DAFTAR PUSTAKA
HASIL LOKA KARYA
(Dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 Agustus 2006 jam 10.00 s.d jam 13.00 di Balai Desa Bacem).
1. Tema : Pemberdayaan Alumni PSBR Menuju Kemandirian Sosial
Ekonomi. 2. Peserta :
Alumni, Ortu alumni, PSBR, Lembaga Lokal (KT, PKK), Pemlok, masyarakat, Dinsos Kab, Disnakertrans Kab, Disperindag Kab, Pengusaha lokal, Pengusaha luar komunitas, tokoh masyarakat, tokoh agama.
3. Materi Loka Karya :
Menjelaskan tujuan dan pentingnya Loka karya.
Menjelaskan tahapan-tahapan kegiatan yang telah dilakukan Menjelaskan evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan. Memperkenalkan pihak-pihak yang hadir.
Memberikan kesempatan kepada Dinas-dinas terkait untuk memberikan sambutan atau penilaian.
Melakukan tanya jawab/diskusi.
Merangkum hasil loka karya dan rekomendasi. 4. Susunan Acara :
a. Pembukaan
b. Sambutan Lurah
c. Laporan Ketua Kelompok Kerja d. Diskusi
e. Pembulatan f. Penutup.
Hasil Loka Karya Selengkapnya Sambutan Lurah
- Bacem punya potensi dan wilayah yang strategis untuk pengembangan
ekonomi
- Exs klien + 50 orang dan kurang semangat. Lulusan diharapkan bisa
langsung kerja
- Pemasaran yang sulit menjadi kendala utama karena produktifitas macet - Perlu adanya kerjasama dengan bagian pemasaran
Laporan Ketua Kelompok Kerja ☯ Bordir
- Belum jelas arah tujuan yang akan dikembangkan
- Kurang ahli atau bordiran kurang halus sehingga belum diterima pangsa pasar
- Kurang peralatan yang dibutuhkan. Jumlah mesin tidak seimbang - Karena alat pendukung tidak tepat, banyak yang pindah kerja - Kalah tenar atau kalah persaingan
☯ Jahit
- Kurang mesin, kurang pengalaman
- Kurang percaya diri, kurang garapan
☯ Meubel
131
- Takut salah ☯ Otomotif
- Kurang penguasaan
Pengusaha : Belum bisa dipercaya sepenuhnya.
Bapak Djumadi Ramelan (Kepala PSBR “Mardi Utomo” Blitar) 1. Etos kerja siswa yang kurang
2. Belum bisa menangkap peluang kerja
3. Pengusulan peralatan butuh dana (dengan berbagai jalan) 4. Jalan pengembangan sebagai sarana pemberian alat
5. Pemberian bantuan dimanfaatkan secara maksimal walaupun dengan
berbagai bentuk pemberian (lewat wadah organisasi)
6. Kadin pernah melihat secara langsung kualitas produk PSBR dan layak jual.
Kendala penolakan hasil karya :
a. Pengusaha belum ikhlas dan merendahkan hasil
b. Anak belum bisa menyerap sepenuhnya ilmu yang diberikan 7. Lebih meningkatkan bimbingan sehingga tidak ada kata-kata minder dan
malu-malu
8. Disnaker sebagai pihak yang kompeten terhadap pengembangan
keterampilan.
9. Persaingan sebagai kunci sukses era global 10.Alumni bisa berlatih lagi di PSBR
Bapak Sugeng Sis (Kepala Seksi P & B PSBR “Mardi Utomo” Blitar) 1. Anak mampu, berani, dan membuka diri untuk berkembang 2. Order bisa dikerjakan di PSBR
3. Pengusaha lokal diharapkan bisa kerjasama dengan klien 4. Diusahakan pembeian toolkit sesuai dengan kebutuhan Bapak Hankam (Dinas Kesejahteraan Sosial)
1. Setelah dibina klien tidak sesuai target
2. Exs klien dibantu aparat untuk kerjasama dengan pengusaha
3. Exs klien tetap bermitra dengan dinas untuk mengetahui perkembangan klien
4. Masalah pengembangan pemuda di Dinsos dihapuskan, tetap menjadi
tanggung jawab semua dinas. Diknas sebagai nomenklatur kepemudaan
5. Bimbingan fungsional harus tetap dijalankan sebagai bentuk
pengembangan. Pemuda tidak hanya tanggung jawab Dinsos 6. Pembinaan keluraga muda mandiri (bagi yang sudah berkeluarga) Bapak Muladi (Disnakertrans)
1. Bidang pelatihan mempersiapkan tenaga kerja siap pakai, sebelum masuk dunia kerja
2. Dana berasal dari : a. PST
b. APBD propinsi Jawa Timur c. APBD Blitar
Program Disnakertrans
1. Menciptakan masyarakat yang mandiri (sektor informal)
2. Pengajuan anggaran tidak selancar yang diperkirakan sesuai dengan kepastian tim penyetuju anggaran
132
3. Program pelatihan belum menjadi program pokok Kabupaten Blitar 4. Bakat dan potensi yang sudah ada di inventaris dan diketahui Kepala
Desa diajukan ke Disnakertrans untuk program bantuan
5. Buat proposal sesuai dengan kelompok. Kemudian diajukan ke
Gubernur Jawa Timur melalui Biro Kesra Jl. Pahlawan 110, Surabaya. Pengajuan peralatan penunjang (0342) 801407 Blitar
6. Majunya kelompok usaha memperluas lapangan kerja mengurangi
pengangguran
7. DKB : Dilaksanakan Bapeda PAM
Program aksi menanggulangi dampak kenaikan BBM. Program : -Padat karya desa
-Penciptaan lapangan kerja
-Investasi dana dari gabungan tingkat I dan daerah.
Proposal dibuat untuk tahun 2007. Melalui Disnakertrans untuk pemberian surat pengantar.
Pandangan dari Para Pengusaha Bapak H. Mahmudi (pengusaha)
1. Harus ulet, jangan patah semangat
2. Modal bukan satu-satunya sarana pengembang, tetapi kemauan untuk
berkembang
3. Keahlian syarat pertama untuk berkembang 4. Bisa konsultasi dengan Bapak Mahmudi. Bapak Moh. Daroeni (penjahit)
1. Tiap tahun ajaran baru selalu full kerja. Alhamdulillah saya tidak pernah sepi garapan pak. Saya membuat pesanan seragam sekolah pak. Setiap tahun ajaran baru saya kewalahan menerima order. Ada pesanan yang saya tolak misalnya membuat badge dan topi sekolah yang dibordir. Biasanya saya suruh kerjakan ke teman saya. Lha saya gak bisa bordi. Hampir semua sekolah yang ada di Bacem ini saya yang menjahit seragamnya. Belum lagi sekolah di luar Bacem.
2. Penjahit topi dan kaus tidak ada (penjahit dasi)
3. Alat jahit belum ada. Kerjasama dengan Juaeni (sablon) Bapak Marlean (pengusaha) Batok (tempurung)
1. Anak-anak baru bermain ke rumah, belum kelihatan serius 2. Keuletan
3. Pembuatan desain harus punya daya jual. Ibu Elizabeth (pengusaha bordir & jahit)
1. PKMK : Pengembangan Kecamatan Masyarakat Kelurahan
2. Stok dulu baru kerjasama
3. Banyak daerah yang mengambil barang dari daerah lain. Saya pernah
berkunjung ke Bangil Pasuruan yang katanya merupaka sentra industri bordir pak. Tetapi kenyataannya mereka tidak memproduksi sendiri pak. Mereka pengepul yang mengambil barang dari daerah yang benar-benar memproduksi sendiri seperti Tulungagung, Tasikmalaya bahkan dari Blitar. Jadi kalau kita memproduksi sendiri, kita masih banyak kesempatan untuk memasok produk kita kepada pengepul itu.
4. Motif komputer cenderung monoton
133
6. Jangan mudah puas dengan hasil bordiran
7. Bila ingin belajar, diperbolehkan datang ke rumah. Siswa yang pernah magang saya lihat hasil bordiran mereka cukup bagus pak, meskipun belum bisa dikatakan layak jual, karena masih kasar dan tinggal memperhalus saja. Untuk itu mereka selalu saya dorong untuk belajar di rumah.
8. Semua kebijaksanaan tergantung kelompok, kelompok diberi dana untuk berkembang
9. Persamaan dalam menuntut ilmu Bapak Atim (orang tua alumni)
1. Anak-anak mencontoh para pengusaha yang telah sukses
2. Anak harus menekuni dan mempertanggungjawabkan semua program
3. Tekad dan niat sebagai modal utama. Pertanyaan dari Alumni
1. Sri Binas
- Ada order bolehkah mesin dipinjam atau disewa?
- Apakah pengusaha memberikan peluang kerja?
-
2. Nur Ni’amah
- Cara pemasaran tas perca
- Pinak yang bisa memberikan pinjaman Jawaban
- Bapak Djumadi : mesin tidak bisa dipinjamkan
- Ibu Elly : Pinjam koperasi tiap bulan Rp.150.000,00. Saling gantian untuk memakai bagi yang mesin gabungan.
PPK
H. Mahmudi (pengusaha)
1. Cara mendapatkan modal (manjing)
2. Pikirkan bagaimana cara menambah uang, bukan cara menghabiskannya 3. Jangan malu melakukan pekerjaan (jangan gengsi)
4. Untuk yang mempunyai keteampilan meubel, selama orang itu masih
membutuhkan rumah, saya yakin kebutuhan akan peralatan rumah tangga tidak pernah ada habisnya. Ya tinggal bagaimana alumni mengasah keterampilannya supaya hasil kerjanya bagus dan laku dijual sehingga banyak pemesan yang datang. Ya istilah sekarang jemput bolalah
Pak Lurah
1. Bagaimana cara menciptakan peluang kera yang menjanjikan
2. Ngunut; kerja sampingan yang diciptakan para ibu-ibu untuk mengisi
waktu luang.
3. Di desa ada PPK untuk pinjam modal secara kelompok 4. Di desa Bacem tidak ada bantuan
5. Alumni melalui kelompok bisa dibantu Pak Lurah + 3 juta
6. Dana untuk anak-anak akan ditambah dari alokasi dana yang dianggarkan
7. Dana ADD dianggarkan 6% untuk pemuda lewat PKK, 2% untuk