Jigsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.17 Menurut Aronson dalam Yueh-Min Huang, setiap pelajar dalam kelompok Jigsaw dianggap sebagai ahli dalam aspek tertentu dari topik-topik yang diteliti, dan diharapkan untuk berkontribusi dalam memberikan pengetahuan yang tidak dimengerti anggota kelompok lainnya.18 Jigsaw dikatakan dapat meningkatkan belajar siswa karena a) siswa tidak tertekan dalam belajar, b) meningkatkan jumlah partisipasi siswa dalam kelas, c) mengurangi kebutuhan daya saing dan d) mengurangi dominasi guru dalam kelas.19
Dalam penerapan model Jigsaw, antara lain anak diberi kesempatan untuk bertanggung jawab secara penuh, bertanggung jawab terhadap kelompoknya, maupun bertanggung jawab dalam penguasaan dan penyampaian informasi kepada anggota kelompok. Karena pemikiran dasar dari teknik Jigsaw ini adalah memberi kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajar oleh sesama siswa
15
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 138.
16
Zulfiani, dkk., StrategiPembelajaran…, h. 138. 17
Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif…, h. 20. 18
Yueh-Min Huang and Tieng-Chi Huang, “Using Annotation Services in Ubiquitous Jigsaw Cooperative Learning Environment”, from Educational Technology and Society, 11(2), 3-15, 2008, p. 4.
19
Qiao Mengduo and Jing Xiaoling, “Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners”, from Chinese Journal of Applied Linguistics (Bimonthly), Vol 33, No. 4, August 2010, p. 114.
merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar. Mula-mula siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang siswa. Masing-masing anggota mengerjakan salah satu bagian yang berbeda dengan yang dikerjakan oleh anggota lainnya. Kemudian mereka memencar ke kelompok-kelompok lain, tiap anggota membentuk kelompok baru yang memilki tugas yang sama, dan saling berdiskusi dalam kelompok tersebut. Cara ini membuat masing-masing anggota menjadi ahli sebelum kembali ke kelompok asalnya untuk mengerjakan tugas utama. Sehingga strategi ini memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap siswa lainnya. Setelah proses ini, guru bisa mengevaluasi pemahaman siswa mengenai keseluruhan tugas. Jadi siswa akan bergantung kepada rekan-rekan dalam kelompoknya. Jika model ini diaplikasikan secara teratur dan berkelanjutan dapat menumbuhkan kreativitas siswa yang sudah cukup lama terpasung.
Menurut Aronson dalam Ali Gocer, dalam pembelajaran model Jigsaw siswa dibagi dalam kelompok 5 - 6 siswa per masing-masing kelompok. Setiap kelompok diberikan subjek dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sama dengan jumlah anggotanya sehingga setiap siswa diberi bagian. Setelah siswa belajar bagian mereka sendiri, mereka menyusun kembali, dan setiap anggota mengajarkannya bagian dia ke anggota kelompok lainnya. Mereka bertukaran pertanyaan dan pastikan bahwa materi harus dipahami sepenuhnya oleh setiap anggota kelompok. Integritas dicapai dengan memiliki semua anggota kelompok membuat presentasi mereka, sehingga membawa semua potongan bersama-sama.20
Jing Meng dalam jurnalnya menjelaskan bahwa setiap siswa dalam satu tim diberi bagian tertentu dari suatu konsep. Setelah membaca, para siswa di masing-masing kelompok yang mempelajari bagian yang sama membentuk kelompok ahli untuk membahas dan menguasai informasi.
20
Ali Gocer, “A Comparative Research on The Effectivity of Cooperative Learning Methode and Jigsaw Technique on Teaching Literary Genres”, from Educational Research and Reviews Vol.5 (8), August, 2010, p. 442.
Selanjutnya, mereka kembali untuk tim asli mereka dan mengajarkan bagian mereka untuk rekan tim. Akhirnya, semua anggota tim diuji dalam keseluruhan materi.21
Untuk lebih jelasnya hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:
(tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim asal) Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw22 Keterangan:
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Selanjutnya diakhir pembelajaran yang mencakup topik materi yang telah dibahas.
Langkah-langkah pembelajaran Jigsaw:23
a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang)
21
Jing Meng, “Jigsaw Cooperative Learning in English Reading”, from Journal of Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 4, July, p. 502.
22
Durmus Kilic, “The Effect of Jigsaw Technique on Learning the Concept of the Principles and Methods of Teaching”, from World Applied Sciences Journal 4(Suple 1): 109-114, 2008, p. 111.
23
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik…, h. 56-57.
# & @ % # & @ % # & @ % # & @ % # # # # & & & & @ @ @ @ % % % %
b. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
c. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
e. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
f. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut:
I. Tahap Pendahuluan
a. Review, apersepsi, motivasi
b. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaatnya.
c. Pembentukan kelompok.
d. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang heterogen.
e. Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok. II. Tahap Penguasaan
a. Siswa dengan materi/soal sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha manguasai materi sesuai dengan soal yang diterima. b. Guru memberikan bantuan sepenuhnya.
III. Tahap Penularan
a. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya.
b. Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima materi dari siswa lain.
d. Dari diskusi, siswa memperoleh jawaban soal. IV. Penutup
a. Guru bersama siswa membahas soal b. Kuis/Evaluasi
Pada akhir pembelajaran guru memberikan penghargaan atas keberhasilan kelompok dengan melakukan tahapan-tahapan berikut:24
a. Menghitung skor individu
Menurut Slavin untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan
Nilai Tes Skor Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal…. 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor awal….
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal….
Lebih dari 10 poin di atas skor awal…. Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor awal)…. 0 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin
b. Menghitung skor kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada tabel berikut:
24
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-Rata Tim Predikat
0 ≤ x ≤ 5 5 ≤ x ≤ 15 15 ≤ x ≤ 25 25 ≤ x ≤ 30 - Tim baik Tim hebat Tim super
Berdasarkan penjelasan teori-teori di atas dan melihat proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka dapat disimpulkan beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya.
Kelebihan:
1) Siswa tidak perlu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dengan siswa lain.
2) Mengembangkan kemampuan menggunakan ide atau gagasan dengan kata-kata atau verbal dan membandingkan dengan ide orang lain. 3) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta meneriman segala perbedaan.
4) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5) Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, serta motivasi dan memberikan rangsangan berpikir.
Kekurangan:
1) Dalam memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif memang membutuhkan waktu untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
2) Jika tanpa peer teaching yang efektif maka pemahaman tidak akan pernah dicapai oleh siswa.
3) Guru perlu menyadari hasil atau prestasi yang diharapkan pada setiap individu siswa.
4) Kemampuan aktifitas dalam kehidupan hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual.
5) Upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.