BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
3. Hasil penelitian dari Kuesioner II
a. Variabel tergantung
Pada Kuesioner II, dari pengambilan data untuk variabel permisivitas, yang merupakan variabel tergantung, ditemukan pula persentase untuk jenis wanita yang paling ditolerir pria untuk dijadikan istri sampai yang paling tidak ditolerir. Berikut adalah datanya:
Tabel 2 Permisivitas pria pada wanita lajang untuk dijadikan istri berdasarkan jenis keperawanannya
Jenis keperawanan Jumlah responden yang Persentase Urutan
memilih (N = 200) permisivitas 1 177 89% 1 2 107 54% 4 3 148 74% 2 4 120 60% 3 5 61 31% 6 6 34 17% 10 7 82 41% 5 8 52 26% 7 9 21 11% 12 10 29 14% 11 11 8 4% 13 12 48 24% 9 13 49 25% 8
Dari jawaban 200 responden pria ini, dapat dikatakan bahwa jenis wanita lajang yang paling ditolerir pria untuk dijadikan istri adalah wanita lajang yang perawan secara fisik dan psikologis, walaupun tidak 100% memilihnya. Sementara itu, wanita lajang yang paling tidak ditolerir pria untuk dijadikan istri dari ke-13 jenis tersebut adalah wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karena
melakukan prostitusi dengan alasan ingin mendapat banyak uang untuk membiayai gaya hidup mewah, walaupun persentasenya tidak 0% karena masih ada sejumlah pria yang bisa mentolerir jenis wanita seperti itu.
Pada kuesioner ini, satu responden dapat mencentang lebih dari satu jawaban untuk memilih jenis wanita dengan kondisi keperawanan mana saja yang bisa ia tolerir untuk dijadikan istri. Tinggi-rendahnya permisivitas pria itu ditentukan oleh jenis mana yang mereka pilih dan berapa banyak yang dapat mereka tolerir, karena skor permisivitas mereka adalah jumlah bobot item dari semua jenis yang mereka pilih.
b. Variabel bebas
Selain variabel permisivitas yang merupakan satu-satunya variabel tergantung dalam penelitian ini, pada Kuesioner II juga didapatkan data untuk variabel-variabel bebasnya. Berikut adalah hasil analisis datanya.
1) Uji normalitas dan analisis regresi untuk variabel-variabel
yang memiliki data interval
• Standar Ganda • Status sosio-ekonomi • Religiusitas
• Kebiasaan Merokok • Usia
Tabel 3 Uji normalitas untuk 6 variabel dengan data interval
p (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) Skewness Kurtosis
0,000 1,116 0,865
Berdasarkan uji normalitas di atas, data interval pada penelitian ini tidak normal (p < 0,05), tetapi masih dapat ditolerir. Selain itu nilai skewness dan kurtosisnya juga tidak melampaui 3,000 sehingga disimpulkan bahwa data ini masih layak dianalisis menggunakan analisis regresi.
Tabel 4 Analisis regresi untuk 6 variabel dengan data interval
Variabel b t Sig.
Standar ganda 0, 158 3,492 0, 001
Status sosio-ekonomi 0, 045 0, 389 0, 697
Religiusitas 0, 120 3,370 0, 001
Pengetahuan tentang hal-hal seputar seks 0, 152 1,144 0, 254
Kebiasaan merokok -0, 020 -0,110 0, 913
Usia 0, 074 1,383 0, 168
Berdasarkan hasil analisis regresi di atas, ditemukan korelasi yang signifikan antara permisivitas dengan dua variabel yaitu standar ganda (b = 0,158; p = 0,001) dan religiusitas (b = 0,120; p
= 0,001). Hipotesis standar ganda dan religiusitas berhubungan dengan tinggi-rendahnya permisivitas diterima. Semakin tinggi skor yang dimiliki seorang pria dalam skala standar gandanya (yang berarti semakin tidak memegang prinsip standar ganda dalam masyarakat) dan semakin tinggi skor seorang pria dalam skala religiusitasnya (yang berarti ia semakin tidak religius), maka akan semakin tinggi pula tingkat permisivitasnya terhadap keperawanan wanita lajang.
Sementara itu, variabel lainnya yaitu status sosio-ekonomi (b = 0, 045; p = 0, 697), pengetahuan tentang hal-hal seputar seks (b = 0, 152; p = 0, 254), kebiasaan merokok (b = -0,020; p = 0, 913), dan usia (b = 0, 074; p = 0, 168) ternyata tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan permisivitas. Oleh karena itu, hipotesis keempat variabel tersebut berhubungan dengan tinggi-rendahnya permisivitas ditolak.
2) Uji normalitas dan uji-T untuk variabel-variabel yang memiliki data nominal dengan kode angka 0 = tidak; 1 = ya
• Keperjakaan
Tabel 5 Uji normalitas variabel keperjakaan
p (untuk 0 = tidak) p (untuk 1 = ya)
0,002 0,000
Berdasarkan uji normalitas di atas, data nominal pada variabel keperjakaan di penelitian ini tidak normal (p < 0,05), tetapi masih dapat ditolerir sehingga disimpulkan bahwa data ini masih layak dianalisis menggunakan uji-T.
Tabel 6 Uji-T variabel keperjakaan
F Sig. T Sig. (2-tailed) Mean (0) Mean (1) 4,064 0,045 2,822 0,005 4.86312 3.08081
Hasil uji-T untuk variabel keperjakaan menunjukkan bahwa pada uji homogenitas, diperoleh F = 4,064 dan p = 0,045. Karena p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data ini tidak homogen atau ada perbedaan varians antara pria yang perjaka dan yang tidak perjaka.
Pada kolom signifikansi (2-tailed), diperoleh p < 0,05 yaitu p = 0,005. Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara pria yang perjaka dan tidak perjaka dalam hal permisivitas. Oleh karena itu, hipotesis ada perbedaan tinggi-rendahnya permisivitas terhadap
keperawanan wanita lajang antara perjaka dan tidak perjaka diterima.
Nilai mean menunjukkan bahwa pria yang tidak perjaka (0) memiliki tingkat permisivitas terhadap keperawanan wanita lajang yang lebih tinggi daripada pria yang masih perjaka (1).
• Sifat humoris
Tabel 7 Uji normalitas variabel sifat humoris
p (untuk 0 = tidak) p (untuk 1 = ya)
0,002 0,000
Berdasarkan uji normalitas di atas, data nominal pada variabel sifat humoris di penelitian ini tidak normal (p < 0,05), tetapi masih dapat ditolerir sehingga disimpulkan bahwa data ini masih layak dianalisis menggunakan uji-T.
Tabel 8 Uji-T variabel sifat humoris
F Sig. T Sig. (2-tailed) Mean (0) Mean (1)
2,205 0,139 1,004 0,316 4.36930 3.70147
Hasil uji-T untuk variabel keperjakaan menunjukkan bahwa pada uji homogenitas, diperoleh F = 2,205 dan p = 0,139. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data ini homogen atau tidak ada perbedaan varians antara pria yang humoris dan yang tidak humoris.
Pada kolom signifikansi (2-tailed), diperoleh p > 0,05 yaitu p = 0,316. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria humoris dan tidak humoris dalam hal permisivitas. Oleh karena itu, hipotesis ada perbedaan tinggi-rendahnya permisivitas terhadap keperawanan wanita lajang antara pria humoris dan tidak humoris ditolak.
• Sifat sabar
Tabel 9 Uji normalitas variabel sifat sabar
p (untuk 0 = tidak) p (untuk 1 = ya)
0,000 0,002
Berdasarkan uji normalitas di atas, data nominal pada variabel sifat sabar di penelitian ini tidak normal (p < 0,05), tetapi masih dapat ditolerir sehingga disimpulkan bahwa data ini masih layak dianalisis menggunakan uji-T.
Tabel 10 Uji-T variabel sifat sabar
F Sig. T Sig. (2-tailed) Mean (0) Mean (1) 0,182 0,670 0,260 0,795 4.01328 3.84316
Hasil uji-T untuk variabel sifat sabar menunjukkan bahwa pada uji homogenitas, diperoleh F = 0,182 dan p = 0,670. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data ini homogen atau tidak ada perbedaan varians antara pria yang sabar dan yang tidak sabar.
Pada kolom signifikansi (2-tailed), diperoleh p > 0,05 yaitu p = 0,795. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria penyabar dan tidak penyabar dalam hal permisivitas. Oleh karena itu, hipotesis ada perbedaan tinggi-rendahnya permisivitas terhadap keperawanan wanita lajang antara pria penyabar dan tidak penyabar ditolak.
• Sifat jujur
Tabel 11 Uji normalitas variabel sifat jujur
p (untuk 0 = tidak) p (untuk 1 = ya)
0,000 0,003
Berdasarkan uji normalitas di atas, data nominal pada variabel sifat jujur di penelitian ini tidak normal (p < 0,05), tetapi masih dapat ditolerir sehingga disimpulkan bahwa data ini masih layak dianalisis menggunakan uji-T.
Tabel 12 Uji-T variabel sifat jujur
F Sig. T Sig. (2-tailed) Mean (0) Mean (1) 0,596 0,441 -0,072 0,942 3.92668 3.97424
Hasil uji-T untuk variabel sifat jujur menunjukkan bahwa pada uji homogenitas, diperoleh F = 0,596 dan p = 0,441. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data ini homogen atau tidak ada perbedaan varians antara pria yang jujur dan yang tidak jujur.
Pada kolom signifikansi (2-tailed), diperoleh p > 0,05 yaitu p = 0,942. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria yang jujur dan tidak jujur dalam hal permisivitas. Oleh karena itu, hipotesis ada perbedaan tinggi-rendahnya permisivitas terhadap keperawanan wanita lajang antara pria jujur dan tidak jujur ditolak.
• Sifat setia
Tabel 13 Uji normalitas variabel sifat setia
p (untuk 0 = tidak) p (untuk 1 = ya)
0,000 0,001
Berdasarkan uji normalitas di atas, data nominal pada variabel sifat setia di penelitian ini tidak normal (p < 0,05), tetapi masih dapat ditolerir sehingga disimpulkan bahwa data ini masih layak dianalisis menggunakan uji-T.
Tabel 14 Uji-T variabel sifat setia
F Sig. T Sig. (2-tailed) Mean (0) Mean (1)
0,092 0,763 0,107 0,915 3.97463 3.90546
Hasil uji-T untuk variabel sifat setia menunjukkan bahwa pada uji homogenitas, diperoleh F = 0,092 dan p = 0,441. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data ini homogen atau tidak ada perbedaan varians antara pria yang setia dan yang tidak setia.
Pada kolom signifikansi (2-tailed), diperoleh p > 0,05 yaitu p = 0,915. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria yang setia dan tidak setia dalam hal permisivitas. Oleh karena itu, hipotesis ada perbedaan tinggi-rendahnya permisivitas terhadap keperawanan wanita lajang antara pria setia dan tidak setia ditolak.
3) Uji normalitas dan analisis varians untuk variabel-variabel
yang memiliki data nominal dengan lebih dari 2 kode angka
• Daerah asal
Tabel 15 Uji normalitas variabel daerah asal
(1 = Perkotaan; 2 = Pinggiran kota; 3 = Pedesaan / perkampungan)
p (1) p (2) p (3)
0,000 0,028 0,029
Berdasarkan uji normalitas di atas, data nominal pada variabel daerah asal di penelitian ini tidak normal (p < 0,05), tetapi masih dapat ditolerir sehingga disimpulkan bahwa data ini masih layak dianalisis menggunakan analisis varians.
Tabel 16 Analisis varians variabel daerah asal
Sig. (homogenitas) F Sig. (analisis varians)
0,173 1,117 0,329
Pada uji homogenitas, diperoleh p = 0,173. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data ini homogen atau tidak ada
perbedaan varians antara pria dari perkotaan, pinggiran kota, dan pedesaan / perkampungan.
Dari hasil analisis varians, diperoleh p > 0,05 yaitu p = 0,329. Hal ini berarti tidak ada perbedaan signifikan dalam hal permisivitas antara pria dari daerah asal yang berbeda. Oleh karena itu, hipotesis ada perbedaan tinggi-rendahnya permisivitas antara pria dengan daerah asal yang berbeda ditolak.
• Ras / suku / etnis
Tabel 17 Uji normalitas variabel ras / suku / etnis
(1 = Jawa; 2 = Sunda; 3 = Batak; 4 = Chinese / Tiong Hoa; 5 = Lainnya)
p (1) p (2) p (3) p (4) p (5)
0,000 0,236 0,320 0,007 0,273
Berdasarkan uji normalitas di atas, data nominal pada variabel ras / suku / etnis di penelitian ini ada yang normal dan tidak normal. Untuk kode 2, 3, dan 5 diperoleh data yang normal karena p > 0,05. Sedangkan untuk kode 1 dan 4, datanya tidak normal karena p < 0,05. Atas pertimbangan Penulis, disimpulkan bahwa data pada variabel ini layak dianalisis menggunakan analisis varians.
Tabel 18 Analisis varians variabel ras / suku / etnis
Sig. (homogenitas) F Sig. (analisis varians)
0,051 0,985 0,417
Pada uji homogenitas, diperoleh p = 0,051. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data ini homogen atau tidak ada perbedaan varians antara pria Jawa, Sunda, Batak, Chinese / Tiong Hoa, dan lainnya.
Dari hasil analisis varians, diperoleh p > 0,05 yaitu p = 0,417. Hal ini berarti tidak ada perbedaan signifikan dalam hal permisivitas antara pria dengan ras / suku / etnis yang berbeda. Oleh karena itu, hipotesis ada perbedaan tinggi-rendahnya permisivitas antara pria dengan ras / suku / etnis yang berbeda ditolak.
• Agama / Kepercayaan
Tabel 19 Uji normalitas variabel agama / kepercayaan
(1 = Islam; 2 = Kristen Protestan; 3 = Kristen Katolik; 4 = Hindu; 5 = Buddha; 6 = Kong Hu Cu; 7 = Tidak menganut agama / kepercayaan apapun; 8 = Lainnya)
p (1) p (2) p (3) p (4) p (5) p (6) p (7) p (8) 0,001 0,021 0,007 0,999 0,999 - 0,771 0,474
Berdasarkan uji normalitas di atas, data nominal pada variabel agama / kepercayaan di penelitian ini ada yang normal dan tidak
normal. Untuk kode 4, 5, 7, dan 8 diperoleh data yang normal karena p > 0,05. Sedangkan untuk kode 1, 2, dan 3, datanya tidak normal karena p < 0,05. Sementara itu, untuk kode 6, normalitas data tidak dapat teridentifikasi karena jumlah responden yang memilihnya hanya satu orang. Atas pertimbangan Penulis, disimpulkan bahwa data pada variabel ini layak dianalisis menggunakan analisis varians.
Tabel 20 Analisis varians variabel agama / kepercayaan
Sig. (homogenitas) F Sig. (analisis varians)
0,392 1,813 0,087
Pada uji homogenitas, diperoleh p = 0,392. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data ini homogen atau tidak ada perbedaan varians antara pria yang beragama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, pria yang tidak menganut agama / kepercayaan apapun, dan yang beragama selain yang disebutkan.
Dari hasil analisis varians, diperoleh p > 0,05 yaitu p = 0,087. Hal ini berarti tidak ada perbedaan signifikan dalam hal permisivitas antara pria dengan agama / kepercayaan yang berbeda. Oleh karena itu, hipotesis ada perbedaan tinggi-rendahnya permisivitas antara pria dengan agama / kepercayaan yang berbeda ditolak.
• Keadaan tinggal
Tabel 21 Uji normalitas variabel keadaan tinggal
(1 = Tinggal di rumah sendiri; 2 = Tinggal dengan orang tua; 3 = Tinggal di kos; 4 = Tinggal bersama keluarga lain; 5 = Lainnya)
p (1) p (2) p (3) p (4) p (5)
0,127 0,000 0,005 0,438 0,864
Berdasarkan uji normalitas di atas, data nominal pada variabel keadaan tinggal di penelitian ini ada yang normal dan tidak normal. Untuk kode 1, 4, dan 5 diperoleh data yang normal karena p > 0,05. Sedangkan untuk kode 2 dan 3, datanya tidak normal karena p < 0,05. Atas pertimbangan Penulis, disimpulkan bahwa data pada variabel ini layak dianalisis menggunakan analisis varians.
Tabel 22 Analisis varians variabel keadaan tinggal
Sig. (homogenitas) F Sig. (analisis varians)
0,375 0,296 0,880
Pada uji homogenitas, diperoleh p = 0,375. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data ini homogen atau tidak ada perbedaan varians antara pria yang tinggal di rumah sendiri, tinggal dengan orang tua, tinggal di kos, tinggal bersama keluarga lain, atau dengan keadaan lainnya.
Dari hasil analisis varians, diperoleh p > 0,05 yaitu p = 0,880. Hal ini berarti tidak ada perbedaan signifikan dalam hal
permisivitas antara pria dengan keadaan tinggal yang berbeda. Oleh karena itu, hipotesis ada perbedaan tinggi-rendahnya permisivitas antara pria dengan keadaan tinggal yang berbeda ditolak.
• Status pernikahan
Tabel 23 Uji normalitas variabel status pernikahan (1 = Belum menikah; 2 = Menikah; 3 = Duda)
p (1) p (2) p (3)
0,000 0,082 0,933
Berdasarkan uji normalitas di atas, data nominal pada variabel status pernikahan di penelitian ini ada yang normal dan tidak normal. Untuk kode 2 dan 3 diperoleh data yang normal karena p > 0,05. Sedangkan untuk kode 1, datanya tidak normal karena p < 0,05. Atas pertimbangan Penulis, disimpulkan bahwa data pada variabel ini layak dianalisis menggunakan analisis varians.
Tabel 24 Analisis varians variabel status pernikahan
Sig. (homogenitas) F Sig. (analisis varians)
0,254 0,638 0,529
Pada uji homogenitas, diperoleh p = 0,254. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data ini homogen atau tidak ada perbedaan varians antara pria yang belum menikah, menikah, dan duda.
Dari hasil analisis varians, diperoleh p > 0,05 yaitu p = 0,529. Hal ini berarti tidak ada perbedaan signifikan dalam hal permisivitas antara pria dengan status pernikahan yang berbeda. Oleh karena itu, hipotesis ada perbedaan tinggi-rendahnya permisivitas antara pria dengan status pernikahan yang berbeda ditolak.