• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian

Dalam dokumen Perilaku Caring Perawat dan Kepuasan Pas (Halaman 38-41)

RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU : PENDEKATAN FENOMENOLOG

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang dengan rentang umur 27-46 tahun. 9 partisipan adalah perempuan dan sisanya laki-laki. Karakteristik demografi

partisipan secara lebih rinci akan dijelaskan pada tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Demografi Partisipan

Hasil penelitian ini menemukan 4 tema stres kerja yaitu penyebab, gejala, waktu, dan dampak stres kerja. masing-masing tema stres kerja terdiri dari beberapa sub tema yang berkorespondensi dengan tema. Lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.

Tema Penyebab Stres Kerja

Berbagai penyebab stres kerja ditemukan dari hasil wawancara mendalam. Beberapa kutipan partisipan yang menjelaskan tentang beberapa penyebab stres di ling- kungan ICU dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Content Analysis Stres Kerja Jenis Pelatihan yang Pernah Diikuti 1. BTCLS 2. Gawat Darurat 1. PPGD 2. BTCLS

3. Wound Care Management 1. ICU Tidak Pernah 1. ICU 1. PPGD 2. Intensive Care 1. ICU 1. ICU Tidak Pernah Tidak Pernah Masa Kerja (tahun) 2 3 8 2 26 12 8 6 4 4 Pendidikan S1 S1 D3 D3 D3 D3 D3 D3 S1 D3 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kategori

Lingkungan kerja tidak kondusif Hubungan dengan atasan yang kurang harmonis Kerja sama tim yang kurang Pembagian jadwal dinas yang tidak sesuai

Menghadapi kondisi pasien yang darurat

Keluhan dari keluarga pasien Kurang memiliki kompetensi Catatan keperawatan yang banyak Melakukan pekerjaan non keperawatan

Rasio perawat-pasien tidak sesuai Beban kerja yang lebih tinggi Masalah pribadi (keluarga) Psikologis/ emosional Fisiologis/ fisik Kognitif/ pikiran Perilaku

Awal pertama bekerja di ICU Saat kejadian tertentu yang berlangsung

Jadwal shift dinas tertentu Masalah kesehatan

Keinginan untuk keluar dari pekerjaan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 1 2 3 1 2 Tema Penyebab stres kerja Gejala stres kerja Waktu stres kerja Dampak stres kerja

Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

| 96

Stres Kerja Perawat Intensive Care Unit (ICU) RSUD Arifin Achmad Pekanbaru : Pendekatan Fenomenologii

1) Lingkungan tidak kondusif

Partisipan menyatakan bahwa lingkungan tidak kondusif sebagai lingkungan yang tidak rapi, peralatan tidak lengkap, suasana yang berhubungan dengan alam ghaib dan sistem keamanan tidak ada. Salah satu kutipan yang mencerminkan peralatan tidak lengkap yaitu:

“peralatan tidak lengkap dan juga tidak tertata dengan rapi sehingga membuat kita harus mencari ke tempat lain. Hal ini tentu akan mengakibatkan pekerjaan kita menjadi lambat dan juga m e n i m b u l k a n s t re s . ” [P7, L215-218] 2) Hubungan dengan atasan yang kurang harmonis

Partisipan menyatakan hubungan yang kurang harmonis dengan atasan disebabkan kurang kepedulian dan perhatian atasan terhadap stafnya. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan partisipan dibawah ini :

“… atasan hanya menuntut kita melakukan yang terbaik, sementara atasan sendiri tidak mengetahui bagaimana mekanisme yang terjadi sebenarnya di lapangan, tidak diperhatikan sarana prasarana di ruangan.” [P1, L73-85] 3) Kerja sama tim yang kurang

Selain itu penyebab stres kerja dinyatakan partisipan akibat kerja sama yang kurang dalam tim. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan partisipan :

“… yang menjadi beban bagi saya adalah ketika dalam 1 shift tidak saling kerja sama sehingga kerja tim menjadi tidak nyaman. Saya jadi malas kerja jika anggota tim ada yang tidak cocok. Jadinya tidak 100% konsentrasi ke pekerjaan kan!.” [P7, L68-83]

4) Pembagian jadwal dinas yang tidak sesuai

Partisipan menyatakan stres disebabkan jam kerja berlebihan dan distribusi shift kerja yang tidak sesuai. Hal ini sesuai dengan kutipan partisipan dibawah ini :

“melihat jadwal dinas aja saya udah mengeluh karena distribusi jadwal dinas yang tidak seimbang seperti dinas sore 3x berturut turut baru bertemu dinas malam. Suasana ini membuat saya bosan dan akhirnya saya merasa jenuh.” [P8, L302-384]

5) Kondisi pasien yang tidak stabil dan darurat Partisipan menyatakan bahwa stresor di ruang ICU adalah menghadapi kondisi pasien dengan hemaodina- mika menurun, menghadapi pasien sekarat, dan ketidak- pastian dalam pengobatan pasien. salah satu sub tema tersebut sesuai dengan kutipan dibawah ini:

“Stres bagi saya ketika menghadapi kondisi pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil, seperti perdarahan berat, sesak nafas, dan tekanan darah menurun.” [P3, L197-200]

6) Keluhan dari keluarga

Partisipan menyatakan bahwa complain keluarga merupakan salah satu stresor. Sebagain besar partisipan menyatakan bahwa keluarga pasien tidak dapat bekerja sama dengan partisipan. Hal ini menimbulkan perasaan kesal. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan partisipan berikut :

“Keluarga pasien bisa menjadi salah satu yang menyebabkan stres bagi saya.” [P1, L66-67] 7) Kurang memiliki kompetensi

Beberapa partisipan menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan, keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh seorang perawat ICU merupakan salah satu stresor. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan sala satu partisipan dibawah ini:

“Kalau waktu sebelum pelatihan, stres memang terjadi.” [P3, L268]

8) Catatan keperawatan yang banyak

Beberapa partisipan menyatakan bahwa dokumentasi yang harus dilakukan di ruang ICU cukup banyak, seperti status pasien, buku laporan pasien, dan lembar flip chart. Keadaan ini menyebabkan boros waktu, tenaga, dan pikiran sehingga pekerjaan utama ke pasien menjadi tidak optimal. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan dibawah ini:

Kalaupun status pasien harus diisi, laporan juga harus dibuat, flip chart harus dibuat juga, jadi yang ke pasien itu menjadi kurang, kan. Otomatis dengan catatan keperawatan yang banyak membuat kita menjadi letih karena boros waktu,

tenaga dan pikiran.” [P8, L131-146]

9) Melakukan pekerjaan non-keperawatan Partisipan menyatakan bahwa pekerjaannya tidak hanya pekerjaan perawat, tetapi juga melakukan kegiatan administrasi atau menjadi teknisi perbaikan peralatan rusak. Pekerjaan yang banyak yang dilakukan partisipan menyebabkan partisipan kurang fokus dalam bekerja. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan dibawah ini:

kenyataannya disini perawat juga yang melakukan pekerjaan administrasi. Selain itu perawat juga harus bertugas sebagai teknisi untuk memperbaiki peralatan yang rusak. Kalau perawat semua yang harus memange …, otomatis bisa tidak fokus kan!.” [P8, L150-162] 10)Rasio perawat-pasien yang tidak sesuai

Partisipan mengeluhkan bahwa jumlah perawat yang tidak sesuai standar untuk ketenagaan perawat ICU. jumlah tiap perawat dalam setiap shift sekitar 4-5 orang, sedangkan jumlah pasien sebanyak 7 orang dengan ting- kat ketergantungan total care. Keadaan ini menyebabkan partisipan kelelahan bahkan jenuh. Pernyataan ini sesuai

dengan kutipan wawancara dibawah ini:

“Tekanan yang saya rasakan disini adalah ketika saya dinas selalu dalam keadaan jumlah pasien full. Sementara tenaga yang ada hanya 4 hingga 5 orang. Kapasitas 7 bed tempat tidur dengan 4 orang perawat pastinya keteteran juga, apalagi dengan ventilator yang berjejer. Kondisi ini membuat saya capek dan akhirnya jenuh!.” [P9, L100-106]

11) Beban kerja yang lebih tinggi

Partisipan menyatakan bahwa beban kerja di ICU lebih tinggi daripada perawat di ruangan. Hal ini disebab- kan sebagian besar pasien dengan tingkat ketergantungan total, dan bahkan beberapa pasien terpasang ventilator. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan salah satu partisipan dibawah ini:

“Capek bekerja disini!. beban kerjanya terlalu banyak dengan kondisi pasien terpasang ventilator, kita harus mengangkat-angkat pasien, memandikan, mensuction. Rutinitasnya itu-itu saja.” [P9, L147-148]

12)Masalah pribadi atau keluarga

Partisipan tidak menyangkal bahwa terkadang masalah pribadi dibawa ke dalam pekerjaan. Masalah pribadi seperti anak sakit juga menyebabkan tidak fokus dalam bekerja. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan wawancara dibawah ini:

“Aku lebih stres lagi jika bekerja pada saat kondisi anak sakit. Itu yang membuat lebih stres. Anak pilek, demam, pasti akan merasa lebih stres dan tidak tenang. Sekarang kondisi anak lagi pilek dua-duanya, pasti pikiran kita kesana terus kan.” [P7, 360-369]

Tema Gejala Stres Kerja

Selanjutnya tema yang ditemukan adalah gejala stres kerja. partisipan menyatakan bahwa gejala stres yang dialami dapat berupa gejala psikologis/emosional, fisik, kognitif/ pikiran, dan perilaku.

Gejala stres kerja berupa psikologis dinyatakan partisipan adalah marah, kesal, cemas, dan takut. Hal ini sesuai dengan kutipan partisipan dibawah ini:

“Ketika awal masuk ICU saya merasa cemas karena saya disuruh merakit ventilator. Saya takut kalau alat yang dipasang itu terbalik.” [P2, L267-268]

Sedangkan gejala stres berupa fisik ditemukan bahwa partisipan pernah mengalami jantung berdetak kencang dan keringat berlebihan. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan:

“Perasaan kakak pada waktu itu jantung kakak berdetak kencang mungkin lebih dari 100. Kakak sudah stres, denyut jantung naik dan keringatan.”

[P6, L209-214]

Gejala stres berupa kognitif dinyatakan partisipan seperti kurang konsentrasi, bingung, bosan, jenuh, dan mempunyai pikiran negatif. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan partisipan berikut:

Awalnya melihat pasien itu saya merasa clingak- clinguk karena ketika lulus di RS ini saya langsung ditempatkan di ICU tanpa ada bekal sedikit pun.” [P9, L8-10]

Gejala stres yang ditemukan lainnya adalah perubahan perilaku. Partisipan menyatakan bahwa perubahan perilaku yang timbul saat mengalami stres kerja yaitu tidak bisa tidur dan berbicara kasar. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan partisipan dibawah ini:

Sangkinkan stresnya, kakak gak bisa tidur satu malam itu. Tak berhenti-hentikakakwara-wiri melihat pasiendari ujung ke ujung.[P6, L297- 298]

Tema Waktu Terjadinya Stres Kerja

Beberapa partisipan menyatakan bahwa stres kerja yang dialami oleh mereka terjadi pada saat awal pertama kali bekerja, saat kejadian sedang berlangsung, dan jadwal shift dinas tertentu. Sebagian besar partisipan menyatakan bahwa partisipan merasa kebingung saat pertama kali bekerja di ICU. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan dibawah ini:

“Buat pertama-tama mungkin bingung. Pertama masuk ICU, pasti merasa stres karena belum mempunyai pengalaman kan.” [P10, L20-21] Selain itu, partisipan menyatakan bahwa stres yang dialami hanya bersifat sesaat. Partisipan menyatakan bahwa perasaan kesal timbul ketika teman tidak menangani pasiennya, namun perasaan kesal tersebut hanya dirasakan sesaat saja tidak sampai membuat hubungan antar teman menjadi renggang. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan dibawah ini:

“Kalau dengan teman sejawat itu emosinya ya paling-paling saat itu saja.” [P1, L202] Beberapa partisipan juga menyatakan bahwa stres sering dialami pada saat dinas sore dan malam. Hal ini disebabkan karena kondisi pasien kritis sering terjadi pada saat dinas sore atau malam. Pernyataan ini sesuai dengan salah satu kutipan partisipan berikut:

“saya merasa stres ketika dinas malam karena pada saat dinas malam kondisi pasien lebih banyak menurun, bahkan pasien meninggal lebih sering terjadi pada malam hari.” [P9, L235-237] Tema Dampak Stres Kerja

Dampak yang timbul dari akibat stres kerja yang pernah dialami oleh partisipan dikategorikan menjadi timbulnya berbagai masalah kesehatan dan memiliki

Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

| 98

keinginan untuk keluar dari pekerjaan.

Partisipan menyatakan bahwa akibat dari pekerjaan- nya tersebut, partisipan mengalami berbagai masalah kesehatan seperti sakit pinggang, sakit punggung, mual muntah, pusing, dan flu. Hal ini disebabkan partisipan mempunyai jadwal dinas malam yang lebih banyak. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan dibawah ini:

“Masalah kesehatannya ya itu tadi, kalau aku jaga malam aku bermasalah. Aku punya riwayat hipertensi. kalau aku jaga malam itu timbul dampaknya, kan angin malam itu. timbulnya selalu jaga malam. Sakit punggung kakak ini. Punggung ku sakit itu kadang-kadang pulang dinas malam, aku mual-mual, muntah-muntah.” [P5, L643-653]

Berbagai stresor yang dialami oleh partisipan menga- kibatkan partisipan merasa kelelahan dan kejenuhan, sehingga beberapa partisipan mempunyai keinginan untuk keluar dari pekerjaannya. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan salah satu partisipan berikut:

“Sempat terbesit bagaimana untuk keluar dari ICU.” [P9, L113]

Pembahasan

Tema penyebab stres kerja terdiri dari beberapa sub tema yaitu: 1) lingkungan kerja yang tidak kondusif, 2) hubungan dengan atasan yang kurang harmonis, 3) kerja sama tim yang kurang, 4) pembagian jadwal dinas yang tidak sesuai, 5) kondisi pasien yang tidak stabil dan darurat, 6) keluhan dari keluarga, 7) kurang memiliki kompetensi, 8) catatan keperawatan yang banyak, 9) melakukan pekerjaan non keperawatan, 10) rasio perawat- pasien yang tidak sesuai, 11) beban kerja yang lebih tinggi, dan 12) masalah pribadi atau keluarga. Beberapa sub tema tersebut sesuai dengan Huber (2000) bahwa berbagai stressor yang berasal dari lingkungan kerja seperti tuntutan tempat kerja, lingkungan fisik, hubungan interpersonal, gaya kepemimpinan, penjadwalan, beban kerja, outcome klien yang negatif, hubungan dengan dokter dan pengetahuan dan skill yang tidak adekuat.

Penyebab stres kerja yang dialami oleh partisipan seperti rasio perawat dan pasien yang tidak sesuai juga didukung penelitian Hays, dkk (2006) bahwa sebagian besar faktor penyebab stres tingkat tinggi yaitu kekura- ngan staf, sedangkan perawat yang tidak kompeten adalah faktor penyebab stres tingkat sedang. Beban kerja yang berlebihan juga dialami partisipan. Keadaan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Lees dan Ellis (1990) dan Cai dkk (2008) bahwa beban kerja yang berlebihan merupakan stresor terbesar bagi perawat. Tema gejala stres yang ditemukan pada penelitian ini adalah gejala psikologi/ emosional, fisiologis/ fisik, kognitif/ pikiran dan perilaku. Gejala yang dialami oleh partisipan sesuai dengan pernyataan Funnel, Kautoukidis,

dan Lawrence (2005) bahwa gejala stres kerja dapat berupa gejala fisik, psikologis, kognitif dan perilaku. Tema waktu terjadinya stres kerja yang mencerminkan pengalaman partispan adalah awal waktu bekerja pertama kali, saat kejadian tertentu yang sedang berlangsung dan jadwal shift dinas tertentu. Waktu terjadinya stres yang dialami partisipan lebih sering terjadi pada saat pertama kali bekerja. Hal ini sejalan dengan Funnel dkk (2005) bahwa stres terjadi ketika seseorang menghadapi stresor saat pertama kali dan akan memberikan reaksi awal (alarm reaction). Selain itu, terjadinya stres dinyatakan lebih sering terjadi pada saat dinas malam. Keadaan ini sesuai dengan pernyataan Huber (2000) bahwa shift malam menyebabkan irama sirkadian menjadi terganggu, kelelahan, kurang tidur dan alat pencernaan kurang berfungsi secara normal sehingga menimbulkan reaksi psikologis.

Tema dampak stres kerja yang ditemukan pada penelitian ini adalah masalah kesehatan dan keinginan untuk keluar dari pekerjaan. Funnel dkk (2005) menya- takan bahwa salah satu efek stres kerja adalah masalah kesehatan seperti yang dialami oleh partisipan. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian McNelly (1995) bahwa berbagai stresor yang dihadapi oleh perawat akan menyebabkan perawat lebih memilih untuk meninggalkan pekerjaan. Keadaan ini tentunya akan berdampak pada peningkatan kekurangan jumlah tenaga keperawatan.

Dalam dokumen Perilaku Caring Perawat dan Kepuasan Pas (Halaman 38-41)