• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Penerapan Listrik DC dan AC

Dalam dokumen Prosiding SEMNAS MIPA UNSRI 2014 (Halaman 163-172)

Sugiarti

Pendidikan Fisika Universitas PGRI Palembang; Telp: +6285268881952 E-mail: sugiarti_alatiq@ymail.com

Abstrak: Penelitian ini adalah bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran fisika

berbasis guided inquiry dengan aplikasi moodle yang valid, mudah dilaksanakan dan efektif. Perang- kat pembelajaran dikembangkan menggunakan model 4D dengan model uji coba One Group Pretest- Posttest Design, dengan menggunakan satu kelompok subyek. Uji coba perangkat pembelajaran dila- kukan pada tahun ajaran 2013/2014 kepada siswa kelas X SMAN 15 Surabaya. Pengumpulan data menggunakan tiga teknik, yaitu observasi, tes, dan angket sedangkan analisis data menggunakan ana- lisis validitas perangkat, serta analisis hasil ujicoba perangkat. Hasil validitas perangkat pembelajaran menunjukkan perangkat pembelajaran valid untuk diimplementasikan, meliputi: (a) RPP berkategori baik dan reliabel, (b) LKS berkategori baik dan reliabel, (c) BAS berkategori baik dan reliabel, (d) LP untuk THB produk, THB proses, THB psikomotor berkategori baik dan reliabel. Persentase ke- terlaksanaan RPP sebesar 100% berkategori baik. Selain itu, efektivitas perangkat pembelajaran baik, yaitu: (a) aktivitas belajar siswa berkategori tinggi dan hanya sedikit siswa yang berperilaku tidak re- levan, (b) respon siswa terhadap pembelajaran positif, dan (c) Hasil belajar kognitif produk, proses dan psikomotor siswa menunjukkan ketuntasan KKM. Berdasarkan hasil temuan di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran fisika berbasis guided inquiry dengan aplikasi moodle layak diimplementasikan untuk menuntaskan hasil belajar siswa di SMAN 15 Surabaya.

Kata kunci: pembelajaran fisika, guided inquiry, moodle, SMAN 15 Surabaya

1

PENDAHULUAN

eknologi informasi dan komunikasi telah berkembang seiring dengan globalisasi, sehingga inte- raksi dan penyampaian informasi akan berlangsung dengan cepat. Kemajuan teknologi digital berdampak besar terhadap segala bidang, termasuk pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses akademik yang tujuannya untuk meningkatkan nilai sosial, budaya, moral dan agama, serta memper- siapkan pembelajar menghadapi tantangan dan pengalaman dalam kehidupan nyata. Banyak upaya yang telah dilakukan pihak terkait untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dalam pembelajaran di kelas. Di antaranya dengan menerapkan variasi beberapa model, metode dan pendekatan pembelajaran sampai melengkapi sarana pembelajaran yang berbasis e-learning.

The idea of web-based virtual laboratories is not new (Hoffman, 1994; Potter,1996; Preis, 1997 dalam Tejedor, Martinez and Vidaurre, 2008). Salah satu solusi yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kompleks adalah melalui visualisasi konsep-konsep fisika yang dikemas dalam bentuk multimedia interaktif yang dapat disajikan secara offline ataupun online menggunakan teknologi internet. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan mul- timedia interaktif pada pembelajaran di antaranya adalah proses pembelajaran dapat berjalan lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, proses belajar mengajar dapat dila- kukan di mana dan kapan saja, serta kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan (Heinich, 1996).

Moodle adalah paket perangkat lunak yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet dan situs yang menggunakan prinsip social constructionist pedagogy. Moodle merupakan singkatan dari Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis den- gan menggunakan model berorientasi objek atau merupakan paket lingkungan pendidikan berbasis web yang dinamis dan dikembangkan dengan konsep berorientasi objek (Rice and Smith, 2010).

Moodle (Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment) adalah software yang meru- pakan salah satu aplikasi dari konsep dan mekanisme belajar mengajar yang memanfaatkan teknologi

T

Sugiarti /Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Guided Inquiry ...

146 Prosiding Seminar Nasional MIPA 2014, Palembang 2 Oktober 2014

informasi, yang dikenal dengan konsep e-learning. Moodle dapat digunakan secara bebas sebagai produk sumber terbuka (open source) di bawah lisensi General Public License dan dapat didownload secara gratis dari www.moodle.org. Aplikasi Moodle dikembangkan pertama kali oleh Martin Dou- giamas pada Agustus 2002 dengan Moodle Versi 1.0 dan merupakan program open source yang pal- ing terkenal di antara program-program e-learning yang ada (Amiroh, 2012).

Gambar 1. e-learning menggunakan aplikasi moodle SMA Negeri 15 Surabaya; Sumber: http://202.154.56.82/moodle/course/category.

Moodle dapat digunakan untuk membangun sistem dengan konsep e-learning (pembelajaran seca- ra elektronik). Berbagai bentuk materi pembelajaran dapat dimasukkan dalam aplikasi moodle ini. Berbagai sumber dapat ditempelkan sebagai materi pembelajaran. Naskah tulisan yang ditulis dari aplikasi pengolah Microsoft word, materi persentasi yang berasal dari Microsoft Power Point, Anima- si Flash, percobaan virtual seperti PhET dan bahkan materi dalam format audio dan video dapat di- tempelkan sebagai materi pembelajaran, sehingga dapat memudahkan siswa untuk melakukan proses inkuiri seperti, mencari informasi, melakukan percobaan, mengumpulkan data, serta berlatih untuk menyelesaikan soal pada link yang telah ditautkan pada aplikasi moodle.

Berikut ini beberapa aktivitas pembelajaran yang didukung oleh moodle menurut Lee Stocker (2011) adalah sebagai berikut:

1. Assignment: Fasilitas ini digunakan untuk memberikan penugasan kepada peserta pembelajaran secara online. Peserta pembelajaran dapat mengakses materi tugas dan mengumpulkan hasil tugas mereka dengan mengirimkan file hasil pekerjaan mereka.

2. Forum & chat: Sebuah forum diskusi secara online dapat diciptakan dalam membahas suatu materi pembelajaran. Antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat membahas topik-topik belajar da- lam suatu forum diskusi.

3. Kuis: Dengan fasilitas ini memungkinkan untuk dilakukan ujian ataupun test secara online.

4. Database Activity: Dengan aktifitas ini, guru dan/atau siswa dapat membuat, melihat dan mencari bank data mengenai topik apapun.

5. Glossary: Pada aktivitas ini, pererta dapat membuat kumpulan/daftar pengertian-pengertian kata, seperti kamus.

6. Link to Files or web pages: Dengan resource ini, guru dapat membuat link ke halaman web atau- pun file lain yang ada di internet.

Adapun fitur moodle yang digunakan pada aktivitas pembelajaran pada penelitian ini adalah as- signment yang digunakan untuk memberikan tugas LKS yang dapat diunduh dan diunggah oleh siswa, glossary, yaitu kumpulan istilah-istilah, link files or web pages, yaitu link yang menghubungkan ma- teri ajar, video dan simulasi pada halaman web, dan kuis, yaitu test hasil belajar produk yang dilaku- kan secara online.

Sugiarti /Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Guided Inquiry ...

Metode pembelajaran yang mampu menggiatkan siswa untuk berfikir secara aktif dan kreatif di da- lam proses pembelajaran salah satunya adalah metode pembelajaran inkuiri. Metode pembelajaran inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, terma- suk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan (Gulo, 2002). Salah satu metode pembelajaran inkuiri yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran fisika adalah metode pembela- jaran inkuiri terbimbing berbantuan multimedia didasarkan atas landasan berpikir pendekatan kon- truktivisme, yaitu konsep pembelajaran di mana guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat membe- rikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Trianto, 2007).

Inkuiri merupakan pusat pembelajaran ilmu pengetahuan. Ketika terlibat dalam penyelidikan, siswa menggambarkan benda dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, membangun penjelasan, menguji penjelasan terhadap pengetahuan ilmiah saat ini, dan mereka mengkomunikasikan idenya kepada orang lain. Mereka mengidentifikasi asumsi mereka, menggunakan pemikiran kritis dan logis, dan mempertimbangkan penjelasan alternatif (National Research Council, 2000).

Menurut National Research Council (2001), tahapan pembelajaran inkuiri terdiri dari lima fase se- perti yang ditunjukkan Tabel 2.1 berikut:

Tabel 1. Fase-Fase Pembelajaran Inkuiri

Fase Pembe-

lajaran Kegiatan Siswa

Fase I

Siswa dilibatkan pada pertanyaan-pertanyaan, peristiwa atau ilmiah. Hal ini berkaitan den- gan apa yang telah mereka ketahui, menciptakan ketidakseimbangan antara ide-ide mereka sendiri, dan/atau memotivasi belajarnya.

Fase II

Siswa mengeksplorasi ide-ide melalui pengalaman langsung, merumuskan dan menguji hipotesis, memecahkan masalah dan memberikan penjelasan tentang apa yang telah mereka observasi.

Fase III

Siswa menganalisis dan menafsirkan data, mensintesis ide-ide mereka, membuat model- model, dan mengklarifikasi konsep dan penjelasan dengan bantuan guru dan sumber penge- tahuan ilmiah yang lain.

Fase IV Siswa memperluas pengetahuan dan kemampuan baru mereka dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari pada situasi yang baru.

Fase V Siswa bersama guru, meninjau ulang dan menilai apa yang telah mereka pelajari.

Sumber: National Research Council (2001: 25)

Menurut Flick and Lederman (2006) teknologi dapat menjadi alat handal yang dapat membantu siswa untuk terlibat di dalam proses inkuiri. Teknologi juga dapat memudahkan siswa untuk mem- bangun pemahaman konsep pengetahuan dan proses inkuiri. Hal tersebut senada dengan pendapat Coffman (2009) bahwa, kegiatan inkuiri berbasis web adalah strategi yang baik untuk menggabung- kan internet ke dalam kurikulum. Ini memberikan pedoman struktur dan spesifik untuk memastikan bahwa guru tetap fokus pada siswa belajar dan proses inkuiri. Pada saat yang sama, mengajarkan sis- wa keterampilan penyelidikan yang baik, seperti bertanya dan mencari informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan. Salah satu alasan inkuiri berbasis web sangat bermanfaat adalah kesempa- tan bagi pertanyaan yang akan terjalin baik untuk standar peristiwa belajar dan kehidupan nyata, ma- salah, sumber informasi dan data.

Menurut Brickman (2009) membedakan pembelajaran inkuiri berdasarkan peran serta guru atau kebebasan siswa dalam melakukan kegiatan inkuiri. Pembelajaran inkuiri dapat dibedakan menjadi empat level, yaitu level (0) adalah inkuiri konfirmasi, level (1) adalah inkuiri terstruktur, level (2) adalah inkuiri terbimbing, dan level (3) adalah inkuiri terbuka seperti pada Tabel 2.

Sugiarti /Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Guided Inquiry ...

148 Prosiding Seminar Nasional MIPA 2014, Palembang 2 Oktober 2014

Tabel 2. Level Inquiry dan Karakteristik Pembelajaran Proses

Level yang terlibat dalam Guru dan Siswa Perumusan Masalah Perumusan Prosedur

Perumusan Solusi

Level 0: confirmation/verification Guru Guru Guru

Level 1: structured inquiry (inkuiri tipe I) Guru Guru Siswa

Level 2: guided inquiry (inkuiri tipe II) Guru Siswa Siswa

Level 3: open inquiry Siswa Siswa Siswa

(Diadaptasi dari Brickman, 2009)

Metode pembelajaran inkuiri terbimbing adalah metode mengajar yang memberikan pengalaman belajar langsung, melibatkan aktivitas dan mengajak siswa untuk melakukan kegiatan percobaan be- rupa penemuan yang dapat membantu siswa memahami konsep fisika (Panasan & Nuangchalerm, 2010). Dengan pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat mengatasi kesulitan belajar siswa (Nuangchalerm & Thammasena, 2009).

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Buchori dalam Trianto, 2008). Seperti kita ketahui bahwa kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin meningkat, hal tersebut hendaknya diiringi dengan pengetahuan terkait efisiensi energi listrik sehingga kesadaran untuk hemat energi semakin tinggi. Akan tetapi, kenya- taannya di masyarakat masih banyak yang belum tahu jika menghidupmatikan peralatan listrik yang menggunakan arus listrik bolak-balik (alternating current) seperti tv, kulkas, ac dan magic jar dalam kuantitas yang tinggi dan jangka waktu yang sebentar secara berulang akan berdampak pada pema- kaian energi yang semakin besar. Sehingga setelah mempelajari materi penerapan listrik DC dan AC diharapkan siswa dapat menerapkan kebiasaan yang baik, terutama agar dapat lebih efisien dalam penggunaan energi listrik.

Materi penerapan listrik DC dan AC akan menjadi lebih menarik dan bermakna jika menggunakan media dan simulasi, baik secara real maupun virtual yang dihubungkan dengan penomena kehidupan sehari-hari dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru pengampu mata pelajaran fisika di SMA Negeri 15 Surabaya, guru masih jarang menggunakan media e-learning, hal tersebut sesuai denGgan hasil analisis angket yang diberi- kan pada siswa yaitu siswa tidak pernah menggunakan e-learning dengan aplikasi moodle pada pela- jaran fisika dan metode ceramah adalah metode yang paling mendominasi pada saat kegiatan proses belajar mengajar. Sementara itu dalam KTSP 2006 untuk materi penerapan listrik DC dan AC, inter- net merupakan sumber belajar yang dapat digunakan pada proses belajar karena banyak informasi ba- ru yang bisa kita dapatkan dan menurut (Flick and Lederman, 2006) teknologi dapat menjadi alat handal yang dapat membantu siswa terlibat di dalam proses inkuiri.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah validitas perangkat pembelajaran fisika berbasis guided inquiry dengan aplikasi

moodle yang dikembangkan?

2. Bagaimanakah keterlaksanaan RPP selama proses pembelajaran fisika berbasis guided inquiry dengan aplikasi moodle?

3. Bagaimanakah efektivitas perangkat pembelajaran fisika berbasis guided inquiry dengan aplikasi moodle yang dikembangkan?

Rumusan masalah tersebut diuraikan menjadi rumusan masalah khusus sebagai berikut:

a. Bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran fisika berbasis guided inquiry dengan aplikasi moodle?

b. Bagaimana respon siswa setelah proses pembelajaran fisika berbasis guided inquiry dengan aplikasi moodle?

c. Bagaimana hasil belajar produk, proses dan psikomotor setelah diterapkan proses pembelajaran fisika berbasis guided inquiry dengan aplikasi moodle?

Sugiarti /Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Guided Inquiry ...

d. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi selama proses pembelajaran fisika berbasis guided

inquiry dengan aplikasi moodle dan bagaimana alternatif solusinya?

2

METODE

Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan (developmental research) karena mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis guided inquiry dengan aplikasi moodle pada siswa SMA Negeri 15 Surabaya. Perangkat yang dikembangkan adalah RPP, BAS, LKS, dan LP.

Pengembangan perangkat dalam penelitian ini menggunakan model 4 D terdiri dari tahap pendefi- nisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan penyebaran (disseminate) (Thia- garajan & Semmel, Semmel, 1974: 5). Pada penelitian ini hanya dilakukan hingga pada tahap pen- gembangan (develop).

Desain ujicoba perangkat pembelajaran dalam pengembangan perangkat ini menggunakan model pre eksperimen One Group Pretest-Posttest Design. Sebelum melaksanakan pembelajaran dilaksana- kan tes awal (pretest) O1, dan setelah melaksanakan pembelajaran guided inquiry dengan aplikasi moodle dilakukan tes akhir (posttest) O2.

Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan: O1 = tes awal (pretest), O2 = tes akhir (posttest), X = pembelajaran Guided Inquiry dengan aplikasi moodle

Variabel yang diamati dalam penelitian adalah (1) Validitas perangkat pembelajaran fisika berbasis guided inquiry dengan aplikasi moodle yang dikembangkan (2) Keterlaksanaan RPP selama proses pembelajaran fisika berbasis guided inquiry dengan aplikasi moodle (3) Efektivitas perangkat pembe- lajaran yang dikembangkan ditinjau dari beberapa aspek, yaitu aktivitas siswa, respon siswa, hasil belajar produk, proses dan psikomotor, dan kendalah-kendala yang dihadapi selama proses pembelaja- ran.

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dihasilkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, buku siswa dan LKS, tes belajar proses, produk dan psikomotor yang telah divalidasi oleh tiga validator dan telah dilakukan ujicoba I dan II di SMA Negeri 15 Surabaya pada siswa kelas X.

Validitas Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan alat utama yang diperlukan guru dalam melaksanakan pembelaja- ran. Nur (2012) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran ada- lah tersedianya perangkat pembelajaran yang berkualitas. Hasil validasi perangkat pembelajaran yang dikembangkan ditentukan berdasarkan penilaian RPP, Buku Siswa, LKS, dan LP yang secara umum bernilai baik. Sebelum menerapkan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan pada uji coba I dan II, peneliti melakukan validasi perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada tiga vakar yang kompeten di bidang fisika supaya perangkat pembelajaran yang dikembangkan sesuai dan layak digu- nakan serta untuk mengetahui reliabilitas perangkat.

Hasil validasi dari ketiga validator menunjukkan bahwa rata-rata nilai ketiga validator tiap

komponen maupun keseluruhan komponen adalah 4,0<SV≤5,0, sehingga katagori tiap komponen

maupun seluruh komponen adalah sangat valid (Ratumanan & Laurens, 2006). Hasil penilaian RPP meliputi aspek identitas, tujuan, kesesuaian model pembelajaran, sarana dan prasarana, langkah pembelajaran, dan evaluasi berkategori baik dengan reliabilitas 100% dan rata-rata 4,1. Hasil penilaian buku siswa yang terdiri dari pendahuluan isi, karakteristik, penjabaran isi dan penutup juga berkatagori baik dengan rata-rata 4 dan reliabilitas 95,1%, begitu juga dengan LKS mendapat katagori baik dengan reliabilitas penilaian 100%. Validitas isi, bahasa dan penulisan pada lembar penilaian

Sugiarti /Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Guided Inquiry ...

150 Prosiding Seminar Nasional MIPA 2014, Palembang 2 Oktober 2014

berkatagori sangat baik dengan reliabilitas penilaian 99% dan rata-rata 4,5. Hasil reliabilitas penilaian RPP, Buku Siswa, LKS, dan LP sebagai perangkat pembelajaran yang digunakan dikatakan reliabel

jika ≥ 75% (Borich, 1994). Jadi, hasil validasi perangkat pembelajaran yang dikembangkan semuanya termasuk katagori reliabel.

Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pada uji coba I pengamatan keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan Instru- men 2 dan setiap pertemuan didapatkan reliabilitas instrumen di atas 0.75%. Hal ini berarti bahwa instrumen 2 dikatagorikan instrumen yang baik dan dapat digunakan dalam kegiatan pengamatan ke- terlaksanaan pembelajaran (Sugiarti, 2013). Oleh karena itu pada uji coba II digunakan Instrumen 2 untuk mengamati keterlaksanaan rencana pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan keterlaksa- naan RPP pada uji coba II diperoleh bahwa persentase keterlaksaan RPP adalah 100%, guru dalam melaksanakan pembelajaran Fisika berbasis guided inquiry menggunakan aplikasi moodle telah me- laksanakan aspek pendahuluan, kegiatan inti dan penutup serta pengelolaan waktu dan pengelolaan suasana kelas dengan katagori baik. Rekapitulasi hasil pengamatan keterlaksanaan rencana pelaksa- naan pembelajaran ditunjukkan melalui Gambar 1 berikut:

Gambar 2 Diagram rata-rata skor pengamatan keterlaksanaan RPP tiap aspek

Efektivitas Perangkat Pembelajaran

Efektivitas perangkat pembelajaran penelitian ini terdiri dari aktivitas siswa, respon siswa, tes hasil belajar dan kendala.

Pengamatan aktivitas siswa dilakukan oleh dua orang pengamat menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa (Instrumen 3) seperti yang telah digunakan pada uji coba I (Sugiarti, 2013). Oleh kare- na reliabilitas Instrumen 3 pada uji coba I diperoleh hasil di atas 75% maka instrumen ini layak digu- nakan pada uji coba II.

Aktivitas siswa terlihat pada Gambar 3, aktivitas siswa yang paling sering dilakukan pada fase pembelajaran guided inquiry adalah melakukan eksperimen dan mendengarkan penjelasan guru, yaitu sebesar 14,3% dan aktivitas yang paling rendah setelah prilaku tidak relevan adalah mempresentasi- kan hasil percobaan sebesar 3,85% karena waktu yang tidak memungkinkan sehingga setiap perte- muan hanya beberapa kelompok saja yang menampilkan hasil percobaan. Pada perhitungan rata-rata ketiga pertemuan diperoleh reliabilitas instrumen pengamatan aktivitas siswa sebesar 99,80, sehingga instrumen tersebut dinyatakan layak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.

Sugiarti /Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Guided Inquiry ...

Gambar 3 Diagram rata-rata aktivitas siswa

Keterangan:

1. Merumuskan hipotesis

2. Mengidentifikasi variabel manipulasi 3. Mengidentifikasi variabel Respons 4. Mengidentifikasi variabel control 5. Melakukan eksperimen

6. Mempresentasikan hasil percobaan 7. Mendengarkan penjelasan guru 8. Bertanya pada guru

9. Bertanya kepada teman 10.Perilaku tidak relevan

Respon siswa pada pembelajaran berbasis guided inquiry dengan aplikasi moodle 93,2% berminat, begitu juga dengan respon siswa pada tes psikomotor menurut siswa mudah, tetapi sebanyak 67,5% respon siswa yang menyatakan bahwa soal tes produk mudah artinya ada 32,% siswa yang mengang- gap bahwa soal produk sulit. Sementara itu respon siswa tentang komponen materi, buku siswa, LKS, suasana belajar, dan cara guru mengajar sebanyak 93,5% siswa yang tertarik. Sehingga dapat disim- pulkan bahwa, siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran berbasis guided inquiry yang telah dilaksanakan dan juga siswa merasa tertarik terhadap perangkat pembelajaran yang telah dikem- bangkan.

Sebelum pembelajaran, siswa diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Sete- lah mengikuti seluruh pembelajaran, siswa mengerjakan tes akhir untuk mengetahui kemampuan sis- wa setelah mengikuti KBM. Nilai yang diperoleh siswa pada tes awal dan tes akhir digunakan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir meliputi ketuntasan indikator/tujuan pembelajaran, ketuntasan individu dan klasikal, dan sensitivitas.

Terdapat satu tes akhir siswa yang belum mencapai ketuntasan indikator dengan skor ≥ 75%, se- hingga dapat disimpulkan bahwa ketuntasan indikator/tujuan pembelajaran belum mencapai 100% dikarenakan ada beberapa yang siswa masih agak kesulitan mengikuti proses pembelajaran menggu- nakan model guided inquiri dengan aplikasi moodle pada materi penerapan listrik DC dan AC. Hasil skor rata-rata terendah, yaitu 72 pada tujuan pembelajaran produk, yaitu menentukan nyala lampu berdasarkan tingkat terangnya. Pada tujuan proses siswa masih kesulitan untuk mengidentifikasi va- riabel dan definisi operasional variabel sehingga skor yang diperoleh masih rendah, sementara itu pa- da tes pesikomotor ketuntasan sangat baik dengan skor rata-rata 97,2.

Pada tes hasil belajar produk tidak ada siswa yang tuntas pada tes awal, kemudian setelah dilaku- kan kegiatan belajar mengajar pada materi penerapan listrik DC dan AC ketuntasan klasikal mencapai 97,3%. Rata-rata hasil belajar produk siswa setelah dilakukan kegiatan belajar berbasis guided inquiry dengan aplikasi moodle meningkat dari 32,8 menjadi 83,6. Hasil belajar produk siswa juga dapat dili- hat pada Gambar 4 dengan skor terendah adalah 70.

Sugiarti /Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Guided Inquiry ...

152 Prosiding Seminar Nasional MIPA 2014, Palembang 2 Oktober 2014 Gambar 4 Diagram hasil belajar produk siswa

Hasil pretest tes belajar proses menunjukkan bahwa belum ada siswa yang tuntas, siswa merasa asing dalam mengerjakan tes hasil belajar proses. Setelah dilaksanakan pembelajaran berbasis guided inquiry, hasil posttest menunjukkan bahwa semua siswa tuntas baik secara individu begitu juga secara klasikal, ketuntasan hasil belajar proses meningkat dengan nilai rata-rata dari 27,4 menjadi 89,0.

Aspek yang di nilai pada penilaian psikomotor, yaitu disediakan program e-learning dengan apli- kasi moodle dan komputer siswa dapat mengoperasikannya pada proses pembelajaran seperti membu-

Dalam dokumen Prosiding SEMNAS MIPA UNSRI 2014 (Halaman 163-172)