LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Telaah pustaka merupakan kumpulan hasil penelitian-penelitian
terdahulu dan mempunyai keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
Penelitian ini menggunakan variabel dependen Return On Equity (ROE)
dan variabel independen adalah Rangkap Jabatan DPS, Jumlah Rapat
DPS, dan jumlah anggota DPS. Menurut Peraturan Bank Indonesia
paragraf 3 pasal 49. Rapat Dewan Pengawas Syariah wajib
diselenggarakan paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.
Pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas Syariah dilakukan
berdasarkan musyawarah mufakat dan seluruh keputusan Dewan
Pengawas Syariah yang dituangkan dalam risalah rapat merupakan
keputusan bersama seluruh anggota Dewan Pengawas Syariah. DPS BSM
telah meluangkan waktu yang cukup dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya untuk mengawasi pelaksanaan prinsip-prinsip syariah
pada setiap kegiatan bank. Secara berkala DPS BSM memperhatikan
dengan seksama atas permasalahan atau isu-isu syariah yang dihadapi
BSM dari sisi bisnis maupun operasional. Hal ini terwujud dengan
diadakannya beberapa rapat DPS, dimana sepanjang tahun 2014 telah
terlaksana sebanyak 14 (empat belas) kali rapat ( laporan pelaksanaan
Umam (2015) mengatakan bahwa di Indonesia terdapat dewan
pengawas syariah yang menjadi dewan pengawas syariah di lembaga
keuangan lain dan juga terdapat dewan pengawas syariah yang menjadi
dewan syariah nasional. Adanya beberapa dewan pengawas syariah yang
merangkap jabatan sebagai dewan pengawas syariah di lembaga keuangan
lain dan menjabat sebagai dewan syariah nasional menandakan bahwa
jumlah dewan pengawas syariah di Indonesia masih sedikit. Rangkap
jabatan tersebut dapat mengurangi tingkat pengawasan yang dilakukan
dewan pengawas syariah, sehingga keberadaan dewan 20 pengawas
syariah belum mampu mendorong peningkatan kinerja bank syariah.
Untuk penerapan GCG yang efektif di lembaga perbankan syariah, maka
Bank Indonesia mengeluarkan peraturan baru, yaitu Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah. PBI ini menjelaskan tentang rangkap jabatan DPS di
banyak bank, harus dikurangi dari 4 menjadi 2 lembaga keuangan.
Menurut Syukron (2012) mengatakan bahwa peraturan mengenai rangkap
jabatan DPS di Indonesia dan Malaysia tidak ada perbedaan yaitu DPS
dibolehkan merangkap jabatan hanya pada 2 lembaga keuangan.
Usamah (2010) mengatakan bahwa kualitas pengawasan terhadap
pelaksanaan prinsip syariah di bank syariah diperlukan adanya pembatasan
terhadap jumlah rangkap jabatan sebagai dewan pengawas syariah, yang
rangkap jabatan sebagai dewan pengawas syariah maka dapat bekerja lebih
fokus dan profesional. Rangkap jabatan yang tidak terlalu banyak
dipegang oleh dewan pengawas syariah diharapkan mampu meningkatkan
pengawasan yang lebih baik, sehingga 21 kemungkinan-kemungkinan
masalah agensi dapat ditekan yang nantinya dapat meningkatkan kinerja
bank syariah itu sendiri.
Ahmad ridwan (2011) menyatakan Jumlah anggota DPS
sekurang-kurangnya 2-5 orang untuk Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah,
sedangkan untuk BPRS anggota DPS sekurang-kurangnya harus berjumlah
2-3 orang. Anggota DPS dapat merangkap jabatan sebagai anggota DPS
lain sebanyak 4 Bank lain atau lembaga keuangan Syariah bukan Bank.
Ketentuan mengenai jumlah anggota DPS juga diatur dalam PBI No.
11/3/PBI/2009 yang menyatakan bahwa jumlah anggota DPS paling
sedikit adalah 2 (dua) orang dan paling banyak 50% dari jumlah anggota
direksi.
Adrian sutedi (2012) pada prinsipnya seorang anggota DPS hanya
dapat menjadi anggota DPS di satu perbankan syariah dan satu lembaga
keuangan syariah. Namun mengingat keterbatasan jumlah tenaga yang
dapat menjadi anggota DPS, seseorang dapat diangkat sebagai anggota
DPS sebanyak-banyaknya pada dua perbankan syariah dan dua lembaga
keuangan syariah lainnya. DPS diketuai oleh salah satu dari anggota DPS
Salah satu kegiatan rapat DPS adalah memberikan opini-opini
mengenai semua kegiatan operasional, produk dan penyaluran dana
termasuk mengawasi kegiatan menyalurkan dana zakat, infak, sedekah dan
wakaf yang bisa diakui sebagai bentuk ISR perusahaan.
Menurut Ridhwan dan Wijaya (2014) mengatakan bahwa risalah
rapat DPS memuat keputusan dan opini syariah yang diambil dalam rapat
DPS, risalah rapat tersebut sudah diketahui dan disetujui oleh seluruh
anggota DPS. Pelaksanaan rapat DPS dipersyaratkan dalam PBI
No.11/33/PBI/2009 dan SEBI No.12/13/DPbS tentang Pelaksanaan GCG
Bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)
mengatur bahwa rapat DPS diselenggarakan minimal sekali dalam 1 (satu)
bulan. Menurut Syukron (2012) mengatakan bahwa peraturan Bank
Indonesia dengan Malaysia tidak ada perbedaan termasuk peraturan
tentang jumlah rapat DPS hanya saja Dewan Pengawas Syariah di
Malaysia memiliki aturan yang sangat ketat dibanding Dewan Pengawas
Syariah di Indonesia seperti pendiskualifikasi mereka yang tidak
melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak menghadiri 75 persen
pertemuan yang telah dijadwalkan dalam satu tahun tanpa alasan yang 22
wajar, dan pemecatan bagi mereka yang dinyatakan bersalah atas tindak
pidana yang serius, atau pelanggaran lainnya dan diancam dengan pidana
penjara satu tahun atau lebih.
Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan
Prasetyaningrum (2010) dalam penelitiannya Analisis Pengaruh
Independensi dan Profesionalisme Dewan Pengawas Syariah terhadap
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Jawa Tengah. Kesimpulan
dari hasil analisis data dalam penelitian ini adalah faktor ekonomi dan
faktor religiusitas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
independensi DPS pada BPR Syari’ah di Jawa Tengah. Hasil uji statistik
hipotesis ke dua menunjukkan bahwa independensi DPS mempunyai
pengaruh negatif signifikan terhadap profesionalisme DPS,
profesionalisme DPS tidak signifikan mempengaruhi Kinerja BPRS.
Megasari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Peran Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah dalam mewujudkan
Good Corporate Governance untuk Meningkatkan Kinerja Bank Syariah.
Pada penelitian ini digunakan data primer dalam bentuk penyebaran
kuesioner yang dilakukan di Jakarta dengan responden karyawan yang
bekerja pada kantor bank syariah dan menggunakan metode convience
sampling. hasil penelitian menunjukan bahwa variabel komite audit dan
dewan pengawas syariah berpengaruh terhadap Good Corporate
Governance . Komite audit dan Good Corporate Governance berpengaruh
terhadap kinerja bank syariah sedangkan dewan pengawas syariah tidak
berpengaruh terhadap kinerja bank syariah.
Masliana (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Peran Dewan
Pengawas Syariah (DPS) Dalam Pengawasan Pelaksanaan Kontrak di
ini kinerja DPS dalam pelaksanaan kontrak yang ada di BRI syariah telah
berfungsi sebaimana mestinya. Dalam arti memaksimalkan fungsi dan
peran disini, hal ini bisa terlihat dari laporan pengawasan yang mereka
serahkan pada stakeholdernya yaitu Bank Indonesia, DSN-MUI dan RUPS
BRI Syariah.
Ningrum, Fachrurrizie dan Jayanto (2013) melakukan penalitian
berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan, Kepemilikan Institusional, dan
Ukuran Dewan Pengawas Syariah Terhadap Pengungkapan ISR Sampel
dipilih menggunakan metode purpossive sampling dan diperoleh 24
pengamatan. Data dikumpulkan dari perusahaan perbankan syariah yang
ada di Indonesia pada tahun 2010-2012. Data penelitian diuji
menggunakan uji asumsi klasik, analisis deskriptif, dan regresi ordinary
least square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan secara simultan variabel
kinerja keuangan, kepemilikan institusional dan ukuran dewan pengawas
syariah berpengaruh terhadap pengungkapan islamic social reporting.
Secara parsial variabel kepemilikan institusional dan ukuran dewan
pengawas syariah berpengaruh terhadap pengungkapan islamic social
reporting, sedangkan variabel kinerja keuangan tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan islamic social reporting.
Kartika, (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Penerapan Good Corporate Governance Oleh Dewan Komisaris, Dewan
Direksi, Komite-Komite dan Dewan Pengarwas Syariah Terhadap Kinerja
adalah yang pertama dewan komisaris dan dewan pengawas syariah tidak
ada pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perbankan. dan yang
keduaa dewan direksi dan komite-komite berpengaruh signifikan terhadap
kinerja perbankan.
Sanusi (2014) melakukan penelitian dengan judul Implementasi
dan Efektivitas Pengawasan Dewan Pengawas Syariah terhadap Produk
Perbankan Syariah menyatakan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh
DPS terhadap produk produk Bank Muamalat Indonesia Cabang
Pekanbaru, hasil penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri dan Bank
Riaukepri Unit Usaha Syariah belum optimal karena jumlah anggota DPS
tidak seimbang dengan jumlah Bank Syariah. Ketidakoptimalan
pengawasan oleh DPS juga disebabkan anggota DPS banyak tugas
rangkap sehingga tugas sebagai anggota DPS tidak dapat dilakukan
dengan optimal.
. Rahayu dan Cahyati (2014), dalam penelitiannya yang berjudul
Pengaruh Frekuensi Rapat Dewan Pengawas Syariah Terhadap
Pengungkapan CSR. menunjukkan hasil bahwa jumlah rapat dewan
pengawas syariah berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR
artinya, seringnya rapat dilakukan belum tentu pengungkapan CSR di
perbankan menjadi lebih baik.
Fitriani, (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Pelaksanaan Good Corporate Governance Pada Aspek Peran Dewan
research) yaitu dari hasil penelitian lapangan dengan cara dokumentasi
dan wawancara langsung dengan beberapa pihak manajemen di Divisi
UUS Bank Jateng. Selain itu penulis juga menggunakan penelitian
kepustakaan (library research) yaitu dengan memanfaatkan data sekunder
berupa literatur-literatur yang relevan dengan topik yang dikaji oleh
penulis. Adapun hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa peran DPS di
UUS Bank Jateng sangatlah penting terutama dalam pengambilan
keputusan yang kaitannya dengan masalah kesyariahan pada lembaga
keuangan/ perbankan. Dan dari hasil self assessment pelaksanaan GCG
pada aspek tugas dan tanggung jawab DPS UUS Bank Jateng
menunjukkan peringkat yang baik. Hal ini juga didukung dengan adanya
kualitas dan integritas masing-masing anggota. Namun komposisi dalam
keanggotaan DPS masih minim, bahkan anggota DPS masih merangkap
jabatannya di lembaga keuangan lain. Sehingga fokus penerapan maupun
pengawasan syariah di UUS dirasa kurang, karena pejabat banknya pun
mayoritas keluaran dari bank induknya (Bank Jateng Konvensional) yang
belum begitu paham banyak tentang muamalah.
Prabowo dan Jamal (2016) dalam penelitiannya yang berjudul
Peranan Dewan Pengawas Syariah terhadap Praktik Kepatuhan Syariah
dalam Perbankan Syariah di Indonesia. Hasil penelitian ini menyimpulkan
Fungsi dan peran DPS dalam perbankan syariah, memiliki hubungan yang
kuat dengan manajemen risiko perbankan syariah, yaitu risiko reputasi,
Pelanggaran kepatuhan syariah yang dibiarkan oleh DPS jelas akan
merusak citra dan kredibilitas perbankan syariah di mata publik, sehingga
dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah
tersebut. Untuk alasan ini peran DPS pada perbankan syariah benar-benar
harus dioptimalkan. Antaranya kualifikasi pengangkatan DPS harus
diperketat melalui proses yang lebih selektif agar terpilih DPS yang
mampu mengawasi dan mengawal operasional perbankan syariah sesuai
prinsip-prinsip syariah.
Indah (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Dewan Komisaris,
Dewan Pengawas Syariah, Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah,
Komite Audit, dan Rapat Komite Audit Berpengaruh Terhadap Kinerja
Maqashid Syariah Di Indonesia dan Malaysia Berdasarkan hasil analisis
dengan menggunakan sampel sebanyak 104 sampel bank umum syariah di
Indonesia dan Malaysia periode 2012-2015 dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut: Dewan Komisaris tidak berpengaruh positif terhadap
kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan Malaysia. Dewan
pengawas syariah tidak berpengaruh positif terhadap kinerja maqashid
syariah bank syariah di Indonesia Malaysia. Rangkap jabatan dewan
pengawas syariah tidak berpengaruh negatif terhadap kinerja maqashid
syariah bank syariah di Indonesia dan rangkap jabatan dewan pengawas
syariah berpengaruh negatif terhadap kinerja maqashid syariah bank
syariah di Malaysia. Komite audit tidak berpengaruh positif terhadap
berpengaruh positif terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di
Malaysia. Rapat komite audit tidak berpengaruh positif terhadap kinerja
maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan Malaysia. Terdapat
perbedaan kinerja maqashid syariah bank syariahdi Indonesia dan
Malaysia.
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variabel Judul Hasil
1 Prasetyanin grum (2010) Dewan Pengawa s Syariah Analisis Pengaruh Independen si dan Profesionali sme Dewan Pengawas Syariah terhadap Kinerja Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Jawa Tengah faktor ekonomi dan faktor religiusitas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap independensi DPS pada BPR Syari’ah di Jawa Tengah. Hasil uji statistik hipotesis ke dua menunjukkan bahwa independensi DPS mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap profesionalisme DPS, profesionalisme DPS tidak signifikan mempengaruhi Kinerja BPRS 2 Megasari (2010) Dewan Pengawa s Syariah Pengaruh Peran Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah
variabel komite audit dan dewan pengawas syariah berpengaruh terhadap Good Corporate
Governance. Komite audit dan Good Corporate Governance berpengaruh
dalam mewujudka n Good Corporate Governance untuk Meningkatk an Kinerja Bank Syariah
terhadap kinerja bank syariah sedangkan dewan pengawas syariah tidak berpengaruh terhadap kinerja bank syariah
3 Masliana (2011) Dewan Pengawa s Syariah Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) Dalam Pengawasan Pelaksanaan Kontrak di Bank Syariah ( Study Kasus Pada Bank BRI Syariah) kinerja DPS dalam pelaksanaan kontrak yang ada di BRI syariah telah berfungsi sebaimana mestinya. Dalam arti memaksimalkan fungsi dan peran disini, hal ini bisa terlihat dari laporan pengawasan yang mereka serahkan pada
stakeholdernya yaitu Bank Indonesia, DSN-MUI dan RUPS BRI Syariah
4 Ningrum, Fachrurrizie dan Jayanto (2013) Dewan Pengawa s Syariah Pengaruh Kinerja Keuangan, Kepemilika n Institusional , dan Ukuran Dewan Pengawas Syariah Terhadap Pengungkap an ISR
secara simultan variabel kinerja keuangan,
kepemilikan institusional dan ukuran dewan pengawas syariah berpengaruh terhadap pengungkapan islamic social reporting. Secara parsial variabel
kepemilikan institusional dan ukuran dewan pengawas syariah berpengaruh terhadap pengungkapan islamic social reporting,
sedangkan variabel kinerja keuangan tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan islamic social reporting.
(2014) Pengawa s Syariah Penerapan Good Corporate Governance Oleh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite dan Dewan Pengarwas Syariah Terhadap Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2013
dan dewan pengawas syariah tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perbankan. dan yang keduaa dewan direksi dan komite-komite berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan. 6 Sanusi (2014) Dewan Pengawa s Syariah Implementa si dan Efektivitas Pengawasan Dewan Pengawas Syariah terhadap Produk Perbankan Syariah Pengawasan yang dilakukan oleh DPS terhadap produk produk Bank Muamalat Indonesia Cabang Pekanbaru, hasil penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri dan Bank Riaukepri Unit Usaha Syariah belum optimal karena jumlah anggota DPS tidak seimbang dengan jumlah Bank Syariah. Ketidak optimalan pengawasan oleh DPS juga disebabkan anggota DPS banyak tugas
rangkap sehingga tugas sebagai anggota DPS tidak dapat dilakukan dengan optimal. 7 Rahayu dan Cahyati (2014) Dewan Pengawa s Syariah Pengaruh Frekuensi Rapat Dewan Pengawas Syariah Terhadap Pengungkap an CSR
jumlah rapat dewan pengawas syariah berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR artinya, seringnya rapat dilakukan belum tentu pengungkapan CSR di perbankan menjadi lebih baik. 8 Fitriani, (2016) Dewan Pengawa s Syariah Analisis Pelaksanaan Good Corporate Governance Pada Aspek Peran Dewan Pengawas Syariah Di UUS Bank Jateng
peran DPS di UUS Bank Jateng sangatlah penting terutama dalam
pengambilan keputusan yang kaitannya dengan masalah kesyariahan pada lembaga keuangan/ perbankan. Dan dari hasil self assessment
pelaksanaan GCG pada aspek tugas dan tanggung jawab DPS UUS Bank Jateng menunjukkan peringkat yang baik. Hal ini juga didukung dengan adanya kualitas dan integritas masing-masing anggota. Namun
komposisi dalam
keanggotaan DPS masih minim, bahkan anggota DPS masih merangkap jabatannya di lembaga keuangan lain. Sehingga fokus penerapan maupun pengawasan syariah di UUS dirasa kurang, karena pejabat banknya pun mayoritas keluaran dari bank induknya (Bank Jateng Konvensional)
yang belum begitu paham banyak tentang muamalah
9 Prabowo dan Jamal (2016) Dewan Pengawa s Syariah Peranan Dewan Pengawas Syariah terhadap Praktik Kepatuhan Syariah dalam Perbankan Syariah di Indonesia.
.Fungsi dan peran DPS dalam perbankan syariah, memiliki hubungan yang kuat dengan manajemen risiko perbankan syariah, yaitu risiko reputasi, yang pada gilirannya
mempengaruhi risiko lain, seperti risiko likuiditas. Pelanggaran kepatuhan syariah yang dibiarkan oleh DPS jelas akan merusak citra dan kredibilitas perbankan syariah di mata publik, sehingga dapat
mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah
tersebut. Untuk alasan ini peran DPS pada
perbankan syariah benar-benar harus dioptimalkan. Antaranya kualifikasi pengangkatan DPS harus diperketat melalui proses yang lebih selektif agar terpilih DPS yang mampu mengawasi dan mengawal operasional perbankan syariah sesuai prinsip-prinsip syariah. 10 Indah (2017) Dewan Pengawa s Syariah Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah, Komite Audit, dan
Dewan Komisaris tidak berpengaruh positif terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan Malaysia. Dewan pengawas syariah tidak berpengaruh positif terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia Malaysia. Rangkap jabatan dewan pengawas syariah tidak
Rapat Komite Audit Berpengaru h Terhadap Kinerja Maqashid Syariah Di Indonesia dan Malaysia berpengaruh negatif terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan rangkap jabatan dewan pengawas syariah berpengaruh negatif terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di Malaysia. Komite audit tidak berpengaruh positif terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di Malaysia. Rapat komite audit tidak berpengaruh positif terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan Malaysia. Terdapat perbedaan kinerja maqashid syariah bank syariahdi Indonesia dan Malaysia.
Berdasarkan literatur review diatas, penelitian ini lebih difokuskan pada
Dewan Pengawas Syariah. DPS menurut Peraturan Bank Indonesia
No.11/33/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah menyatakan Dewan Pengawas Syariah
merupakan dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam
kegiatan usaha bank. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut di atas maka DPS
merupakan badan independen internal yang berfungsi untuk melakukan
pengawasan atas kepatuhan aturan dan prinsip – prinsip syariah dalam keseluruhan aspek operasional bank syariah.
Dewan Pengawas Syariah memiliki nilai peranan penting bagi
perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Menurut Suprayogi (2008) ada
tiga alasan penting DPS mempunyai peran penting dalam bank syariah antara lain:
1. menentukan tingkat kredibilitas bank syariah.
2. unsur utama dalam menciptakan jaminan kepatuhan syariah (shari'a
compliance assurance).
3. salah satu pilar utama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)
bank syariah.
Sehingga peran dan fungsi DPS dalam bank syariah harus dipertahankan
keberadaannya, diperkuat kedudukannya, dan dioptimalkan fungsi serta perannya
dalam pengawasan syariah untuk menciptakan perbankan syariah Indonesia yang
sehat, efesien, dan sesuai dengan prinsip serta aturan syariah.