Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan pasal 1 ayat 3 menetapkan bahwa salah satu
bentuk usaha bank adalah menyediakan pembiayaan dan atau melakukan
usaha lain berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Veitzhal (2007:759) bank syariah adalah lembaga intermediasi dan
penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai
Islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif
yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak
jelas dan meragukan (gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai
kegiatan usaha yang halal. Bank syariah sering dipersamakan dengan bank
tanpa bunga. Bank tanpa bunga merupakan konsep yang lebih sempit dari
bank syariah, ketika sejumlah instrumen atau operasi syariah selain
menghindari bunga, juga secara aktif turut berpartisipasi dalam mencapai
sasaran dan tujuan dari ekonomi Islam yang berorientasi pada kesehjahteraan
sosial.
Sedangkan bank umum syariah menurut UU No. 21 tahun 2008 tentang
perbankan syariah mendefinisikan bahwa bank umum syariah adalah bank
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas
Tabel 4.1
Daftar Nama Bank Umum Syariah Tahun 2016
No. Nama Bank 1 BNI Syariah
2 Bank Mega Syariah 3 Bank Muamalat 4 Bank Mandiri Syariah 5 BRI Syariah
6 Bank Syariah Bukopin 7 Bank Jabar Banten Syariah 8 BCA Syariah
9 Panin Bank Syariah 10 Bank Victoria Syariah 11 Maybank Syariah 12 BTPN Syariah
Sumber: www.bi.go.id
b. Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat
dari nilai rata- rata standar deviasi, nilai maksimum dan minimum.
Tabel 4.2 Hasil Uji Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation Rangkap Jabatan DPS 66 2 6 4,35 1,045 Jumlah Rapat DPS 66 7 30 15,06 3,886 Jumlah Anggota DPS 66 2 4 2,59 ,656 Return on Equity (ROE) 66 -49,05 94,40 12,2650 27,20981 Valid N (listwise) 66
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa jumlah observasi dalam
penelitian ini adalah 66. Proporsi rangkap jabatan DPS terkecil adalah 2
orang dan proporsi rangkap jabatan DPS terbesar 6 orang. Rata-rata proporsi
adalah 4 orang dengan standar deviasi sebesar 1,045.
Frekuensi rapat terkecil sejumlah 7 kali setiap tahun, dan terbesar
sejumlah 30 kali setiap tahunnya. Rata-rata direksi melakukan rapat sebanyak
15 kali setiap tahunnya dengan standar deviasi sebesar 3,886.
Jumlah anggota DPS terkecil adalah 2 orang dan jumlah anggota DPS
terbesar adalah 4 orang. Rata- rata jumlah anggota DPS 3 orang dengan
standar deviasi 0,656.
ROE perbankan syariah terkecil -49,05 dan terbesar 94,40. Rata- rata
ROE sebesar 12,2650 dengan standar deviasi 27,20981.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji ini untuk menguji apakah dalam model regresi, data variabel dependen
dan independen yang dipakai apakah berdistribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang berdistribusi
normal. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji kolmogorov-smirnov
untuk menguji kenormalan suatu data karena dengan uji ini menghsilkan nilai
yang pasti. Jika nilai dari Asymp. Sig. (2-tailed)-nya menunjukkan angka
lebih dari 5% atau 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal tetapi
sebaliknya jika nilai dari Asymp. Sig. (2-tailed)-nya menunjukkan angka
pengujian normalitas pada pengujian terhadap 66 data terlihat dalam tabel
4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize d Residual N 66 Normal Parameters(a ,b) Mean ,0000000 Std. Deviation 20,35600456 Most Extreme Differences Absolute ,090 Positive ,090 Negative -,066 Kolmogorov-Smirnov Z ,732
Asymp. Sig. (2-tailed) ,658
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Sumber: data diolah dengan spss
Berdasarkan hasil pada tabel di atas, data terdistribusi normal. Hal ini
ditunjukan dengan kolmogorov- smirnov sebesar 0,732 dan signifikan pada
0,658 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti data residualnya terdistribusi
normal, karena nilai signifikannya lebih dari dari 0,05.
b. Uji Multikolonieritas
Alat statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan variance
inflation factor (VIF). Dalam metode variance inflation factor (VIF) dilihat
dari hasil tolerance dan VIF-nya. Jika nilai dari tolerance lebih dari 0,1 maka
dikatakan tidak terjadi multikolinearitas tetapi sebaliknya, jika nilai tolerance
VIF-nya menunjukkan nilai yang kurang dari 10,00 maka dikatakan tidak terjadi
multikolonearitas tetapi, jika nilai VIF-nya menunjukkan nilai yang lebih dari
10,00 maka dikatakan terjadi multikolonearitas. Selengkapnya mengenai hasil
uji multikolonieritas penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Uji Multikolonieritas Coefficientsa model Collinearity Statistics Keterangan Tolerance VIF 1 (Constant) rangkapjabtnDPS jmlhrapatDPS jmlhanggotDPS ,996 ,978 ,981 1,004 1,023 1,019
Tidak ada multikolonieritas Tidak ada multikolonieritas Tidak ada multikolonieritas
a Dependent Variable: ROE Sumber: data diolah dengan spss
Dilihat dari hasil yang ditunjukkan pada tolerance dan VIF nya dapat
disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolonieritas karena tolerance
menunjukkan hasil lebih dari 0,1 dan VIF nya menunjukkan angka lebih kecil
dari 10,00. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikoloniearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser,
yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen.
Apabila koefisien parameter signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan
bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heterokedastisitas,
tidak ada heterokedastisitas. Selengkapnya mengenai hasil uji
heteroskedastisitas penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Uji Heteroskedastisitas Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig B Std. Error Beta 1 (Constant) -12,036 10,205 -1,179 ,243 Rangkap Jabatan DPS -,723 1,299 -,058 -,557 ,580 Jumlah Rapat DPS ,070 ,353 ,021 ,198 ,844 Jumlah Anggota DPS 11,437 2,086 ,575 5,484 ,000
a Dependent Variable: res2 Sumber: data diolah dengan spss
Karena hasil di atas terdapat heteroskedastisitas pada data jumlah anggota
DPS, maka kami obati dengan menggunakan Transformasi Lag.
Tabel 4.6 Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1(Constant) -139.641 452.762 -.308 .759 Lag_rangkapjabtn DPS -20.948 127.542 -.021 -.164 .870 Lag_jmlhrapatDPS 5.371 22.608 .030 .238 .813 Lag_jmlhanggotD PS 334.298 198.809 .211 1.682 .098
a. Dependent Variable: Residual_Kuadrat Sumber: data diolah dengan spss
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa variabel independen tidak
residual_kuadrat. Hal ini ditunjukkan dari probabilitas signifikansinya diatas
tingkat kepercayaan 5% jadi dapat di simpulkan model regresi tidak
mengandung Heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dalam penelitian ini
menggunakan uji Durbin Watson. Selengkapnya mengenai uji autokorelasi
penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.7 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .664a .440 .413 20.84267 1.070
a. Predictors: (Constant), Jumlah Anggota DPS, Rangkap Jabatan DPS, Jumlah Rapat DPS
b. Dependent Variable: Return on Equity (ROE)
Dari hasil di atas nilai Durbin Watson di bawah nilai tabel
signifikansi 5% , maka kami obati dengan menggunakan
Transformasi Lag. Tabel 4.8 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .508a .258 .221 18.60465 1.980
Lag_jmlhrapatDPS
b. Dependent Variable: Lag_ROE Sumber: data diolah dengan spss
Berdasarkan output di atas, diketahui nilai DW 1,980 selanjutnya nilai
ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel signifikasi 5%, jumlah
sampel N=66 dan jumlah variabel independen 3 (K=3) = 3,66 maka
diperoleh nilai DL 1,503 dan DU 1,696 Nilai DW 1,980 lebih besar
dari batas atas DU yakni 1,696 dan kurang dari (4-du) 4-1,696 = 2,304
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel
dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel
penjelas/ bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen
berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Analisis regresi
berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
jumlah anggota DPS, jumlah rapat DPS, rangkap jabatan DPS
2011-2016 terhadap Return Of Equity (ROE) sebagai rasio kinerja di Bank
Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1(Constant) -59.206 19.472 -3.041 .003 Rangkap Jabatan DPS 6.846 2.479 .263 2.762 .008 Jumlah Rapat DPS -1.222 .673 -.175 -1.816 .074 Jumlah Anggota DPS 23.197 3.979 .559 5.829 .000
a. Dependent Variable: Return on Equity (ROE) Sumber: data diolah dengan spss
ROA= -59.206 +6.846 RANGKAPJABATANDPS –1.222 JUMLAHRAPATDPS + 23.197 JUMLAHANGGOTADPS + ε
Dari persamaan fungsi di atas dapat diartikan bahwa:
A. Konstan: -59.206
Bahwa ketika jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah, jumlah rapat
anggota Dewan Pengawas Syariah, rangkap jabatan Dewan Pengawas
Syariah konstan atau tidak ada, maka ROE mengalami kenaikan sebesar -59.206 dengan asumsi cateris paribus.
B. Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah: 6.846
Bahwa rangkap jabatan DPS ketika mengalami peningkatan 1 satuan
anggota Dewan Pengawas Syariah, konstan atau tidak ada, maka ROE
mengalami penurunan sebesar 6.846 dengan asumsi cateris paribus. C. Jumlah Rapat Anggota Dewan Pengawas Syariah: – 1.222
Bahwa ketika jumlah rapat anggota Dewan Pengawas Syariah mengalami
peningkatan 1 satuan sedangkan jumlah anggota Dewan Pengawas
Syariah, rangkap jabatan Dewan Pengawas Syariah konstan atau tidak ada,
maka ROE mengalami kpenurunan sebesar – 1.222 dengan asumsi cateris paribus.
D. Jumlah Anggota Dewan Pengawas Syariah: 23.197
Bahwa ketika jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah mengalami
peningkatan 1 satuan sedangkan jumlah rapat anggota Dewan Pengawas
Syariah, rangkap jabatan Dewan Pengawas Syariah konstan atau tidak ada,
maka ROE mengalami kenaikan sebesar 23.197dengan asumsi cateris paribus.
4. Uji Hipotesis
a) Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi model dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Tabel 4.10
Hasil Uji Analisis Koefisien Determinasi
Model Summary(b) Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,664(a) ,440 ,413 20,84267
a Predictors: (Constant), Jumlah Anggota DPS, Rangkap Jabatan DPS, Jumlah Rapat DPS
b Dependent Variable: Return on Equity (ROE) Sumber: data diolah dengan spss
Nilai Adjusted R Square (R2) sebesar 0,413 atau 41,3% artinya
variasi Income dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel
independen rangkap jabatan DPS , jumlah rapat DPS , dan jumlah
anggota DPS. sedangkan sisanya (100% - 41,3% = 58,7%) di jelaskan
oleh sebab- sebab yang lain diluar model.
Standar error of estimate (SEE) sebesar 20,84267 ribu dolar.
makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam
memprediksi variabel dependen.
b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Uji statistik F dalam
penelitian ini digunakan statistik F dengan kriteria bila nilai signifikansi
HA dapat diterima yang menyatakan bahwa semua variabel independen
secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
Tabel 4.11 Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1Regression 21190.445 3 7063.482 16.260 .000a
Residual 26933.850 62 434.417
Total 48124.295 65
a. Predictors: (Constant), Jumlah Anggota DPS, Rangkap Jabatan DPS, Jumlah Rapat DPS
b. Dependent Variable: Return on Equity (ROE) Sumber: data diolah dengan spss
Dari uji ANOVA atau F test di dapat nilai F hitung sebesar
16.260dengan probabilitas 0,000. karna probabilitas jauh lebih kecil dari
0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi ROE atau
dapat dikatakan bahwa rangkap jabatan DPS, jumlah rapat DPS, jumlah
anggota DPS secara bersama- sama berpengaruh dengan ROA.
c) Uji statistik parameter Individual (uji statistik T)
Cara melakukan uji t dalam penelitian ini adalah nilai signifikan
kurang dari derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho ditolak. Dengan
kata lain HA dapat diterima, yang menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
Selengkapnya mengenai hasil uji T dalam penelitian ini dapat dijelaskan
Tabel 4.12 Hasil Uji T Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1(Constant) -59.206 19.472 -3.041 .003 Rangkap Jabatan DPS 6.846 2.479 .263 2.762 .008 Jumlah Rapat DPS -1.222 .673 -.175 -1.816 .074 Jumlah Anggota DPS 23.197 3.979 .559 5.829 .000
a. Dependent Variable: Return on Equity (ROE) Sumber: data diolah dengan spss
ROA= -59.206 +6.846 RANGKAPJABATANDPS –1.222 JUMLAHRAPATDPS + 23.197 JUMLAHANGGOTADPS + ε
A. Pengaruh Rangkap Jabatan DPS terhadap Kinerja (ROE)
Berdasarkan pengujian variabel rangkap jabatan DPS berpengaruh
terhadap ROE. Hal ini ditunjukan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05 yaitu sebesar 0.008 sehingga H1 terima. Dewan pengawas syariah merupakan suatu fungsi dalam suatu organisasi bank syariah yang secara
internal merupakan badan pengawas 29 syariah dan secara eksternal dapat
menjaga serta meningkatkan kepercayaan masyarakat (Murwaningsari,
2009). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kholid
dan Bachtiar (2015) yang menunjukkan hasil bahwa rangkap jabatan
dewan pengawas syariah berpengaruh positif terhadap kinerja maqasid
melakukan rangkap jabatan dan yang tidak melakukan rangkap jabatan
memiliki tingkat kualitas pengawasan yang sama. Dewan pengawas
syariah yang merangkap jabatan menunjukkan kepakarannya dalam
melakukan pengawasan syariah namun kepakarannya harus dibagi
kedalam beberapa bank sementara itu, dewan pengawas syariah yang tidak
merangkap jabatan memang tidak terlalu menunjukkan kepakaran dalam
pengawasan syariah tetapi karena dewan pengawas syariah yang tidak
merangkap jabatan hanya melakukan pengawasan pada satu bank saja
sehingga kualitas pengawasannya sama dengan dewan pengawas syariah
yang merangkap jabatan.
B. Pengaruh Jumlah Rapat Anggota Dewan Pengawas Syariah terhadap
kinerja (ROE)
Berdasarkan hasil uji pada tabel menunjukan bahwa jumlah rapat
DPS tidak berpengaruh terhadap ROE. Hal tersebut ditunjukan dengan
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0.074, sehingga H2 ditolak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Rahayu dan Cahyati (2014) menunjukkan hasil bahwa jumlah
rapat dewan pengawas syariah berpengaruh negatif terhadap
pengungkapan CSR artinya, seringnya rapat dilakukan belum tentu
pengungkapan CSR di perbankan menjadi lebih baik. Oktarina, (2013)
dan Munarman, (2015) menegaskan jika rapat yang dilakukan dewan
pengawas syariah dirasa mampu membantu tugas dewan pengawas
Namun jika perusahaan juga terlalu banyak melakukan rapat maka dapat
mengangu agensi diperusahaan tersebut. Penelitian terdahulu yang
mengkaji jumlah rapat dewan pengawas syariah pengaruhnya dengan
pengungkapan risiko finansial masih belom banyak dilakukan. Menurut
hasil penelitian Bank Indonesia kerjasama dengan Ernst dan Young yang
dibahas dalam seminar akhir tahun 2008 di Bank Indonesia, salah satu
masalah utama dalam implementasi manajemen resiko di perbankan
syariah adalah peranan DPS yang belum optimal. pernyataan itu
disimpulkan para peneliti sebagai kesenjangan utama manajemen risiko
yang harus diperbaiki di masa depan. Dewan Pengawas Syariah wajib
menyampaikan laporan hasil Pengawasannya secara semesteran yang
disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat dua bulan setelah
periode semesteran dimaksud berakhir. Anggota Dewan Pengawas
Syariah telah menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya secara optimal (UUS 2014).
C. Pengaruh Jumlah Anggota Dewan Pengawas Syariah terhadap Kinerja
(ROE)
Dari hasil perhitungan secara parsial variabel jumlah anggota DPS
berpengaruh terhadap variabel ROE yang ditunjukan dengan lebih kecil
nilai signifikansi dari 0,05 yaitu sebesar 0.000, sehingga H3 diterima
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Chtourou, dkk (2001)
dalam Dewayanto (2010) menyatakan bahwa jumlah dewan yang
semakin baik. Dengan demikian, semakin besar jumlah anggota Dewan
Pengawas Syariah maka akan meningkatkan pengawasan terhadap
pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip syariah, sehingga tidak
terjadi penggunaan dana yang tidak berprinsip syariah yang dapat
mengurangi kinerja keuangan. Dengan demikian, kinerja keuangan bank
akan meningkat. Ukuran dewan pengawas syariah merupakan jumlah
anggota DPS dalam suatu perusahaan. Skala pengukuran ini adalah skala
nominal yaitu dengan menghitung jumlah anggota DPS dalam suatu
perusahaan yang tercantum pada laporan tahunan perusahaan (Khoirudin,
2013). Savira (2015) yang menyatakan bahwa ukuran dewan pengawas
syariah berpengaruh terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Yang
artinya semakin banyak dewan pengawas syariah maka semakin efektif
pula pengawasan terhadap pengungkapan CSR berdasarkan indeks
Islamic Social Reporting (ISR). Hal ini dikarenakan dewan pengawas
syariah bertanggung jawab mengawasi dan mengevaluasi segala kegiatan
78 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai
berikut:
1. Variabel rangkap jabatan Dewan Pengawas Syariah berpengaruh
positif signifikan terhadap ROE pada Bank Syariah pada tahun
2011-2016. Secara logika jika rangkap jabatan Dewan Pengawas
Syariah semakin tinggi dapat mengurangi tingkat pengawasan yang
dilakukan Dewan Pengawas Syariah sehingga pengaruhnya negatif
terhadap kinerja keuangan namun, dalam penelitian ini rangkap
jabatan Dewan Pengawas Syariah menunjukan hasil yang positif
signifikan dalam arti semakin banyak merangkap jabatan, Dewan
Pengawas Syariah semakin baik kinerja keuangannya karena
pengawasan dalam operasional bank dilakukan oleh pakar-pakar
Dewan Pengawas Syariah yang berpengalaman. Dewan Pengawas
Syariah yang merangkap jabatan menunjukkan kepakarannya
dalam melakukan pengawasan syariah namun kepakarannya harus
dibagi kedalam beberapa bank sementara itu, Dewan Pengawas
Syariah yang tidak merangkap jabatan memang tidak terlalu
2. Variabel jumlah rapat anggota Dewan Pengawas Syariah
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROE pada Bank
Syariah pada tahun 2011-2016. karena seringnya rapat Dewan
Pengawas Syariah dilakukan belum tentu pengungkapan kinerja di
perbankan menjadi lebih baik. Dan jika perusahaan perbankan juga
terlalu banyak melakukan rapat maka dapat mengangu agensi
diperusahaan perbankan tersebut.
3. Variabel ukuran jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah
berpengaruh positif signifikan terhadap ROE pada Bank Syariah
pada tahun 2011-2016. Jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah
sangat berpengaruh terhadap kinerja Bank Syariah di Indonesia
yang artinya semakin banyak dewan pengawas syariah maka
semakin efektif pula pengawasan terhadap kinerja perbankan
syariah. Hal ini dikarenakan dewan pengawas syariah bertanggung
jawab mengawasi dan mengevaluasi segala kegiatan bank syariah
agar mematuhi prinsip syariah.
B. Saran
Dari penelitian di atas adapun saran-saran yang disampaikan:
1. Kepada peneliti berikutnya untuk meneliti tidak hanya Bank Umum
Syariah, namun juga Unit Usaha Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat
2. Penilaian kinerja bank tidak terbatas pada ukuran Dewan Pengawas
Syariah, namun perlu ditambahkan ukuran Dewan Komisaris, Dewan