• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

4. Hasil Observasi Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis siswa ketika mengikuti pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Peneliti dibantu oleh teman sejawat dalam melakukan observasi. Tabel 4.12 merupakan hasil perhitungan pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa ketika proses pembelajaran.

Tabel 4.12.Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I Indikator Pertemuan Rata-rata Kategori 1 2

Skor Kriteria Skor Kriteria

1. Menganalisis

argumen 42

Tidak

Kritis 52

Cukup

Kritis 47 Cukup kritis

2. Mampu bertanya

41

Tidak

Kritis 52

Cukup

Kritis 46, 5 Tidak kritis 3. Mampu menjawab pertanyaan 41 Tidak Kritis 50 Cukup

Kritis 45, 5 Tidak kritis

4. Memecahkan

masalah 40

Tidak

Kritis 48

Cukup

Kritis 44 Tidak kritis

5. Membuat

kesimpulan 50

Cukup

Kritis 53

Cukup

Kritis 51,5 Cukup kritis 6. Keterampilan

mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan

42

Tidak

Kritis 55

Cukup

Kritis 48,5 Cukup kritis

7. Keseluruhan 43 Tidak Kritis 52

Cukup

Kritis 47,5 Cukup Kritis

Berdasarkan tabel 4.12 terdapat rata-rata yang diperoleh dari hasil pertemuan 1 dan pertemuan 2 disetiap indikatornya. Indikator pertema pertemuan 1 didapatkan skor 42 (tidak kritis) dan pada pertemuan 2 didapatkan skor 52 (cukup kritis). Rata-rata untuk indikator pertama didapatkan hasil 47 dengan kategori cukup kritis. Indikator kedua pertemuan 1 didapatkan skor 41 (tidak kritis) dan pada pertemuan 2 didapatkan skor 52 (cukup kritis). Rata-rata untuk indikator kedua didapatkan hasil 46, 5 dengan kategori tidak kritis. Indikator ketiga pertemuan 1 didapatkan skor 41 (tidak kritis) dan pada pertemuan 2 didapatkan skor 50 (cukup kritis). Rata-rata untuk indikator ketiga didapatkan hasil 45,5 dengan kategori tidak kritis. Indikator keempat pertemuan 1 didapatkan

skor 40 (tidak kritis) dan pada pertemuan 2 didapatkan skor 48 (cukup kritis). Rata-rata untuk indikator keempat didapatkan hasil 44 dengan kategori tidak kritis. Indikator kelima pertemuan 1 didapatkan skor 50 (cukup kritis) dan pada pertemuan 2 didapatkan skor 53 (cukup kritis). Rata-rata untuk indikator kelima didapatkan hasil 51,5 dengan kategori cukup kritis. Indikator keenam pertemuan 1 didapatkan skor 42 (tidak kritis) dan pada pertemuan 2 didapatkan skor 55 (cukup kritis). Rata-rata untuk indikator keenam didapatkan hasil 48,5 dengan kategori cukup kritis. Indikator secara keseluruhan pada pertemuan 1 didapatkan hasil 43 dengan katagori (tidak kritis) dan pada pertemuan 2 didapatkan skor 52 dengan katagori (cukup kritis). Rata-rata untuk indikator secara keseluruhan didapatkan hasil 47,5 dengan katagori (cukup kritis) Data hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis suklus 1 dapat dilihat pada lampiran 22

7 ). Refleksi

Setelah melaksanakan pembelajaran siklus I, peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Refleksi ini berguna untuk memperbaiki kendala atau kekurangan yang terjadi di siklus 1. Refleksi yang dilakukan peneliti mencakup dua aspek yaitu refleksi proses pembelajaran dan refleksi hasil belajar.

a) Proses Pembelajaran

Siklus I dilaksanakan selama dua pertemuan yaitu tanggal 3 dan 10 November 2015 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit (3 jam pelajaran) menyesuaikan alokasi di di SD Negeri Plaosan 1.

Pertemuan pertama membahas tentang operasi hitung campuran (penjumlahan dan pengurangan) dengan menggunakan media pembelajaran berupa tusuk lidi. Kegiatan pembelajaran secara keseluruhan sudah sesuai dengan RPP dan berjalan dengan baik. Namun masih ada beberapa kendala yang timbul dalam proses pembelajaran. Kendala pada saat pelaksanaan pembelajaran terjadi ketika peneliti membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Para siswa menginginkan anggota kelompok yang dipilih sendiri, namun setelah peneliti memberikan nasihat dan arahan akhirnya para siswa mau dibagi ke dalam kelompok yang anggotanya dipilih secara acak.

Siklus 1 pertemuan kedua membahas tentang operasi hitung campuran (perkalian dan pembagian). Pada pertemuan ini siswa belajar dengan menggunakan media pembelajaran berupa batang korek beserta soal cerita dan masih bekerjasama dalam kelompok. Kondisi siswa pada pertemuan kedua sudah mulai mudah diatur dan kegiatan yang ada di dalam RPP dapat tercapai. Kendala pada pertemuan kedua adalah siswa masih ragu dalam mengeluarkan pendapat, namun guru memberikan motivasi kepada siswa agar berani dalam mengemukakan pendapat.

b) Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Hasil belajar pada siklus 1 terdapat peningkatan dari kondisi awal sebelum penelitian dan hasil yang didapatkan setelah siklus I. Selain perolehan rata-rata hasil belajar dan persentase ketuntasan yang meningkat berdasarkan hasil yang didapatkan pada siklus I masih perlu dilakukan perbaikan pembelajaran baik itu dalam proses pembelajaran ataupun hasil yang didapatkan. Maka dari itu untuk memberbaiki kekurangan yang ada pada siklus I maka penelitian ini perlu

dilanjutkan ke siklus II dengan harapan agar kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diperbaiki pada siklus II.

Hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I akan menjadi patokan apakah terjadi peningkatan pada siklus II atau tidak. Peneliti juga akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan nilai pada materi operasi hitung campuran. Oleh karena itu perbaikan dilanjutkan di siklus 2 supaya target dari aspek hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa dapat lebih maksimal.

b. Pelaksanaa Siklus 2

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dimulai pada hari kamis tanggal 12 November 2015 di kelas III SD Negeri Plaosan 1 tahun ajaran 2015/2016. Pelaksanaan siklus II dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu di setiap pertemuannya 3x35menit (3 jam pelajaran) sesuai dengan alokasi waktu yang sudah di terapkan di tempat penelitian.

1) Perencanaan

Siklus kedua dilaksanakan dengan melanjutkan materi. Setelah siklus 1 dilaksanakan peneliti kembali berdiskusi dengan guru untuk menyakan hal-hal yang perlu direvisi, setelah itu peneliti kembali mempersiapkan instrumen pembelajaran yang telah dibuat berupa Silabus, RPP, LKS, dan soal evaluasi dan media pembelajaran, semua perangkat yang telah peneliti buat direvisi kembali agar pada siklus kedua pembelajaran bisa berjalan sesua dengan Silabus dan RPP.

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuannya 3x35 menit atau 3 jam pelajaran menyesuaikan jam pelajaran di SD Negeru Plaosan 1. Proses pembelajaran dilakaukan dengan menerapkan komponen-komponen pembelajaran kontekstual sebagai berikut:

Pertemuan I

Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari kamis, 12 November 2015 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit (3 jp). Pertemuan pertama membahas tentang hubungan operasi hitung campuran (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian) Contextual Teaching and Learning (CTL).

Relating

Pada kegiatan awal, guru membuka pembelajaran dengan berdoa, memberikan salam, presensi dan memberikan motivasi dengan memberikan semangat kepada kepada para siswa untuk mengikuti pelajaran dengan cara memberi tahu manfaat dari meteri yang akan dipelajari. Guru juga mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai operasi hitung campuran (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian) sebagai pengantar sebelum masuk ke dalam materi. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Cooperating

Pada kegiatan selanjutnya, guru mulai menjelaskan pemahaman operasi hitung campuran (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian). kemudian guru meminta salah satu anak maju kedepan untuk memperagakan media pembelajaran berupa batang kacang.(Kontructivisme, Eksplorasi). Kegiatan

tersebut termasuk ke dalam komponen konstruktivisme. Kegiatan konstruktivisme dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah (indikator berpikir kritis). Setelah itu, siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang materi operasi hitung campuran (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) (Questioning, Eksplorasi, Elaborasi). Kegiatan bertanya ini bertujuan untuk menggali pengetahuan siswa agar dapat menemukan sendiri konsep operasi hitung campuran dan apabila siswa belum paham dengan sebuah jawaban, maka siswa tersebut akan bertanya sampai mendapatkan jawaban yang membuat siswa paham.

Experincing

kegiatan selanjutnya , siswa dibagi menjadi 6 kelompok, masing masing kelompok terdiri 4-5 siswa (Community learning). Kegiatan selanjutnya guru membagikan lembar kerja siswa yang berisikan soal-soal operasi hitung campuran (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dengan menggunakan soal cerita) dan membagikan media berupa sedotan (Elaborasi). Kemudian siswa memperagakan media yang telah di sediakan oleh guru (Modelling).Setelah siswa mengetahui cara menghitung operasi hitung campuran, siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal tentang materi operasi hitung campuran pada LKS (Elaborasi). Selanjutnya siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal yang ada di LKS bersama kelompoknya (Inquiry, Elaborasi). Melalui kegiatan inkuiri tersebut, siswa berlatih untuk berpikir kritis yaitu menganalisis argumen, menyelesaikan masalah, membuat kesimpulan, dan keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan. Siswa dapat menganalisis argumen ketika siswa mendiskusikan pendapat yang berbeda dari teman kelompok agar

mendapatkan jawaban yang tepat. Siswa dapat menyelesaikan masalah ketika mereka menyelesaikan operasi hitung campuran dengan menggunakan berbagai cara sampai mendapatkan jawaban yang benar .Siswa juga dapat menarik sebuah kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dengan tepat.Siswa juga mengevaluasi pekerjaannya,dengan menghitung kembali kesesuaian jawaban dengan data yang diperoleh.

Applying

Setelah siswa selesai mengerjakan LKS, guru meminta perwakilan setiap masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya kemudian membahas hasil pekerjaan siswa secara bersama-sama(Konfirmasi). Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum dipahami(Questioning, Konfirmasi). Guru meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat dengan cara memberikan penguatan kepada siswa (Konfirmasi).

Transfering

Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah di pelajari mengenai operasi hitung campuran beserta cara menyelesaikan soal (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian). Indikator berpikir kritis juga nampak ketika siswa membuat kesimpulan. Sebagai kegiatan akhir guru mengajak siswa untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan hari ini di lembar refleksi (Reflection). Siswa juga dibebaskan untuk menuliskan perasaan mereka ketika mengikuti pembelajaran. Guru mengajak siswa berdoa bersama-sama. Guru mengucapkan salam.

Pertemuan II

Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 16 November 2015 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit (3 jp). Pertemuan kedua membahas tentang operasi hitung campuran (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dengan menggunakan soal cerita dan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning.

Relating

Pada kegiatan awal, guru membuka pembelajaran dengan berdoa, memberikan salam, presensi dan memberikan motivasi dengan memberikan

jargon “Aku Bisa” kepada para siswa.Guru juga mengajukan beberapa pertanyaan

kepada siswa mengenai operasi hitung campuran (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian) sebagai pengantar sebelum masuk ke dalam materi. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Cooperating

Pada kegiatan selanjutnya, guru mulai menjelaskan pemahaman operasi

hitung campuran (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian).kemudian guru meminta salah satu anak maju kedepan untuk memperagakan media pembelajaran berupa sedotan.(Contructivism, Eksplorasi). Kegiatan tersebut termasuk ke dalam komponen konstruktivisme. Kegiatan konstruktivisme dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah (indikator berpikir kritis). Setelah itu, guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi operasi hitung campuran (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) (Questioning, Eksplorasi, Elaborasi). Kegiatan bertanya ini bertujuan untuk menggali pengetahuan siswa

agar dapat menemukan sendiri konsep operasi hitung campuran dan apabila siswa belum puas dengan sebuah jawaban, maka siswa tersebut akan bertanya sampai mendapatkan jawaban yang membuat siswa paham.

Experincing

Pada kegiatan selanjutnya, siswa dibagi menjadi 6 kelompok, masing masing kelompok terdiri 4-5 siswa (Community learning). Kegiatan selanjutnya guru membagikan lembar kerja siswa yang berisikan soal cerita operasi hitung campuran (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) dan membagikan media berupa sedotan(Elaborasi).Kemudian siswa memperagakan media yang telah di sediakan oleh guru (Modelling).Setelah siswa mengetahui cara menghitung operasi hitung campuran, siswa diminta untuk mengerjakan soal cerita tentang materi operasi hitung campuran pada LKS (Elaborasi).

Applying

Selanjutnya siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal yang ada di LKS bersama kelompoknya (Inquiry, Elaborasi). Melalui kegiatan inkuiri tersebut, siswa berlatih untuk berpikir kritis yaitu menganalisis argumen, menyelesaikan masalah, membuat kesimpulan, dan keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan.

Siswa dapat menganalisis argumen ketika siswa mendiskusikan pendapat yang berbeda dari teman kelompok agar mendapatkan jawaban yang tepat. Siswa dapat menyelesaikan masalah ketika mereka menyelesaikan operasi hitung campuran dengan menggunakan berbagai cara sampai mendapatkan jawaban yang benar .Siswa juga dapat menarik sebuah kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dengan tepat.Siswa juga mengevaluasi pekerjaannya,dengan

menghitung kembali kesesuaian jawaban dengan data yang diperoleh. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS, Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya kemudian membahas hasil pekerjaan siswa secara bersama-sama(Konfirmasi). Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum dipahami(Questioning, Konfirmasi). Guru meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat dengan cara memberikan penguatan kepada siswa (Konfirmasi).

Transfering

Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah di pelajari mengenai operasi hitung campuran beserta cara menyelesaikan soal (penjumlahan dan pengurangan). Indikator berpikir kritis juga nampak ketika siswa membuat kesimpulan. Sebagai kegiatan akhir guru mengajak siswa untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan hari ini di lembar refleksi

(Reflection). Siswa juga dibebaskan untuk menuliskan perasaan mereka ketika

mengikuti pembelajaran. Guru mengajak siswa berdoa bersama-sama. Guru mengucapkan salam

3) Pengamatan

Selain melakukan kegiatan pembelajaran, peneliti juga melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan observasi dan dengan memberikan kuesioner berpikir kritis kepada siswa setelah proses pembelajaran siklus II selesai. Pengamatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil evaluasi 2 dan hasil dari evaluasi akhir yaitu gabungan evaluasi 1 dan evaluasi 2. Sedangkan pengamatan untuk melihat kemampuan berpikir kritis dilihat melalui data pada hasil kuesioner yang diberikan setelah siklus II dan lembar observasi untuk memperkuat data

kuesioner. Peneliti dibantu oleh teman sejawat dalam melakukan pengamatan agar lebih efisien.

4) Hasil Belajar

Hasil belajar siswa didapatkan dari nilai evaluasi yang dilakukan di akhir siklus II dan evaluasi gabungan siklus I dan silus II dengan Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) 65. Data hasil belajar siswa pada evaluasi siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini:

Tabel 4.13.Hasil Nilai Evaluasi Siklus II

Jumlah Siswa 24

Jumlah Nilai 1.836

Rata-rata 76,50

Nilai Tertinggi 95

Nilai Terendah 60

Persentase Siswa Tuntas 79%,17 (19 siswa) Persentase Siswa Tidak Tuntas 20,83% (5 siswa)

Berdasarkan tabel 4.13 jumlah keseluruhan siswa sebanyak 24 siswa didapatkan jumlah nilai 1.836 dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas III pada materi Operasi hitung campuran adalah sebesar 76,50. Ada 19 siswa dari 24 siswa (79,17%) yang mendapatkan nilai di atas KKM namun masih terdapat siswa yang belum tuntas yaitu sebanyak 5 siswa dari 24 siswa (20,83%). Data hasil nilai evaluasi siklus II secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 10.

Hasil evalusi akhir yaitu evaluasi gabungan siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.14.Hasil Nilai Evaluasi Akhir Jumlah Siswa 24 Jumlah Nilai 2061 Rata-rata 85,88 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 70

Persentase Siswa Tuntas 87,5% (21 siswa) Persentase Siswa Tidak Tuntas 12,5% (3 siswa)

Berdasarkan tabel 4.14 jumlah keseluruhan siswa sebanyak 24 siswa didapatkan jumlah nilai 2.017 dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas III pada materi Operasi hitung campuran adalah sebesar 85,88. Ada 21 siswa dari 24 siswa (87,5%) yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 3 siswa (12,5%) yang masih belum tuntas atau belum mencapai KKM. Data hasil nilai evaluasi akhir secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 13

5) Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis siswa ketika mengikuti pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk memperkuat data kuesioner pada akhir siklus II. Peneliti dibantu oleh teman sejawat dalam melakukan observasi. Tabel 4.15 merupakan hasil perhitungan pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa ketika proses pembelajaran.

Tabel 4.15.Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II Indikator

Pertemuan

Rata-rata Kategori

1 2

Skor Kategori Skor Kriteria

1. Menganalisis argumen

55

Cukup

Kritis 61 Kritis 58 Kritis

2. Mampu bertanya

55

Cukup

Kritis 61 Kritis 58 Kritis

3. Mampu menjawab pertanyaan 53 Cukup Kritis 54 Cukup Kritis 53 Cukup kritis

5. Membuat kesimpulan

54

Cukup

Kritis 62 Kritis 58 Kritis

6. Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan

59 Kritis 59 Kritis 59 Kritis

7. Keseluruhan 56

Cukup

Kritis 60 Kritis 58 Kritis

Berdasarkan tabel 4.15 terdapat rata-rata yang diperoleh dari hasil pertemuan 1 dan pertemuan 2 disetiap indikatornya. Indikator pertema pertemuan 1 didapatkan skor 55 (cukup kritis) dan pada pertemuan 2 didapatkan skor 61 (kritis). Rata-rata untuk indikator pertama didapatkan hasil 58 dengan kategori kritis. Indikator kedua pertemuan 1 didapatkan skor 55 (cukup kritis) dan pada pertemuan 2 didapatkan skor 61 (kritis). Rata-rata untuk indikator kedua didapatkan hasil 58 dengan kategori kritis. Indikator ketiga pertemuan 1 didapatkan skor 53 (cukup kritis) dan pada pertemuan 2 didapatkan skor 54 (cukup kritis). Rata-rata untuk indikator ketiga didapatkan hasil 53 dengan kategori cukup kritis. Indikator keempat pertemuan 1 didapatkan skor 58 (kritis) dan pada pertemuan 2 didapatkan skor 60,5 ( kritis). Rata-rata untuk indikator keempat didapatkan hasil 60,5 dengan kategori kritis. Indikator kelima pertemuan 1 didapatkan skor 54 (cukup kritis) dan pada pertemuan 2 didapatkan skor 62 (kritis). Rata-rata untuk indikator kelima didapatkan hasil 58 dengan kategori kritis. Indikator keenam pertemuan 1 didapatkan skor 59 (kritis) dan pada pertemuan 2 didapatkan skor 59 (kritis). Rata-rata untuk indikator keenam didapatkan hasil 59 dengan kategori kritis. Indikator secara keseluruhan pada pertemuan 1 didapatkan hasil 56 dengan katagori (cukup kritis) dan pada pertemuan ke 2 didapatkan hasil 60 dengan katagori (kritis). Rata-rata untuk

indikator keseluruhan didapatkan hasil 58 dengan katagori (kritis) Data hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis siklus 2 dapat dilihat pada lampiran 22

Peneliti juga menggunakan kuesioner untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa yang diberikan di akhir siklus II. Hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis siswa pada masing-masing indiaktor dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut:

Tabel 4.16. Hasil Kuesioner kemampuan berpikir kritis Akhir Siklus

No. Indikator

Nilai Kemampuan

Berpikir Kritis Rata-Rata

Persentase Jumlah Siswa yang Cukup

Kritis

Nilai Kriteria Σ

Siswa Persentase

1. Menganalisis argumen 81,65 Kritis 16,33 19 79,17%

2. Mampu bertanya 80,4 Kritis 8,04 20 83,33%

3. Mampu menjawab

pertanyaan 74,2

Cukup

Kritis 7,42 18 75%

4. Memecahkan masalah 81,93 Kritis 24,58 18 75%

5. Membuat kesimpulan 80,4 Kritis 8,04 20 83,33%

6.

Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan.

80,2 Kritis 16,04 18 75%

7. Keseluruhan 80,4 Kritis 80,4 19 79,16%

Berdasarkan tabel 4.16 terdapat 6 indikator beserta jumlah siswa yang mampu berpikir kritis dan persentasenya yang dimasukkan ke dalam suatu kategori. Tabel tersebut juga berisikan skor rata-rata yang diperoleh dari hasil kuesioner kondisi akhir. Indikator pertama terdapat nilai 81,65 (kritis). Indikator kedua terdapat nilai 80,4 (kritis). Indikator ketiga terdapat nilali 74,2 (cukup kritis). Selajutnya dalam katagori kritis pada indikator keempat dengan nilai 81,93. Indikator kelima didapatkan nilai 80,4 (kritis), sedangkan indikator ke enam didapatkan nilai 80,2 (kritis). Pada indikator keseluruhan didapatkan nilai sebesar 80,04 (kritis). Berdasarkan kategori dari skor rata-rata dapat disimpulkan bahwa dari keenam indikator tersebut, dikatakan kritis.

Pada kondisi akhir siklus indikator yang pertama terdapat 79,17% (cukup kritis). Indikator yang kedua terdapat 83,33% (kritis). Indikator ketiga terdapat 75% (cukup kritis). Selanjutnya masih dalam kategori cukup kritis pada indikator keempat terdapat 75%. Indikator kelima terdapat 83,33% (kritis). Indikator keenam sebanyak 75% (cukup kritis). Pada keseluruhan didapatkan rata-rata 79,16% dengan katagori (cukup kritis). Data kondisi akhir kemampuan berpikir kritis lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 20

Berdasarkan kategori dari skor rata-rata dapat disimpulkan bahwa dari keenam indikator tersebut, dikatakan kritis.

Tabel 4.17. Skor Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir No Nama Item Skor Kriteria 4 5 12 14

1 IDH 3 3 4 2 12 Tidak kritis

2 DA 2 2 2 2 8 Sangat tidak kritis

3 AV 4 4 5 5 18 Sangat kritis 4 DM 4 5 4 5 18 Sangat kritis 5 DI 5 4 4 5 18 Sangat kritis 6 SP 5 4 4 5 18 Sangat kritis 7 DTP 4 4 4 5 17 Kritis 8 LI 5 5 4 4 18 Sangat kritis

9 BFF 1 2 2 2 7 Sangat tidak kritis

10 DCSP 5 4 4 5 18 Sangat kritis

11 DSA 4 5 4 5 18 Sangat kritis

12 MD 4 5 5 4 18 Sangat kritis

13 FAS 5 5 4 4 18 Sangat kritis

14 SF 4 4 5 5 18 Sangat kritis

15 PN 4 5 4 5 18 Sangat kritis

16 NF 5 5 4 4 18 Sangat kritis

17 AAR 4 5 5 4 18 Sangat kritis

18 MKF 4 5 5 4 18 Sangat kritis 19 HP 5 5 4 4 18 Sangat kritis 20 AH 3 3 3 3 12 Tidak kritis 21 AF 4 5 5 4 18 Sangat kritis 22 AA 3 3 3 3 12 Tidak kritis 23 DNW 5 4 4 5 18 Sangat kritis

24 SAW 5 4 5 4 18 Sangat kritis

Jumlah Skor Kelas 392

Rata-rata Kelas 16,33 Kritis

Nilai Rata-rata Kelas 81,65 Kritis

Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 19

Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 79,17%

Berdasarkan tabel 4.17 terdapat jumlah skor sebesar 392 dari skor maksimal 480. Rata-rata kelas sebesar 16,33 dari rata-rata maksimal 20 dan terdapat skor 81,65 dari nilai rata-rata kelas. Kemudian 19 siswa dari 24 jumlah siswa seluruhnya yang termasuk ke dalam kriteria minimal cukup kritis atau

dengan persentase 79,17% (Cukup kritis). Kriteria indikator 1 dapat dilihat pada

tabel 3.13

Tabel 4.18. Skor Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir

No Nama Item Skor Kriteria 2 16 1 IDH 5 3 8 Kritis 2 DA 5 3 8 Kritis 3 AV 4 5 9 Sangat kritis 4 DM 3 3 6 Tidak kritis 5 DI 4 4 8 Kritis 6 SP 5 3 8 Krtis 7 DTP 5 4 9 Sangat kritis 8 LI 5 4 9 Sangat kritis 9 BFF 3 3 6 Tidak kritis 10 DCSP 4 5 9 Sangat kritis

11 DSA 5 4 9 Sangat kritis

12 MD 4 5 9 Sangat kritis

13 FAS 4 5 9 Sangat kritis

14 SF 3 5 8 Kritis

15 PN 4 4 8 Kritis

16 NF 4 5 9 Sangat kritis

17 AAR 4 5 9 Sangat kritis

18 MKF 5 4 9 Sangat kritis

19 HP 4 5 9 Sangat kritis

20 AH 3 3 6 Tidak kritis

21 AF 3 4 7 Cukup kritis

22 AA 3 2 5 Sangat tidak kritis

23 DNW 5 3 8 Kritis

24 SAW 4 4 8 Kritis

Jumlah Skor Kelas 193

Rata-rata Kelas 8,04 Kritis

Nilai Rata-rata Kelas 80,4 Kritis

Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 20

Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 83,33%

Berdasarkan tabel 4.18 terdapat jumlah skor 193 dari skor maksimal 240. Rata-rata kelas sebesar 8,04 dari rata-rata maksimal 10 dan terdapat skor 80,4 dari nilai rata-rata kelas. Kemudian terdapat 20 siswa dari 24 jumlah siswa seluruhnya

yang termasuk ke dalam kriteria minimal cukup kritis atau dengan persentase 83,33% (kritis). Kriteria indikator 2 dapat dilihat pada tabel 3.14

Tabel 4.19. Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kondisi Akhir

No Nama

Item

Skor Kriteria

7 13

1 IDH 5 2 7 Cukup kritis

2 DA 2 3 5 Sangat tidak kritis

3 AV 4 5 9 Sangat kritis 4 DM 3 4 7 Cukup kritis 5 DI 4 4 8 Kritis 6 SP 5 3 8 Kritis 7 DTP 4 5 9 Sangat kritis 8 LI 4 4 8 Kritis

9 BFF 2 3 5 Sangat tidak kritis

10 DCSP 4 5 9 Sangat kritis

11 DSA 5 4 9 Sangat kritis

12 MD 4 1 5 Sangat tidak kritis

13 FAS 4 4 8 Kritis

14 SF 4 4 8 Kritis

15 PN 4 5 9 Sangat kritis

16 NF 4 4 8 Kritis

17 AAR 4 2 6 Sangat tidak kritis

18 MKF 5 3 8 Kritis

19 HP 5 4 9 Sangat kritis

20 AH 3 2 5 Sangat tidak kritis

21 AF 1 3 4 Sangat tidak kritis

22 AA 4 4 8 Kritis

23 DNW 4 4 8 Kritis

24 SAW 4 4 8 Kritis

Jumlah Skor Kelas 178

Rata-rata Skor Kelas 7,42 Cukup kritis

Nilai Rata-rata Kelas 74,2 Cukup kritis

Jumlah Siswa yang Minimal Cukup Kritis 18

Persentase Jumlah Siswa Minimal Cukup Kritis 75%

Berdasarkan tabel 4.19 terdapat jumlah skor sebesar 178 dari skor maksimal 240. Rata-rata kelas sebesar 7,42 dari nilai rata-rata maksimal 10 dan terdapat skor 74,2 dari nilai rata-rata kelas. Kemudian terdapat 18 siswa dari 24 jumlah siswa seluruhnya yang termasuk ke dalam kriteria minimal cukup kritis

Dokumen terkait