• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Dalam dokumen Prosiding SEMNAS MIPA UNSRI 2014 (Halaman 180-187)

Pengukuran parameter fisika dan kimia dilapangan berupa turbiditas, suhu, salinitas, daya hantar li- strik, pH dan oksigen terlarut. Dari pengolahan data diperoleh grafik hubungan antara parameter fisika dan kimia air terhadap kedalaman. Adapun hasil pengolahan data dapat dilihat sebagai berikut:

Siti N. dkk./ Karakteristik Parameter Fisika dan Kimia Air di Sungai Komering

Suhu

Salinitas

Daya Hantar Listrik (DHL)

Siti N. dkk./ Karakteristik Parameter Fisika dan Kimia Air di Sungai Komering

164 Prosiding Seminar Nasional MIPA 2014, Palembang 2 Oktober 2014

Oksigen Terlarut (DO)

Pembahasan Turbiditas

Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan harga turbiditas pada saat pasang lebih besar dibandingkan waktu surut. Pada saat pasang nilai turbiditas lebih besar terdapat pada lokasi 3 yaitu berkisar antara 25,37 ftu – 28 ftu dengan rata-rata 26,20 ftu dari permukaan hingga kedalaman 3 m, hal tersebut kare- na kondisi perairan yang lebih dangkal, oleh karena itu kekeruhan disebabkan air mengandung begitu banyak partikel suspensi sehingga merubah bentuk tampilan menjadi berwarna kotor. Lokasi 1 memi- liki nilai turbiditas tinggi sebesar 23,85 ftu – 24,23 ftu dengan rata-rata 23,97 pada kedalaman 9 m, karena lokasi 1 merupakan daerah industri PLN dan PT. Pertamina. Kekeruhan didaerah muara juga disebabkan oleh turbelensi dan pengangkutan sedimen dari daratan. Selain itu juga, dilihat dari tingkat warna perairan ini cukup baik yang menandakan mineral tanah tidak tersebar didalamnya sehingga kecerahan akan bertambah dan tumbuhan dibawah air dapat menerima cukup cahaya. Sedangkan un- tuk lokasi 2 nilai turbiditas lebih rendah yaitu 17,39 ftu – 20,29 ftu nilai rata-ratanya 18,87 ftu, hal ini disebabkan karena lokasi 2 merupakan daerah pemukiman penduduk.

Pada Gambar 4.2 menunjukkan grafik turbiditas terhadap kedalaman pada kondisi surut. Nilai tur- biditas lebih besar juga terdapat pada lokasi 3 dengan rentang 24,70 ftu – 26,34 ftu dan memiliki rata- rata 25,58 ftu dari permukaan sampai kedalaman 3,8 m. Kemudian di lokasi 2 pada kedalaman 8 m mengalami penurunan nilai berkisar antara 16,95 ftu – 19,58 ftu dengan rata-rata 18,01 ftu. Sedang- kan pada saat di lokasi 1 nilai turbiditas meningkat pada kedalaman 8,3 m sebesar 22,87 ftu – 23,43 ftu nilai rata-ratanya 23,20 ftu.

Suhu

Suhu perairan Sungai Komering yang diukur dalam penelitian ini berkisar antara 27,07°C - 28 °C. Suhu terendah pada kondisi pasang berada pada lokasi 1 (Sungai Komering) yaitu berkisar antara 27,22 °C - 27,32 °C dengan nilai rata-rata 27,26 °C dari permukaan hingga kedalaman 8 m, hal ini disebabkan karena pada lokasi 1 merupakan daerah industri yang digunakan sebagai medium pendin- gin proses industri, sehingga air pendingin tersebut setelah digunakan akan mendapat panas dari ba- han yang didinginkan. Sedangkan nilai tertinggi terdapat pada lokasi 2 (Sungai Pinang) sebesar 27,87 °C - 28 °C nilai rata-ratanya 27,93 °C dari permukaan hingga kedalaman 8,5 m. Kenaikan suhu pada perairan lokasi ini disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi di sepanjang perairan yang menye- babkan penetrasi cahaya matahari pada daerah ini masuk kedalam badan perairan lebih banyak dari- pada lokasi lainnya, karena pada lokasi 2 ini merupakan daerah pemukiman penduduk.

Pada kondisi surut nilai suhu terendah berada pada lokasi 1 (Sungai Komering) berkisar antara 27,07 °C - 27,20 °C nilai rata-rata 27,26 °C dari permukaan sampai kedalaman 8 m. Sedangkan nilai tertinggi terdapat pada lokasi 3 (Sungai Air Hitam) yaitu berkisar antara 27,25 °C - 27,50 °C nilai ra- ta-rata 27,60 °C dari permukaan hingga kedalaman 8 m.

Siti N. dkk./ Karakteristik Parameter Fisika dan Kimia Air di Sungai Komering

Salinitas merupakan tingkat keasinan kadar garam yang terlarut dalam air. Berdasarkan Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa grafik salinitas terhadap kedalaman pada saat kondisi pasang lokasi 1 dan lokasi 3 memiliki harga salinitas yang lebih besar. Lokasi 1 memiliki nilai turbiditas sebesar 0,02582 psu – 0,02595 psu, dengan nilai rata-rata 0,02587 psu di kedalaman sekitar 8,2 m, hal ini terjadi karena lo- kasi 1 dekat dengan muara Sungai Komering. Sedangkan pada lokasi 3 memiliki nilai salinitas tinggi disebabkan letak lokasinya tidak jauh dari daratan, karena kadar garam berasal dari batu-batuan yang terdapat didaratan kemudian mengalami pelapukan akibat panas dan hujan sehingga larut dalam air. Nilai salinitasnya yaitu sebesar 0,0252 psu – 0,02551 psu dan nilai rata-ratanya 0,025324 psu. Lokasi 2 memiliki nilai salinitas yang lebih rendah yaitu 0,02406 psu – 0,02427 psu, dengan rata-rata 0,0242 psu karena disekitar lokasi 2 terdapat daerah pemukiman, yang mana semua aktivitasnya dilakukan disungai.

Harga salinitas yang lebih besar pada kondisi surut berdasarkan Gambar 4.6 sama dengan kondisi pasang yaitu terdapat pada lokasi 1 dan lokasi 3. Pada lokasi 1 nilai salinitasnya berkisar antara 0,02506 psu – 0,02533 psu dengan rata-rata 0,025117 psu. Kemudian untuk lokasi 3 yaitu 0,0254 psu

– 0,02543 psu, rata-rata nilainya 0,02528 psu. Sedangkan nilai salitas yang rendah juga terdapat pada lokasi 2 yaitu 0,0239 psu – 0,241 psu dengan rata-rata 0,0239 psu.

Daya Hantar Listrik (DHL)

DHL merupakan kemampuan air untuk menghantarkan aliran listrik. Pada suatu perairan, salinitas sangat berpengaruh dengan DHL, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi pada suatu perairan, maka nilai DHL semakin tinggi, kondisi pasang nilai DHL yang lebih besar terdapat pada lokasi 1 dan lokasi 3. Pada lokasi 1 nilai DHL adalah 0,0401 ms/cm – 0,04056 ms/cm dengan rata-rata 0,04025 ms/cm, untuk lokasi 3 memiliki nilai DHL sebesar 0,0384 ms/cm – 0,0391 ms/cm dan nilai rata-ratanya yaitu 0,038661 ms/cm. Sedangkan pada lokasi 2 memiliki nilai DHL yang ren- dah yaitu sebesar 0,0363 ms/cm – 0,03653 ms/cm dengan rata-rata 0,03639 ms/cm.

Perairan Sungai Komering pada saat kondisi surut, nilai DHL yang lebih besar juga terdapat pada lokasi 1 dan lokasi 3. Lokasi 1 kondisi surut adalah 0,0382 ms/cm – 0,0386 ms/cm dengan rata-rata 0,0383 ms/cm, untuk lokasi 3 berkisar antara 0,0383 ms/cm - 0,039 ms/cm nilai rata-ratanya 0,0386 ms/cm. Kemudian untuk nilai DHL yang lebih rendah yaitu terdapat pada lokasi 2 sebesar 0,035 ms/cm – 0,0362 ms/cm.

pH

pH merupakan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan yang menunjukkan kandungan ion hi- drogen (H+) didalamnya. Dari Gambar 4.9 mununjukkan bahwa nilai pH pada saat pasang memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan pada waktu surut. Pada saat pasang lokasi 1 memiliki nilai pH berkisar antara 10,12 – 10,26 dengan rata-rata 10,20, hal ini disebabkan lokasi 1 merupakan daerah industri yang digunakan untuk pembuangan limbah. Pada lokasi 2 memiliki nilai pH yang rendah yai- tu 10,09 – 10,31 dengan rata-rata 10,13, karena lokasi 2 merupakan daerah pemukiman penduduk yang biasanya semua aktivitas dilakukan sungai dan digunakan untuk pembuangan limbah rumah tangga serta untuk mencuci pakaian, hal inilah yang dapat merubah nilai pH.

Pada saat kondisi surut nilai pH yang lebih besar terdapat pada lokasi 3 yaitu sebesar 9,84 – 10,15 dengan rata-rata 10,05 dipermukaan hingga kedalaman 4 m, disekitar lokasi 3 ini terdapat daerah per- kebunan. Sedangkan pada lokasi 1 memiliki nilai pH yang lebih rendah, yaitu sekitar 8,99 – 9,73 yang nilai rata-ratanya 9,54 karena lokasi 1 merupakan daerah industri. Besar dan kecilnya nilai pH di pe- rairan Sungai Komering ini juga dipengaruhi oleh pasang surut air.

Oksigen Terlarut (DO)

Berdasarkan pada Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa nilai DO pada kondisi pasang lebih besar diban- dingkan dengan kondisi surut. Nilai DO yang lebih besar pada kondisi pasang terdapat pada lokasi 3 yaitu 4,59 sat% - 4,70 sat% dengan rata-rata 4,65 sat%, hal ini disebabkan pada lokasi 3 merupakan daerah perkebunan dan disekitar sungai ditanami eceng gondok. Fotosintesis eceng gondok banyak menghasilkan oksigen maka konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan meningkat, kemudian lokasi 3 ini juga jauh dari aliran pembuangan limbah industri. Nilai DO yang lebih rendah terdapat pada lo-

Siti N. dkk./ Karakteristik Parameter Fisika dan Kimia Air di Sungai Komering

166 Prosiding Seminar Nasional MIPA 2014, Palembang 2 Oktober 2014

kasi 1 karena pada lokasi 1 merupakan daerah industri PLN dan PT. Pertamina, kemudian pada saat penelitian kondisi cuaca sedang hujan sehingga air menjadi keruh dan terjadi pergolakan air dari ali- ran yang cukup deras. Nilai DO lokasi 1 pada kondisi pasang adalah 4,37 sat% - 4,52 sat% dengan rata-rata 4,416 sat%.

Pada saat kondisi surut nilai DO perairan Sungai Komering yang lebih besar juga terdapat pada lo- kasi 3 yaitu sebesar 4,33 sat% - 4,72 sat% dengan nilai rata-rata 4,53 sat%. Sedangkan nilai DO yang lebih rendah juga terdapat pada lokasi 1 yaitu 1,88 sat % - 3,62 sat% dengan rata-rata 2,96 sat%. Be- sar dan kecilnya nilai DO perairan ini disebabkan sama seperti pada saat kondisi pasang.

4

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu perairan Sungai Komering pada saat pasang yaitu ber- kisar antara 27,26 °C – 27,93 °C, turbiditas 18,87 ftu – 26,20 ftu, salinitas 0,024 psu – 0,0258 psu, daya hantar listrik (DHL) 0,036 ms/cm – 0,040 ms/cm, pH 10-13, dan nilai kandungan oksigen terla- rut (DO) sebesar 4,41 sat% - 4,65 sat%. Sedangkan pada waktu surut nilai suhu perairan Sungai Ko- mering yaitu 27,26 °C – 27,93 °C, turbiditas 18,01 ftu – 25,58 ftu, salinitas 0,023 psu – 0,025 psu, daya hantar listrik (DHL) 0,035 ms/cm – 0,038 ms/cm, pH 9,54 – 10,05, dan kandungan oksigen ter- larut (DO) 2,96 sat% - 4,53 sat%.

Kualitas perairan Sungai Komering masih memungkinkan digunakan untuk perikanan, sesuai den- gan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1990 tentang pengendalian pencema- ran air.

Air Sungai Komering sebaiknya tidak digunakan untuk air minum, karena nilai pH sudah menca- pai batas maksimum baku mutu air.

REFERENSI

[1]Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

[2]Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius. [3]

Hadi, A. 2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: Gramedia.

[4]Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2010. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Ta- hun 2010 Tentang Tata Laksan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.

[5]Mahida, U.N. 1981. Water Pollution and Disspossal of Waste Water on Land. Mc Graw Hill. Publishing Company Limited. Environmental

[6]Mahida, U.N. 1986. Pencemaran dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: Rajawali Press. [7]Mulyanto, H.R. 2007. Fungsi Sungai dan Sifatsifatnya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

[8]Odum, E. P. 1996. DasarDasar Ekologi. Terjemahan Samingan T. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

[9]Tan, K. H. 1991. Dasar-dasar kimia tanah. Terjemahan Geonadi. D.H. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Bidang Kajian

Kandungan Cr Total pada Sedimen

Dalam dokumen Prosiding SEMNAS MIPA UNSRI 2014 (Halaman 180-187)