• Tidak ada hasil yang ditemukan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadlirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Kajian Pengembangan Masyarakat (KPM) ini dengan judul “Pemberdayaan Alumni Panti Sosial Bina Remaja “Mardi Utomo” Blitar Melalui Pembentukan Kelompok Usaha Produktif Untuk Mencapai Kemandirian Sosial dan Ekonomi” (Suatu Alternatif Pengembangan Masyarakat di Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur), tepat pada waktunya. Kajian Pengembangan Masyarakat ini disusun guna memenuhi syarat kelulusan dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Kajian Pengembangan Masyarakat ini terwujud berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS. DEA, selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, mulai dari konsultasi sampai dengan selesainya Laporan Kajian Pengembangan Masyarakat ini.

2. Drs. Nelson Aritonang, MSSW, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah mencurahkan perhatiannya dalam membimbing penulis.

3. Dr. Marjuki, M.Sc, selaku Kepala Badiklit Departemen Sosial R.I yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor.

4. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS, selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

5. Dra. Neni Kusumawardhani, MS, selaku Ketua Sekolah Tinggi

Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

6. Dr. Djuara P. Lubis, selaku Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan Dosen Penguji Penulis.

7. Bapak dan Ibu dosen Sekolah Pascasarjana Program Studi Pengembangan

ix

8. M. Djumadi Ramelan, S.H, selaku Kepala PSBR ”Mardi Utomo” Blitar

beserta staf yang telah banyak membantu baik materiil maupun spirituil.

9. Kepala Desa Bacem beserta staf, Ketua Karang Taruna Indonesia Desa

Bacem, Alumni PSBR desa Bacem, Tokoh Masyarakat, para Pengusaha serta warga desa Bacem yang telah banyak memberikan data dan informasi sebagai bahan penyusunan Laporan KPM.

10. Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Isteri dan Anak-anakku tercinta yang telah memberikan dukungan dan merelakan penulis untuk menempuh pendidikan.

11. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Laporan Kajian Pengembangan Masyarakat ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan Kajian Pengembangan Masyarakat ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, namun demikian KPM ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam penyempurnaan penyusunan program dan kebijakan kepada pihak-pihak yang terkait.

Bogor, Desember 2006

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Probolinggo pada tanggal 05 Juni 1967 dan merupakan anak Pertama dari empat (4) bersaudara dari pasangan Bapak Subaidah dan Ibu Musyarofah. Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Maron 1 Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo pada Tahun 1980. Tahun 1983 tamat SMP Negeri 3 Pamekasan Madura dan Tahun 1986 Tamat SMA Negeri Pamekasan Madura. Kemudian pada Tahun 1991 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Sarjana pada Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

Pada tahun 1992 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Departemen Sosial RI dan ditempatkan di Kanwil Depsos Propinsi Sulawesi Tengah hingga tahun 2000. Mulai Tahun 2000 sampai dengan sekarang penulis menjadi PNS di lingkungan Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur dan ditempatkan sebagai Staf Penyantunan dan Rehabilitasi di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Mardi Utomo” Blitar. Pada Tahun 2005 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan Pascasarjana pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor dengan status Tugas Belajar dan atas biaya pendidikan dari Departemen Sosial RI.

Pada Tahun 1992 penulis melangsungkan pernikahan dengan seorang perempuan bernama Wiwik Wuryani dan telah dikaruniai tiga (3) orang anak, Atika Rahmawati (14 Tahun), Nadzifah Ayu Rahmawati (7 Tahun) dan Muhammad Alfan Lukmanul Hakim (4 Tahun).

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... xiv DAFTAR GAMBAR ... xv DAFTAR LAMPIRAN ... xvi PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1 Tujuan Kajian ... 5 Manfaat Kajian ... 5 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Pemberdayaan Masyarakat ... 7 Remaja Putus Sekolah Terlantar dan Alumni ... 10 Kemandirian Sosial dan Ekonomi... 11

Pengertian dan Pentingnya Kelompok dalam Pemberdayaan

Masyarakat... 16 Pelayanan Sosial... 19 Kerangka Pemikiran ... 21 METODOLOGI PEKERJAAN LAPANGAN

Strategi Kajian ... Tempat dan Waktu Kajian ... Metode Pengumpulan Data ... Analisis Data dan Rancangan Penyusunan Program...

25 25 26 29 PETA SOSIAL DESA BACEM

Keadaan Wilayah ... Kependudukan ... Sistem Ekonomi ... Struktur Komunitas ... Kelembagaan dan Organisasi ... Sistem Sosial dan Budaya ... Sumber Daya Lokal ...

30 33 36 40 42 44 45

POTENSI LEMBAGA DAN PROGRAM YANG DAPAT MENDUKUNG PEMBERDAYAAN ALUMNI

Gambaran Umum ... Program KUBE UEP Kerajinan Bambu Karang Taruna... Koperasi Serba Usaha ”Rahayu Mandiri” Desa Bacem ... Program Pemberdayaan Alumni PSBR ”Mardi Utomo” Blitar .

46 47 56 64 STRATEGI PEMBERDAYAAN ALUMNI PSBR ”MARDI

UTOMO” BLITAR

Profil Alumni PSBR ”Mardi Utomo” ... Identifikasi Permasalahan... Kondisi Kemandirian Sosial Eknomi Alumni Saat Ini ... Rancangan Program Pemberdayaan Alumni ...

70 72 90 95 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan ... Rekomendasi ... 105 106 DAFTAR PUSTAKA ... 108 LAMPIRAN ... 112

DAFTAR TABEL

Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Waktu Pelaksanaan Kajian Pemberdayaan Alumni PSBR “Mardi Utomo” Blitar Menuju Kemandirian Sosial dan Ekonomi di Desa Bacem, Kec. Ponggok, Kab. Blitar, Prop. Jawa Timur... Jenis Data, Tujuan Analisis, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... Luas Wilayah Desa Bacem Menurut Penggunaannya. Jumlah Penduduk Desa Bacem Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin ... Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Sektor Pertanian Tanaman Pangan... Struktur Pemilikan Tanah ... Sektor Peternakan dan Perikanan ... Sektor Jasa/Perdagangan ...

Jumlah Alumni PSBR “Mardi Utomo” Blitar Berdasarkan Daerah Tingkat II dan Jenis Keterampilan Tahun 2001 s.d Tahun 2005 ...

Daftar Nama Alumni PSBR “Mardi Utomo” Blitar di Desa Bacem Berdasarkan Jenis Kelamin, Keterampilan dan Tahun Lulus ...

Jenis Keterampilan, Permasalahan, Penyebab dan Harapan Alumni Hasil FGD ...

Kondisi Kemandirian Sosial Ekonomi Alumni Berdasarkan Kegiatan Saat Ini, Upaya yang Dilakukan ...

Daftar Nama Stakeholder dan Peranan dalam Program Pemberdayaan ...

Rancangan Program Pemberdayaan Alumni PSBR “Mardi Utomo” Blitar Menuju Kemandirian Sosial Ekonomi ... 26 28 32 34 36 37 37 38 39 70 71 86 93 101 102

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Alur Kerangka Pemikiran Kajian Pemberdayaan Alumni PSBR “Mardi Utomo” Blitar Menuju Kemandirian Sosial dan Ekonomi ... Peta Desa Bacem Berdasarkan Penggunaannya... Piramida Penduduk Desa Bacem ... Jejaring Sosial di Desa Bacem ... Koperasi Rahayu Mandiri Sebagai salah satu Kelembagaan Ekonomi di Desa Bacem ... Kondisi Lokasi KUBE UEP Baterai yang Sudah Tidak Berfungsi dan Sisa Bahan yang Bertumpuk... Kantor Koperasi Rahayu Mandiri ... Wawancara Penulis dengan Ibu Yayuk, Ketua Koperasi Rahayu Mandiri ... Salah Satu Kegiatan Anggota Koperasi yaitu Peternakan bebek Petelur dan Telur-telur yang Disetorkan ke Koperasi ... Pemberian Bantuan Peralatan Kerja Kepada Alumni...

Wawancara Mendalam Peneliti dengan Alumni Bordir dan Orang Tua Alumni ... Situasi FGD Dalam Rangka Identifikasi Permasalahan dan Kondisi Kemandirian Sosial Ekonomi Alumni ... Wawancara Peneliti dengan Alumni Otomotif.. Situasi Jalannya FGD Masing-masing Kelompok Keterampilan ... FGD Alumni dengan Unsur Masyarakat dan Stakeholder ... Situasi FGD Alumni dengan Stakeholder ... Situasi Pelaksanaan Loka Karya ...

24 31 35 41 43 48 57 59 61 66 75 76 78 87 89 95 98

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Sketsa Desa Bacem ...

2. Pedoman Wawancara Responden (Alumni)... 3. Pedoman Wawancara Informan ... 4. Pedoman Observasi ... 5. Pedoman Studi Dokumentasi ... 6. Hasil FGD Alumni ... 7. Daftar Hadir FGD Alumni ... 8. Undangan FGD Alumni dan Stakeholder ... 9. Hasil FGD Alumni dan Stakeholder ... 10.Daftar Hadir FGD Alumni dan Stakeholder... 11.Undangan Loka Karya ... 12.Hasil Loka Karya ... 13.Daftar hadir Loka Karya ... 14.Dokumentasi Kegiatan Lapangan ...

113 114 114 115 115 116 119 120 121 127 129 130 134 137

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Remaja merupakan salah satu bagian dari masyarakat yang membutuhkan perhatian dan pembinaan dari berbagai pihak, karena remaja merupakan asset bangsa dan generasi penerus. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak- anak menuju dewasa. Remaja merasa dirinya bukan anak-anak lagi, namun belum mampu memegang tanggung jawab seperti orang dewasa. Kebutuhan dan problema dalam diri remaja mempunyai karakteristik tersendiri. Salah satu kebutuhan remaja adalah kebutuhan sosial (social motive) yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan orang lain atau ditimbulkan oleh orang lain atau hal-hal di luar diri. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk dikenal, kebutuhan untuk berkelompok dan kebutuhan untuk berkebiasaan (Willis, 1991). Sedangkan problema yang perlu mendapatkan perhatian adalah problema ekonomi dan mendapatkan pekerjaan serta problema pendidikan (Willis, 1991).

Tidak semua remaja dapat memenuhi kebutuhan dan dapat memecahkan masalahnya. Lingkungan keluarga dan masyarakat terkadang juga tidak sanggup untuk memenuhi kedua hal tersebut. Hal ini disebabkan oleh orang tua yang miskin, perceraian, orang tua meninggal dan perhatian orang tua yang kurang dan lingkungan masyarakat yang kurang kondusif untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya remaja secara baik. Kondisi tersebut mengakibatkan remaja mengalami kegoncangan dan kehilangan arah sehingga remaja mencari kompensasi di luar keluarga dan masyarakat. Permasalahan anak terlantar, anak jalanan, kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, drop out (putus sekolah) adalah masalah-masalah yang sering melingkupi kalangan remaja yang tidak terpenuhi kebutuhannya dan tidak dapat memecahkan problema yang dihadapi.

Mengingat betapa pentingnya posisi dan peran remaja di satu sisi dan permasalahan-permasalahan yang melingkupi remaja di sisi lain, maka peran pemerintah, keluarga dan masyarakat sangat diperlukan sebagai upaya penanggulangan dan penanganan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh remaja. Pemerintah melalui Departemen Sosial RI telah memberikan perhatian

2

terhadap salah satu permasalahan yang dihadapi remaja khususnya Remaja Putus Sekolah Terlantar (RPST) dengan menyediakan lembaga pelayanan sosial berupa Panti Sosial Bina Remaja (PSBR). Di Propinsi Jawa Timur penanggulangan dan penanganan terhadap Remaja Putus Sekolah Terlantar (RPST) telah dilakukan sejak tahun 1995 melalui empat Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) yang mempunyai sasaran wilayah kerja masing-masing. Karena otonomi daerah, pada tahun 2001, PSBR diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Melalui Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Timur Nomor 51 tahun 2003 ditegaskan, seperti yang tertera dalam Pasal 42 ayat 1, yang menyatakan bahwa, Panti Sosial Bina Remaja adalah UPTD yang melaksanakan tugas pelayanan sosial Remaja Putus Sekolah Terlantar.

Panti Sosial Bina Remaja “Mardi Utomo” Blitar memberikan pelayanan sosial terhadap RPST yang berasal dari 8 (delapan) daerah tingkat II yaitu Kota Blitar, Kabupaten Blitar, Kota kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Madiun. Jumlah RPST yang telah mengikuti pelayanan sosial di PSBR “Mardi Utomo” Blitar mulai tahun 2001 sampai akhir tahun 2005 berjumlah 600 orang (Seksi Penyaluran dan Binjut, PSBR “Mardi Utomo” Blitar tahun 2005). Secara umum, PSBR “Mardi Utomo” Blitar memberikan pelayanan sosial kepada RPST berupa bimbingan sosial, bimbingan mental, bimbingan fisik dan bimbingan keterampilan. Hasil yang diharapkan oleh PSBR dari pelayanan sosial yang diberikan adalah kemandirian sosial dan ekonomi RPST. Untuk itu, bagi RPST yang telah selesai mengikuti pelayanan sosial diberikan bantuan stimulan berupa peralatan kerja sesuai dengan jenis keterampilan yang diikuti.

Di samping memberikan pelayanan sosial di dalam panti, PSBR “Mardi Utomo” Blitar juga memberikan pelayanan sosial berupa Pembinaan Lanjut. Kegiatan ini bertujuan untuk mengadakan monitoring dan evaluasi terhadap aktivitas alumni. Kegiatan ini melihat sejauhmana perkembangan alumni dalam memanfaatkan semua jenis bimbingan yang telah diperoleh di PSBR “Mardi Utomo”. Aktivitas yang dilihat lebih difokuskan kepada pemanfaatan keterampilan oleh alumni yang kemudian dijadikan indikator keberhasilan dari pelayanan sosial. Bagi alumni yang telah bekerja, meskipun tidak sesuai dengan

3

keterampilan yang diperoleh, berhasil mengembangkan usaha sendiri maupun bekerja kepada orang lain dinilai telah mandiri dan dilakukan terminasi. Bagi alumni yang belum berkembang, pihak PSBR “Mardi Utomo” Blitar melalui program pemberdayaan memberikan bantuan stimulan berupa “peralatan kerja” sesuai keterampilan yang diperoleh serta pelatihan manajemen dan pengembangan usaha.

Berdasarkan Praktek Lapangan I yang telah dilakukan peneliti di desa Bacem, terdapat 30 orang Alumni PSBR “Mardi Utomo” Blitar. Melalui observasi dan wawancara yang dilakukan, sebagian besar para alumni tersebut belum dapat mengembangkan keterampilan secara optimal karena masih menghadapi permasalahan dan kendala yang belum dapat diatasi oleh alumni. Permasalahan yang dihadapi alumni pada kenyataannya bukan saja disebabkan kurangnya peralatan kerja dan rendahnya kapasitas keterampilan saja, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek sosial. Pihak PSBR ”Mardi Utomo” Blitar melalui program ”pemberdayaan” telah berupaya memberikan bantuan peralatan kerja tambahan bagi alumni yang belum berkembang. Namun dari hasil observasi penulis, para alumni masih belum memanfaatkan secara optimal bantuan stimulan tersebut. Hal ini terjadi karena para alumni tidak pernah ditanyakan apa yang menjadi kebutuhan dan permasalahan sebenarnya. Pihak PSBR ”Mardi Utomo” Blitar menganggap bahwa dengan memberikan bantuan stimulan tambahan, maka kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh para alumni dengan sendirinya akan teratasi. Di pihak lain, alumni yang telah merintis usaha dengan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki cenderung bekerja secara perorangan sehingga alumni kurang memiliki bargaining power terhadap pengusaha maupun instansi pemerintah.

Alumni adalah remaja yang telah kembali kepada keluarga dan masyarakat dimana mereka tinggal. Mereka dapat dikatakan telah membentuk komunitas tersendiri di dalam masyarakatnya, dimana mereka memiliki pengalaman, identitas dan kebutuhan yang berbeda. Pemberdayaan yang dilakukan oleh PSBR “Mardi Utomo” Blitar selama ini masih berorientasi pada kepentingan “birokrasi” yang mengedepankan pendekatan Top Down dan masih mengarah pada pemenuhan kebutuhan berupa bantuan peralatan kerja dan

4

peningkatan kapasitas keterampilan tanpa diimbangi oleh pendampingan dan pembinaan yang mengarah pada aspek penguatan sosial dan mental. Kemandirian alumni hanya dipandang dari aspek kemandirian ekonomi tanpa melihat aspek sosial seperti sejauhmana alumni dapat memecahkan masalah yang dihadapi, sejauhmana usaha, kerja keras dan keuletan alumni dalam memecahkan permasalahannya serta sejauhmana prakarsa dan kemampuan alumni menghadapi resiko dalam berusaha. Di samping itu kondisi kemandirian sosial ekonomi alumni saat ini masih belum memenuhi harapan semua pihak. Alumni masih menghadapi kendala seperti belum mampu membuat jaringan usaha dan membangun kemitraan dengan pengusaha lain.

Pemberdayaan yang dilakukan PSBR dan instansi lain selama ini kurang memanfaatkan sumberdaya dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi para alumni. Lembaga-lembaga yang ada seperti Karang Taruna, PKK, kelompok-kelompok keagamaan, pemerintahan lokal, pengusaha lokal, lembaga ekonomi lokal, instansi lintas sektoral dan keluarga alumni selama ini tidak pernah dilibatkan dalam menangani permasalahan alumni. Midgley (1986), menyatakan sampai sejauh ini, keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan komunitas hanya dilihat dalam konteks yang sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga untuk mengurangi biaya pembangunan sosial. Dengan kondisi ini, peran serta masyarakat “terbatas” pada implementasi dan penerapan program. Daya kreatif masyarakat tidak dikembangkan dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah diambil “pihak luar” komunitas, sehingga partisipasi menjadi pasif. Menurut Cohen dan Uphoff (1980) partisipasi masyarakat diperlukan mulai dari tahap pengambilan keputusan, penerapan keputusan, pemanfaatan hasil, dan evaluasi hasil. Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu berhubungan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan (Hikmat, 2001). Untuk mendukung pemberdayaan tersebut perlu dibentuk suatu kelompok usaha produktif yang dapat mengakomodir segala aspirasi dan kepentingan alumni.

5

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, Peneliti tertarik untuk memahami kondisi dan permasalahan alumni sebagai dasar dari kajian yang akan

dilakukan yaitu Pemberdayaan Alumni Panti Sosial Bina Remaja ”Mardi

Utomo” Blitar Melalui Pembentukan Kelompok Usaha Produktif Untuk Mencapai Kemandirian Sosial dan Ekonomi (Suatu Alternatif Pengembangan Masyarakat di Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur). Untuk itu pertanyaan-pertanyaan kajian yang diajukan peneliti adalah :

1. Apa masalah yang dihadapi oleh Alumni PSBR ”Mardi Utomo” Blitar di desa Bacem ?

2. Bagaimana kondisi kemandirian sosial dan ekonomi Alumni PSBR ”Mardi

Utomo” Blitar di desa Bacem ?

3. Bagaimana rencana dan strategi pemberdayaan Alumni PSBR ”Mardi Utomo” Blitar melalui pembentukan kelompok usaha produktif di desa Bacem untuk mencapai kemandirian sosial dan ekonominya?

Tujuan Kajian

1. Menjelaskan permasalahan yang dihadapi Alumni PSBR ”Mardi Utomo”

Blitar di desa Bacem.

2. Menjelaskan kondisi kemandirian sosial dan ekonomi Alumni PSBR ”Mardi

Utomo” Blitar di desa Bacem.

3. Menghasilkan rencana dan strategi Pemberdayaan Alumni PSBR ”Mardi

Utomo” melalui pembentukan kelompok usaha produktif untuk mencapai kemandirian sosial dan ekonominya.

Manfaat Kajian

1. Manfaat Praktis, sebagai bahan masukan bagi PSBR ”Mardi Utomo” Blitar

dan Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur dalam rangka perbaikan dan penyusunan program pelayanan sosial terhadap Remaja Putus Sekolah Terlantar umumnya dan terutama bagi Alumni.

6

2. Manfaat Akademis, sebagai upaya pengayaan referensi mengenai teori-teori dan praktek pengembangan masyarakat secara partisipatif dan komprehensif.

3. Manfaat Strategis, memberikan kontribusi dan alternatif pengembangan

masyarakat melalui pemberdayaan Alumni PSBR ”Mardi Utomo” Blitar kepada masyarakat setempat, Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Dunia Usaha di kabupaten Blitar.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Pemberdayaan Masyarakat

Pengembangan masyarakat merupakan aktivitas pembangunan yang berorientasi pada kerakyatan. Corten (1990) menyatakan bahwa syarat pembangunan kerakyatan adalah tersentuhnya aspek-aspek keadilan, keseimbangan sumberdaya alam dan adanya partisipasi masyarakat. Dalam konteks seperti itu maka pembangunan merupakan gerakan masyarakat, seluruh masyarakat, bukan proyek pemerintah yang dipersembahkan kepada rakyat. Untuk dapat berpartisipasi, maka perlu adanya pemberdayaan terhadap masyarakat. Karena pemberdayaan dan partisipasi di tingkat komunitas merupakan dua konsep yang sangat erat kaitannya seperti yang dinyatakan Craig dan Mayo (1995), bahwa “Empowerment is road to participation”.

Pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah ( Ife, 2002 ). Selanjutnya Ife menjelaskan bahwa kekuasaan di sini diartikan bukan kekuasaan politik, melainkan kekuasaan atau penguasaan atas pilihan-pilihan personal dan kesempatan hidup, pendefinisian kebutuhan, ide atau gagasan, lembaga-lembaga, sumber-sumber, aktifitas ekonomi dan reproduksi. Menurut Adi (2003) mengartikan pengembangan masyarakat (community Development) sebagai suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan berdasarkan prakarsa komunitas.

Sementara itu, proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan

upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian

mereka melalui organisasi (Oakley & Marsden, 1984 dalam Adimihardja dan Hikmat, 2004). Kecenderungan atau proses yang pertama tadi dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan (Adimihardja dan

8

Hikmat, 2004). Kecenderungan kedua atau kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Antar kedua proses tersebut saling terkait. Menurut Pranarka & Vidhyandika seperti dikutip oleh Adimihardja dan Hikmat (2004) agar kecenderungan primer dapat terwujud seringkali harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu.

Jamasy (2004) menyatakan bahwa pendekatan pemberdayaan ditekankan

pada upaya menumbuhkembangkan kerjasama dan keterpaduan antara unsur

stakeholders, menumbuhkan fungsi partisipasi dengan melibatkan seluruh

komponen dan lapisan masyarakat terutama yang akan dijadikan kelompok sasaran dengan tidak membatasi dalam bentuk uang saja melainkan bentuk swadaya lain sesuai yang masyarakat miliki, misalnya tenaga atau bentuk lain yang lebih mendidik, mengembangkan metodologi pembinaan yang mempunyai

dampak positif kepada: peningkatan kesadaran, inisiatif dan motivasi,

peningkatan sumberdaya manusia(intelektual),peningkatan keterampilan, dan

program yang berkesinambungan untuk melakukan pergeseran sikap dan mental

ke arah yang lebih positif dan rasional. Dikatakan selanjutnya, adalah sebuah konsekuensi dan sebagai tanggung jawab utama program pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan yaitu masyarakat berdaya (mempunyai kekuatan). Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, aspek

ekonomi dan pendapatan, aspek kelembagaan (tumbuhnya kekuatan individu

dalam bentuk wadah/kelompok), kekuatan kerjasama, kekuatan intelektual

(meningkatnya sumber daya manusia), dan kekuatan komitment bersama untuk mematuhi dan menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan.

Hulme dan Turner (1990) berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tdak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun nasional. Oleh karena itu pemberdayaan sifatnya individual sekaligus kolektif. Dalam konteks yang lebih luas, Pearse dan Stiefel (1979) menyatakan, bahwa menghormati kebhinekaan, kekhasan lokal,

9

deonsentrasi kekuatan, dan peningkatan kemandirian merupakan bentuk-bentuk pemberdayaan partisipatif.

Pembahasan pemberdayaan sebagai kemampuan dan kapasitas aktual seseorang untuk menggunakan atau melaksanakan kekuasaan, beberapa pakar menyatakan bahwa melalui partisipasi dapat terjadi pada berbagai level yang berbeda yaitu level individu, kelompok atau institusi sosial. Longres dan McLeod (1980) menyatakan bahwa pemberdayaan individu dapat memberikan kontribusi terhadap pemberdayaan kelompok melalui proses partisipasi. Hal ini dapat dipahami karena dalam proses partisipasi memungkinkan individu-individu mengalami proses nyata penggunaan inherennya, dan pada waktu yang sama pengembangan, penajaman, dan pencapaian berbagai tipe keterampilan dan peningkatan kompetensi dan percaya dirinya atau bahkan kepuasan sebagai bagian dari pemberdayaan psikologis (Zimmerman, 1990).

Dalam hal ini, Payne (1997) seperti dalam Adi (2003), mengemukakan bahwa suatu proses pemberdayaan (empowerment), pada intinya, ditujukan guna : ”to help clients gain power of decision and action over their own lives by