• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Analisis Kondisi Lingkungan Kawasan Dadap-Kamal Muara, pemanfaatan dan ketergantungan daerah perikanan dari TPI Dadap dan TPI Kamal Muara

5.1.1 Kondisi lingkungan kawasan Dadap-Kamal Muara

Bertambah buruknya kualitas perairan di sekitar kawasan pantai Dadap- Kamal Muara menyebabkan aktivitas perikanan berada dalam kondisi yang kurang baik jika dilihat dari rantai sanitasi dan higienis lingkungan dalam kaitannya dengan proses produksi hasil perikanan. Beberapa aspek yang dipengaruhi adalah sumberdaya ikan, habitat atau ekosistem dimana sumberdaya ikan tersebut hidup, proses tataproduksi hasil perikanan, serta proses penanganan dan pengolahannya.

Perairan yang tercemar akan mengakibatkan semakin tidak sesuainya kondisi lingkungan tersebut dengan makhluk hidup yang biasanya tinggal di sana. Pencemaran yang melampaui batas akan menyebabkan terganggunya pematangan telur dan larva ikan; pertumbuhan larva yang tidak normal, serta mempengaruhi proses perkembangbiakan generasi makhluk tersebut selanjutnya. Lingkungan yang buruk ini juga akan mencegah mendekatnya induk untuk melakukan pemijahan.

Ekosistem perairan yang tercemar akan mengganggu kesehatan makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Makhluk hidup yang dapat bergerak bebas seperti ikan akan segera mencari perairan yang lebih baik dan subur, sementara yang tidak dapat bergerak akan mencoba beradaptasi dengan lingkungannya yang secara nyata sudah tercemar tersebut. Kerang hijau yang banyak dibudidayakan di kawasan pantai Dadap-Kamal Muara adalah sejenis makhluk hidup yang mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan perairan tercemar. Menurut Setyobudiandi (2004), kandungan Pb yang tinggi di perairan Teluk Jakarta tidak mengganggu proses metabolisme kerang hijau, meskipun kadar Pb yang tinggi pada daging kerang hijau ini (mencapai 0,9 ppm) sudah jauh di atas

ambang batas aman yang ditetapkan oleh FAO sebesar 0,05 ppm sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi.

Menjauhnya sumberdaya ikan dari perairan di sekitar pantai Dadap-Kamal Muara mengharuskan nelayan tradisional untuk mencari ikan lebih jauh ke tengah ke perairan sekitar Kepulauan Seribu. Sebagaimana juga yang dirasakan oleh nelayan yang tinggal di Kepulauan Seribu, mencari ikan dari hari ke hari semakin sulit didapat. Nelayan sudah cukup mengetahui juga mengapa beberapa jenis ikan banyak yang menghilang dari perairan mereka, namun upaya untuk ikut berusaha memperbaiki kualitas lingkungan masih belum maksimal dilakukan. Tekanan hidup yang berat telah menyebabkan upaya pelestarian ekosistem perairan bukan merupakan prioritas utama para nelayan.

Aktivitas perikanan yang dilakukan di sekitar TPI Dadap dan TPI Kamal Muara sedikit banyak berhubungan dengan kondisi perairan yang tercemar tersebut. Untuk aktivitas pencucian perahu, alat tangkap, tempat pelelangan, dan alat bantu lainnya selalu berkaitan dengan penggunaan air, baik air laut maupun air sungai. Kontaminasi dari media air ini akhirnya akan sampai juga pada ikan dan akhirnya ke konsumen.

Sebagaimana diidentifikasi oleh Suryaningrum (2003, lihat Bab 4), peningkatan pencemaran perairan pantai Dadap juga disebabkan oleh kandungan B3 dalam tanah urukan. Hal ini menunjukkan bahwa untuk proses pengurukan suatu perairan, belum dilakukan seleksi yang cermat terhadap material urukan tersebut berkaitan dengan kelestarian lingkungan.

Dilihat dari aspek oseanografi (khususnya pasang surut), keberadaan TPI Dadap dan Kamal Muara tidaklah dalam kondisi yang membahayakan. Hal ini dilihat dari tidak terjadinya abrasi di wilayah pantai disekitarnya, tetapi malah sedimentasi yang terus menerus dan memerlukan penanganan yang rutin agar alur lalu lintas kapal ikan tetap terbuka dari dan ke pelabuhan.

Sebagaimana telah disampaikan dalam Bab 4, proses gerakan massa air suatu perairan sangat dipengaruhi oleh keadaan geografis dari wilayah

perairannya. Dengan memperhatikan keadaan geografis kawasan Muara Dadap, kita dapat menduga bahwa pola arus di perairan ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut. Pola pasut di perairan ini ditentukan oleh pola pasut dari perairan yang lebih besar yaitu Laut Jawa. Pasut dari Laut Jawa itu sendiri pun bukan disebabkan oleh gaya pembangkit pasang astronomis (bulan dan matahari) melainkan oleh rambatan pasut dari Lautan Pasifik yang memasuki Laut Jawa melalui Laut Cina Selatan dan Selat Makasar (Pariwono 1985).

Pergerakan massa air secara mendatar (arus) di suatu perairan terbentuk karena beberapa faktor, seperti oleh seretan angin, pasang surut, dan perbedaan densitas air laut. Di wilayah perairan Banten, termasuk juga Teluk Dadap dan Kamal Muara, arus laut utamanya terjadi karena pengaruh angin Muson dan pasang surut. Mengingat wilayah utara Banten berada dalam sumbu utama angin Muson, arus musim yang terbentuk mengalir kearah timur selama periode musim Barat (Desember-Februari). Sebaliknya, dalam periode musim Timur (Juni- Agustus) arus musim mengalir secara dominan ke arah barat. Kecepatan arus Musim berkisar antara 20 sampai 40 cm/detik (PKSPL IPB 2004). Pasang surut yang terjadi ini berasal dari Samudera Hindia yang merambat masuk melalui perairan Selat Sunda. Sehingga secara umum arus yang ditimbulkan oleh pasang surut diperkirakan bergerak ke arah utara dalam kondisi pasang, dan sebaliknya kearah selatan dalam kondisi surut. Pengaruh kedalaman perairan lokal dan morfologi pantai dapat memodifikasi arus tersebut.

Dengan asumsi bahwa kondisi pasut di Muara Dadap dan Kamal Muara mirip dengan kondisi pasut di Tanjung Priok, maka perubahan yang terjadi di Tanjung Priok akan dialami pula oleh daerah Muara Dadap. Hasil pengukuran menunjukan bahwa kisaran pasut di Tanjung Priok adalah sekitar 1,0 m pada waktu pasang purnama, dan sekitar 0,3 m pada waktu pasang perbani. Pasang purnama adalah pasang tertinggi (dan surut terandah) yang dialami oleh suatu perairan, terjadi pada bulan purnama atau bulan mati. Kebalikan pasang purnama adalah pasang perbani, dimana kisaran pasutnya paling rendah, yang terjadi pada waktu bulan sabit (perempat pertama dan perempat ke tiga). Pada kondisi pasang purnama dan pasang perbani pada saat matahari berada dibelahan bumi utara

(bulan Juni), dan dibelahan bumi selatan (bulan Desember). Membandingkan kedua pasut pada kedua bulan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kisaran pasut terbesar di Tanjung Priok terjadi pada saat kedudukan matahari berada dibelahan bumi selatan, yaitu antara bulan Oktober hingga Februari. Keadaan ini baik berlaku pada waktu pasang purnama maupun ketika pasang perbani. Pengaruh utama yang ditimbulkannya pada kecepatan arus di Perairan Teluk Jakarta. Arus pasut di perairan ini akan relatif lebih deras ketika matahari berada pada belahan bumi selatan dibanding ketika berada dibelahan bumi utara.

Proses reklamasi yang dilakukan di Pantai Dadap dan akan dilakukan juga di pesisir Jakarta Utara dipastikan akan menimbulkan beberapa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya, sebagaimana direncanakan oleh para pengembang dan juga pemerintah, untuk Pemda Tangerang dan masyarakat Dadap antara lain: (1) Pembangunan fasilitas umum, seperti prasarana dan sarana transportasi dan

komunikasi;

(2) Penciptaan kegiatan ekonomi dan lapangan kerja; (3) Pendapatan pemerintah

Untuk Pemkot dan masyarakat Jakarta Utara dampak positif dari kegiatan reklamasi yang akan dilakukan adalah:

(1) pembangunan kegiatan industri; (2) fasilitas kegiatan pariwisata; (3) perkantoran

(4) pusat bisnis;

(5) sarana transportasi; dan

(6) perumahan penduduk untuk 750. 000 – 1,9 juta jiwa.

Dalam setiap kegiatan pembangunan, para perencana hampir selalu lebih menonjolkan berbagai target positif yang akan dapat dicapai dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya dampak negatif. Meskipun dampak positif yang akan dicapai tersebut ternyata tidak atau hanya sedikit dinikmati oleh masyarakat di sekitar proyek tersebut. Hal ini masuk akal karena tanpa dampak positif, mustahil suatu program pembangunan dapat dibiayai. Hanya saja, cukup banyak program pembangunan yang sekarang dilakukan lebih mengarah pada keuntungan ekonomi semata, artinya dampak positif hanya bagi segelintir orang dan untuk jangka