• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini akan menyajikan data hasil penelitian berupa hasil perhitungan akhir dan pembahasan hasil penelitian yang berupa temuan penulis, sedangkan untuk perincian hasil perhitungan dan instrumen penelitian dapat dilihat dalam bagian lampiran. Data yang diperoleh berasal dari tes akhir pada saat penelitain berlangsung.

A. Hasil Penelitian

Hasil belajar siswa berupa aspek kognitif diketahui berdasarkan hasil tes pilihan ganda sebanyak 22 soal yang dilakukan sesudah pembelajaran. Instrumen tes pilihan ganda ini sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya pada kelas XII IPA 1 SMA Nusa Putra Tangerang, butir soal juga telah diuji tingkat kesukaran dan daya bedanya sehingga instrumen ini layak digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.1. Rekap Skor Hasil Belajar Konsep Laju Reaksi pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data Eksperimen Kontrol

N 40 40 Rata-rata 70,15 57,87

SD 12,17 12,8 Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa pada konsep Laju Reaksi, yaitu pada eksperimen sebesar 70,15 sedangkan kelas kontrol 57,87. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kimia siswa pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. B. Pengujian Persyaratan Analisis Data

1. Uji Normalitas

Sebelum dialakukan pengolahan data, dilakukan uji normalitas hasil belajar untuk kedua kelompok penelitian. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan

ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila kriteria Lhitung < Ltabel diukur pada taraf signifikasi dan tingkat kepercayaan tertentu.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas

Statistik Kelompok Kelompok

Eksperimen Kontrol N 40 40 X 70,15 57,87 SD 12,17 12,8 Lhitung 0,089 0,1332 Ltabel 0,14 0,14

Pengujian dilakukan dengan uji Liliefors pada taraf signifikasi 95% (α = 0,05) untuk n = 40. Dari tabel dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel

(lihat lampiran 11 dan 14).

2. Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari homogenitasnya dengan menggunakan uji homogenitas dua varians dengan rumus:

 

Adapun kriteria pengujiannya adalah:

 H0 diterima jika Fhitung < Ftabel

 H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel H0 = data memilki varians homogen Ha = data tidak memilki varians homogen

Berdasarkan data yang diperoleh S12 = 163,8 dan S22 = 148,1, sehingga dengan rumus dapat diperoleh Fhitung = 1,10.

Dengan Fhitung = 1,10 sementara Ftabel = 1,735 pada taraf signifikasi 95% (α = 0,05) maka dapat disimpulkan kedua data memiliki varians yang homogen, kerena memenuhi syarat Fhitung < Ftabel (lihat lampiran 15).

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas yang menunjukkan hasil dari kedua kelompok pengujian tersebut bahwa sampel berdistribusi normal dan homogen. Untuk menguji hipotesis H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh hasil belajar

kimia siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka digunakan uji “t” pada taraf signifikasi α = 0,05, adapun kriterianya adalah:

thitung < ttabel : H0 diterima

thitung > ttabel : H0 ditolak

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji “t” diperoleh nilai thitung = 4,47. Dari tabel berdistribusi “t” untuk taraf signifikasi α = 0,05, diperoleh nilai ttabel = 1,999 (lihat lampiran 16).

Sedangkan uji hasil “t” mengenai hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Hasil Uji “t

Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Variabel Jumlah thitung ttabel Kesimpulan Data

Sampel Hasil Belajar 80 4,47 1,999 kimia siswa Kelompok Menolak H0 eksperimen dan kelompok kontrol

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa thitung = 4,47 dengan taraf

signifikasi α = 0,05 diperoleh ttabel sebesar 1,999, maka thitung > ttabel dan

diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelompok eksperimen dan metode Ekspositori pada kelompok kontrol. Dengan demikian penelitian dapat menguji kebenaran hipotesis, yaitu dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat pengaruh positif terhadap hasil belajar kimia. Kenyataan ini sesuai dengan kondisi lapangan, yaitu kelas eksperimen lebih cepat memahami materi pelajaran kimia pada konsep laju reaksi.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran. Siswa tidak hanya bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, tetapi siswa tersebut juga dituntut untuk mengajarkan materi yang diberikan kepada sesama temannya di dalam kelompok. Dengan demikian proses pembelajaran bukan menitikberatkan pada guru, tetapi pada siswa itu sendiri. Hal ini akan menciptakan suasana kelas yang aktif.

Setelah melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada konsep Laju Reaksi, diperoleh hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara kelompok siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang tidak menggunakannya. Selain itu diperoleh rata-rata hasil belajar siswa yang cukup tinggi setelah melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (70,15), dibandingkan kelas yang menggunakan pendekatan ekspositori (57,87). Sedangkan pada pengujian hipotesis, ternyata thitung (4,47) > ttabel (1,999). Pengujian hipotesis ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa, khususnya pada konsep Laju Reaksi.

Perolehan rata-rata hasil belajar yang cukup tinggi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini karena model pembelajaran ini memacu siswa untuk memahami dan menguasai materi pelajaran bersama dengan anggota kelompoknya. Siswa juga dituntut untuk bisa mengajarkan

teman dalam kelompoknya sendiri. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini juga menyajikan pengalaman belajar berkelompok yang menyenangkan. Setiap siswa bisa berbicara dan berpendapat serta mengerahkan seluruh kemampuannya dalam memahami materi tersebut, terutama ketika sedang mengajarkan kepada temannya dalam satu kelompok. Karena sistem belajar berkelompok dan bersifat heterogen menuntut seluruh siswa bekerja sama dalam setiap kelompoknya agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Sehingga model pembelajaran ini bersifat student center atau pembelajaran yang berpusat pada siswa. Disini guru hanya sebagai fasilitator yang mengontrol selama proses pembelajaran.

Sistem pembelajaran kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meminimalisir sifat egoisme pada diri siswa. Karena pembelajaran ini tidak menimbulkan persaingan belajar dengan siswa lainnya, sebab apabila belajar secara individu terkadang siswa yang kemampuannya lebih tidak mau membantu temannya yang pemahamannya kurang karena takut tersaingi. Dengan begitu maka pembelajaran ini juga dapat dapat mempererat hubungan siswa dengan sesamanya dan juga membuat Siswa Lebih akrab dengan siswa yang lain.

Hasil yang dapat diperoleh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh tehadap psikologis, interaksi dan hasil belajar. Dalam segi psikologis, pembelajaran ini dapat mengurangi sifat egoisme siswa, dapat menumbuhkan rasa saling menghargai dan saling menghormati setiap anggota kelompok, dapat menerima perbedaan kelompok, serta dapat menerima kelebihan dan kekurangan setiap anggota kelompok. Pembelajaran ini menjadikan interaksi antar sesama siswa semakin baik, karena telah menghasilkan kerjasama antara sesama siswa dan terjalin keakraban antar sesama siswa dan juga mempererat persahabatan. Adapun hasil belajar siswa menjadi meningkat karena sistem belajar siswa diubah menjadi belajar aktif dengan kelompok dan setiap kelompok dituntut untuk berpikir dan belajar dengan mengerahkan seluruh kemampuannya tanpa mengharapkan bantuan dari guru.

Keberhasilan penelitian ini diperoleh karena perlakuan yang diterapkan guru sejalan dengan konsep yang dipakai. Selain itu, selama penerapan pembelajaran siswa mengikuti pembelajaran dengan sangat tertib dan terarah. Hal ini terlihat saat berjalannya proses diskusi, karena semua siswa berpaartisipasi aktif dalam kelompoknya. Sebagian besar siswa merasa senang dengan pembelajaran yang diterapkan, sehingga mereka mau menerima pembelajaran dengan senang hati dan memperlakukan guru praktikan seperti guru sendiri. Guru juga sangat antusias dalam menerapkan pembelajaran dan senantiasa membimbing siswa dalam proses pembelajaran.

BAB V

Dokumen terkait