuk mengetahui apakah peningkatan tersebut signifikan, digunakan Paired samples t-test karena hasil analisis

95 distribusi data normal. Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam uji ini adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah p < 0,05 (Field, 2009: 558). Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I

dapat dilihat pada tabel 4.26 berikut (lihat Lampiran4.10.2)

Tabel 4.26 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest dan Posttest 1

No Kelompok Rerata Peningkatan

% Signifikansi Pretest Posttest I

1 Kontrol 1,8166 1,8959 4,38 Tidak Signifikan 2 Eksperimen 1,9440 2,2000 13,15 Signifikan

Hasil analisis menunjukkan rerata pretest dan posttest I pada kelompok kontrol sebesar 1,8166 dan 1,8959. Persentase peningkatannya sebesar 4,38%. Rerata pretest dan posttest I paada kelompok eksperimen sebesar 1,944 dan 2,2 dengan persentase peningkatannya sebesar 13,15%. Persentase peningkatan pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS meningkatkan kemampuan meregulasi diri lebih besar daripada model pembelajaran ceramah. Berikut diagram peningkatan pretest ke posttest I pada kedua kelompok terhadap kemampuan meregulasi diri.

Gambar 4.8 Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I

Dilihat dari gambar di atas bahwa dapat diketahui adanya peningkatan pada kedua kelompok, baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.

1,8166 1,944 1,8959 2,2 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Kontrol Eksperimen Me a n Pretest Posttest 1

96 Peningkatan yang terjadi pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari peningkatan kelompok kontrol pada skor pretest ke posttest I.

Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok dapat dilihat pada gambar 4.3. Berikut grafik yang frekuensi selisih skor pretest ke

posttest I (gain score) pada kedua kelompok terhadap kemampuan meregulasi diri.

Gambar 4.9 Grafik Gain Score

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan, gain terendah pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sama yaitu sebesar -1,00. Gain tertinggi kelompok kontrol adalah 1,00 sedangkan kelompok eksperimen adalah 1,33. Dengan demikian, frekuensi tertinggi pada kelompok kontrol di 1,33 sebanyak 0 dan kelompok eksperimen sebanyak 2 siswa. Nilai tengah dari gain score

diperoleh dari 50% skor selisih tertinggi dikurangkan skor selisih terendah. Gain score diperoleh 0 dengan frekuensi siswa yang memperoleh nilai ≥ 0 pada kelompok kontrol 20 siswa dan pada kelompok eksperimen 22 siswa. Besar

persentase gain score ≥ 0 pada kelompok kontrol 68,9%, sedangkan pada kelompok

eksperimen adalah 70%. Hal tersebut menunjukkan bahwa 73% siswa kelompok eksperimen diuntungkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, sedangkan 68,9% siswa kelompok kontrol diuntungkan dengan penerapan model pembelajaran ceramah dengan kata lain tidak ada yang diuntungkan pada

1 5 3 6 8 3 3 0 2 1 5 7 4 3 6 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 -1 -0,67 -0,33 0 0,33 0,67 1 1,33 Fre ku e n si Kontrol Eksperimen

97

kelompok kontrol. Maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki persentase lebih besar daripada penerapan model pembelajaran ceramah.

2. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest dan Posttest 1

Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebelum melakukan uji besar efek peningkatan rerata pretest dan posttest I maka dilakukan terlebih dahulu uji asumsi. Uji asumsi yang digunakan adalah uji asumsi normalitas distribusi data. Uji asumsi normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak yang nantinya akan digunakan untuk menentukan jenis analisis statistik tahap selanjutnya (Field, 2009: 144). Data diuji menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov test. Data yang digunakan yaitu pretest dan posttest I dari kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05, maka distribusi data tidak normal (Field, 2009: 345). Jika data berdistribusi normal maka analisis statistik menggunakan Paired samples t-test untuk kelompok sama (Field, 2009: 326). Jika data berdistribusi tidak normal maka analisis statistik menggunakan Wilcoxon Signed-ranks test untuk kelompok yang sama (Field, 2009: 345). Berikut ini uji normalitas data pretest dan postest I kelompok kontrol maupun kelompokeksperimen dari kemampuan meregulasi diri (lihat Lampiran 4.4.2)

Tabel 4.27 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data

Kelompok Aspek Kolmogorov-Smirnov

p Kesimpulan

Kontrol Pretest 0,133 Normal Kontrol Posttest I 0,078 Normal Eksperimen Pretest 0,054 Normal Eksperimen Posttest I 0,106 Normla

Hasil pada tabel 4.27 menunjukan bahwa aspek dengan harga p > 0,05 pada selisih pretest dan posttest I kelompok kontrol dan pretest dan posttest I

kelompok eksperimen. Dengan demikian, Hnull diterima artinya data berdistribusi normal. Data menunjukkan distribusi normal sehingga dapat

98 dilakukan uji statistik dengan menggunakan Independent samples t-test untuk kelompok yang berbeda atau Paired samples t-test untuk kelompok sama.

Uji statistik pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen meggunakan Paired Samples t-test karena kedua kelompok memiliki data berdistribusi normal (Field, 2009: 325). Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05, maka ada perbedaan skor yang signifikan dan pretest ke posttest I (Field, 2009: 53 & Santoso, 2015: 396). Berikut hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan meregulasi diri (lihat Lampiran 4.11.2)

Tabel 4.28 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest dan Posttest 1

Kelompok t t2 df r (effect size) R2 % Kategori efek

Kontrol 0,772 0,595 28 0,144 0,0207 2,07 Kecil Eksperimen 2,148 4,613 29 0,37 0,136 13,6 Kecil

Tabel 4.28 menunjukkan bahwa peningkatan rerata pretest ke posttest I

kelompok eksperimen, pada saat posttest I (M = 2,2) lebih besar daripada pretest (M = 1,944) dengan harga t = 2,148, r = 0,37 atau setara dengan efek kecil. Peningkatan rerata pretest ke posttest I kelompok kontrol, pada saat posttest I (M = 1,8859) lebih besar dari pretest (M = 1,8166) dengan harga t= 0,772, r = 0,144 atau setara dengan efek kecil. Persentase peningkatan rerata pretest ke

posttest I kemampuan meregulasi diri pada kelompok kontrol 2,07% dengan kategori efek kecil dan pada kelompok eksperimen sebesar 13,6% dengan kategori efek kecil.

3. Uji Korelasi Antara Rerata dari Pretest ke Posttest I

Uji korelasi ini dilakukan untuk mengontrol validitas internal penelitian yaitu regresi statistik. Regresi statistik terjadi jika koefisiennya negatif dan signifikan. Siswa yang mendapat skor pretest tinggi akan mendapatkan skor

posttest yang lebih rendah, sedangkan siswa yang mendapat skor prestest rendah akan mendapat skor posttest lehih tinggi (Cohen, Manion, & Marisson, 2007: 155). Data yang digunakan adalah skor rerata pretest dan skor rerata posttest I

pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Analisis data menggunakan rumus Pearson Correlation karena data yang digunakan berdistribusi normal

99 (Field, 2009: 176). Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05, maka ada korelasi yang signifikan antara rerata pretest dan posttest I (Priyatno, 2012: 45 & Santoso, 2015: 331-336). Berikut ini hasil uji korelasi rerata pretest

dan posttest I terhadap kemampuan meregulasi diri (lihat Lampiran4.12.2)

Tabel 4.29 Hasil Uji Korelasi Anara Rerata dari Pretest ke Posttest I

Kelompok r p Keputusan

Kontrol 0,242 0,205 Korelasi postif dan tidak signifikan Eksperimen 0,035 0,854 Korelasi positif dan tidak signifikan

Tabel 4.29 menunjukkan hasil uji korelasi antara pretest dan posttest I

pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil uji korelasi menunjukkan harga p pada kelompok kontrol 0,205 (p < 0,05) dan r berharga positif, maka Hnull ditolak. Hal ini berarti ada korelasi yang positif dan tidak signifikan antara rerata pretest dan posttest I pada kemampuan meregulasi diri kelompok kontrol. Hasil pada kelompok kontrol menunjukkan nilai positif artinya jika rerata skor siswa pada pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa pada posttest I tinggi, begitu juga sebaliknya jila rerata skor siswa pada pretest

rendah maka hasil rerata skor siswa pada posttest I rendah.

Pada kelompok eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,854 (p > 0,05)

dan harga r bernilai positif, artinya korelasi positif dan tidak signifikan antara rerata skor pretest dan posttest I siswa pada kemampuan meregulasi diri di kelompok eksperimen. Hasil pada kelompok eksperimen menunjukkan nilai positif artinya rerata skor siswa pada pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa pada posttest I tinggi, begitu juga sebaliknya jika rerata skor siswa pada pretest

rendah maka hasil rerata skor siswa pada posttest I rendah. Dengan demikian, ancaman validitas internal yaitu regresi statistik dapat dikendalikan dengan baik dalam penelitian ini di kedua kelompoknya.

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan

Uji retensi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan masih memiliki efek yang sama setelah beberapa waktu. Uji retensi pengaruh perlakuan dengan memberikan posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah beberapa minggu

100 pelaksanaan posttest I. Sebelum dilakukan uji perbedaan kemampuan awal, dilakukan uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi yang digunakan adalah uji normalitas distribusi data.

Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak yang nantinya akan digunakan untuk menentukan jenis analisis statistik tahap selanjutnya (Field, 2009: 144). Data diuji menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov test. Data yang digunakan yaitu skor pretest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kriteria untuk menolak Hnull adalah jika harga p < 0,05, maka distribusi data tidak normal (Field, 2009: 345). Jika data berdistribusi normal maka analisis statistik menggunakan Paired samples t-test untuk kelompok yang sama (Field, 2009: 326). Jika data berdistribusi tidak normal maka analisis statistik menggunakan

Wilcoxon Signed-ranks test untuk kelompok yang sama (Field, 2009: 345). Berikut ini uji normalitas data pretest, postest I, posttest II kontrol dan pretest, posttest I, posttest II eksperimen dari kemampuan meregulasi diri (lihat

Lampiran 4.4.2)

Tabel 4.30 Hasil Uji Norrmalitas Distribusi Data

Kelompok Aspek Kolmogorov-Smirnov p Kesimpulan

Kontrol Pretest 0,133 Normal Kontrol Posttest I 0,078 Normal Kontrol Posttest II 0,110 Normal Eksperimen Pretest 0,054 Normal Eksperimen Posttest I 0,106 Normal Eksperimen Posttest II 0,003 Tidak Normal

Hasil analisis menunjukkan aspek dengan harga p > 0,05 pada pretest,

posttest I dan posttest II kelompok kontrol sedangkan harga p > 0,05 pada

pretest dan posttest I kelompok eksperimen. Dengan demikian, Hnull diterima artinya data berdistribusi normal. Data menunjukkan distribusi normal sehingga dapat dilakukan uji statistik dengan menggunakan Independent samples t-test

untuk kelompok yang berbeda atau Paired samples t-test untuk kelompok sama. Sedangkan, hasil analisis menunjukkan aspek dengan p < 0,05 pada posttest II

kelompok eksperimen. Dengan demikian, Hnull ditolak artinya data berdistribusi tidak normal. Data menunjukkan distribusi tidak normal sehingga digunakan uji

101 statistik dengan menggunakan Wilcoxon Signed ranks test untuk kelompok yang sama.

Statistik parametrik Paired samples t-test digunakan dalam uji retensi pengaruh perlakuan kelompok kontrol karena berdistribusi normal, sedangkan statistik non parametrik yang digunakan dalam uji retensi pengaruh perlakuan adalah Wilcoxon signed-rank test karena data yang diujikan adalah data berdistribusi tidak normal. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah p < 0,05 (Field, 2009: 552). Hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebagai berikut (lihat Lampiran4.13.1)

Tabel 4.31 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan No Kelompok Rerata Peningkatan

(%) p Keputusan Posttest I Posttest II

1 Kontrol 1,8959 1,6090 -15,12 0,020 Signifikan 2 Eksperimen 2,2000 2,1783 -0,9 0,922 Tidak SIginifikan

Tabel 4.31 menunjukkan hasil uji retensi pengaruh perlakuan skor

posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan meregulasi diri. Pada kelompok kontrol menunjukkan harga p sebesar 0,020 (p < 0,05) dan rerata posttest I > rerata posttest II, maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga dikatakan terdapat penurunan yang signifikan terhadap skor posttest I ke posttest II. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I

Dokumen terkait