• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Saran berkaitan dengan manfaat penelitian

Bagi masyarakat pada umumnya, agar memahami faktor apa yang sebenarnya berhubungan dengan pandangan negatif seorang pria terhadap wanita lajang yang tidak perawan selama ini. Pandangan seorang pria tergantung dari karakteristik yang mereka miliki sendiri di dalam dirinya. Selain itu juga agar masyarakat lebih memahami apa yang mendorong terjadinya fenomena-fenomena yang sebelumnya dijabarkan di latar belakang penelitian.

Bagi para wanita lajang, khususnya yang merasa tidak nyaman dengan status keperawanan mereka, agar tidak menjadi depresi, putus asa, dan melakukan hal-hal yang tidak perlu dilakukan. Diharapkan juga agar wanita dapat mengerti bahwa ada hal-hal yang berhubungan dengan permisivitas pria terhadap keperawanan mereka, dan menyadari betul bahwa tidak semua pria memandang wanita yang sudah kehilangan keperawanannya sebagai sesuatu yang buruk, sehingga mereka pun tidak perlu merasa buruk akan diri mereka sendiri. Ditolerir atau tidaknya sebuah status keperawanan wanita, hal ini sesungguhnya lebih merupakan masalah pada pihak laki-laki terkait dengan karakteristik mereka, dan bukannya pada pihak sang wanita itu sendiri.

2. Saran berkaitan dengan kelanjutan penelitian

Bagi peneliti lain, agar dapat melakukan penelitian lanjutan yang berangkat dari latar belakang yang sama dan dengan tujuan untuk lebih mempermudah para wanita lajang mencari pria yang sesuai dengan keinginan dan kondisinya dengan melihat dari karakteristik pria tersebut. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa faktor yang berhubungan dengan permisivitas pria adalah standar ganda, religiusitas, dan keperjakaan. Namun, ketiga faktor ini bukanlah karakteristik seseorang yang dapat dilihat secara eksplisit dari penampilan luar semata. Bukanlah juga sesuatu yang dapat ditanyakan dalam pertanyaan yang simpel, terlebih karena ketiganya dapat disebut sebagai hal-hal yang cukup sensitif. Tidak etis jika kita langsung menanyakan seorang pria apakah dirinya menganut prinsip standar ganda, religius, ataukah perjaka. Faktor-faktor ini bukanlah sesuatu yang wajar dibicarakan sehari-hari dan dapat diketahui secara cepat dan pasti seperti misalnya ketika kita hanya bertanya mengenai daerah asal atau etnis pria tersebut. Karena itulah, ada baiknya jika ada penelitian lanjutan mengenai bagaimana caranya mengetahui, atau setidaknya memperkirakan, prinsip standar ganda, religiusitas, keperjakaan seorang pria. Mungkin peneliti lain dapat melihat apakah ada korelasi signifikan antara standar ganda seorang pria dengan daerah asalnya. Jika semisal ada, maka para wanita pun dapat memprediksi apakah seorang pria menganut prinsip standar ganda atau tidak hanya dengan mengetahui daerah asalnya.

DAFTAR PUSTAKA

Amuchástegui, A. (1999). Dialogue and the Negotiation of Meaning: Constructions of Virginity in Mexico. Culture, Health & Sexuality, Vol. 1, No. 1, pp. 79-93.

Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Azwar, S. (1999). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2004). Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bearman, P.S., Brückner, H. (2001). Promising the Future: Virginity Pledges as

they Affect Transition to First Intercourse. American Journal of Sociology,

Vol. 106, No. 4, pp. 859-912.

Berggren, V., Ahmed, S.M., Hernlund, Y., Johansson, E., Habbani, B., Edberg, A.K. (2006). Being Victims or Beneficiaries? Perspectives on Female Genital Cutting and Reinfibulation in Sudan. African Journal of Reproductive Health / La Revue Africaine de la Santé Reproductive, Vol. 10, No. 2, pp. 24-36.

Caron, S.L., Davis, C.M., Halteman, W.A., Stickle, M. (1993). Predictors of condom-related behaviors among first-year college students. The Journal of Sex Research, Vol. 30, pp. 252-259.

Castelli, E. (1986). Virginity and Its Meaning for Women's Sexuality in Early Christianity. Journal of Feminist Studies in Religion, Vol. 2, No. 1, pp. 61-88.

Chao, J., Lin Y., Ma, M., Ku Y., Tsai, C., Shi, M. (2010). Sexual knowledge, attitudes and activity of men conscripted into the military. BMC Public Health, Vol. 10, No. 577.

Cortese, J. (1996). What If I’m A Virgin. www.10.com/~wwwoman/sexuality/virginity.html

Crawford, M.; Popp, D. (2003). Sexual Double Standards: A Review and Methodological Critique of Two Decades of Research. The Journal of Sex Research, Vol. 40, No. 1, Gender and Sexuality, pp. 13-26.

Damanik, F.H.S. (2006). Menguak Makna Keperawanan Bagi Siswi SMA. USU e-Journals, Vol. 1, No. 1.

Deardorff, J., Schann, J.M., Flores, E., Ozer, E.J. (2010). Sexual Values and Risky Sexual Behaviors Among Latino Youths. Perspectives on Sexual and Reproductive Health, Vol. 42, No. 1, pp. 23-32.

Derné, S. (1994). Hindu Men Talk about Controlling Women: Cultural Ideas as a Tool of the Powerful. Sociological Perspectives, Vol. 37, No. 2, pp. 203-227.

Edwards, A.L. (1957). Techniques of Attitude Scale Construction. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.

Feagin, J.R. (1964). Prejudice and Relegious Types: A Focused Study on Southern Fundamentalists. Journal for The Scientific Study of Religion, Vol. 4, No. 1, pp. 3-13.

Forster, M.R. (2005). Ulrike Strasser. State of Virginity: Gender, Religion, and Politics in an Early Modern Catholic State. The American Historical Review, Vol. 110, No. 1, pp. 239-240.

Gonzáles-López, G. (2004). Fathering Latina Sexualities: Mexican Men and the Virginity of Their Daughters. Journal of Marriage and Family, Vol. 66, No. 5, Special Issue: International Perspectives on Families and Social Change, pp. 1118-1130.

Hill, Z.E., Cleland, J., Ali, M.M. (2004). Religious Affiliation and Extramarital Sex among Men in Brazil. International Family Planning Perspectives,

Vol. 30, No. 1, pp. 20-26.

Knodel, J., Low, B., Saengtienchai, C., Lucas, R. (1997). An Evolutionary Perspective on Thai Sexual Attitudes and Behavior. The Journal of Sex Research, Vol. 34, No. 3, pp. 292-303.

Ku, L., Sonenstein, F.L., Lindberg, L.D., Bradner, C.H., Boggess, S., Pleck, J.H. (1998). Understanding Changes in Sexual Activity Among Young Metropolitan Men: 1979-1995. Family Planning Perspectives, Vol. 30, No. 6, pp. 256-262.

Leclerc-Madlala, S; Leclerc-Madlala, S. (2003). Protecting Girlhood? Virginity Revivals in the Era of AIDS. Agenda, No. 56, Gendering Childhood, pp. 16-25.

Malhotra, A. (1997). Gender and the Timing of Marriage: Rural-Urban Differences in Java. Journal of Marriage and Family, Vol. 59, No. 2, pp. 434-450.

Muehlenhard, C.L.; Cook, S.W. (1988). Men's Self-Reports of Unwanted Sexual Activity. The Journal of Sex Research, Vol. 24, pp. 58-72.

Papalia, D.E. & Olds, S.W. (1986). Human Development. McGraw-Hill.

Reber, A.S. 1995. The Penguinn Dictionary of Psychology. Second Edition. New York: Penguinn Books.

Renne, E.P. (1993). Changes in adolescent sexuality and the perception of virginity in a southwestern Nigerian village. Health Transition Review,

Vol. 3, Supplement, Sexual Networking and HIV/AIDS in West Africa, pp. 121-133.

Sa'ar, A. (2004). Many Ways of Becoming a Woman: The Case of Unmarried Israeli-Palestinian "Girls". Ethnology, Vol. 43, No. 1, pp. 1-18.

Santrock, J.W. (2002). Perkembangan Sepanjang Masa Hidup. Penerjemah Ahmad Chusairi. Ed. 5. Jakarta: Erlangga.

Sari, C.A.N. (2003). Perbedaan Sikap Terhadap Keperawanan Antara Wanita Dengan Kelas Sosial Ekonomi Atas, Menengah, dan Bawah. Yogyakarta: Kumpulan Skripsi Universitas Sanata Dharma.

Sarwono, S.W. (1989). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali.

Schlegel, A. (1991). Status, Property, and the Value on Virginity. American Ethnologist, Vol. 18, No. 4, pp. 719-734.

Sherwin, R.; Corbett, S. (1985). Campus Sexual Norms and Dating Relationships: A Trend Analysis. The Journal of Sex Research, Vol. 21, No. 3, pp. 258-274.

Silva, K.T., Scensul, J., & Ratnayake, P. (2000). Virginity, taboos against premarital sex and implication for sexual risk in Youth Srilanka. The medicine conference health social science action & partnership. Yogyakarta: Population Studies Centre Gadjah Mada University.

Spencer, M. (1985). Fourth Edition Foundation of Modern Sociology. New Jersey: Prentice-Hall.

Sprecher, S., Regan, P.C. (1996). College Virgins: How Men and Women Perceive Their Sexual Status. The Journal of Sex Research, Vol. 3, No. 10, pp. 3-15.

Topan, F.M. (1995). Vugo: A Virginity Celebration Ceremony among the Swahili of Mombasa. African Languages and Cultures, Vol. 8, No. 1, pp. 87-107.

Trisnawati, N.M., Wulanyani, N.M.S. (2006). Persepsi Remaja Bali Tentang Kehamilan Pranikah. Piramida, Vol. 2, No. 2, pp. 101-109.

Widiarto, A. (2005). Perbedaan Sikap Terhadap Keperawanan atau Keperjakaan (Virginity) Antara Mahasiswa Laki-laki dan Mahasiswa Perempuan. Yogyakarta: Kumpulan Skripsi Universitas Sanata Dharma.

http://berita.liputan6.com/read/302884/Komnas.PA.212.Persen.Remaja.Pernah.Ab orsi http://en.wikipedia.org/wiki/Anal_sex http://en.wikipedia.org/wiki/Non-penetrative_sex http://en.wikipedia.org/wiki/Oral_sex http://en.wikipedia.org/wiki/Sexual_intercourse http://homecarejogja.com/operasi-keperawanan-atau-laser-vaginal-rejuvenation/ http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_seksual http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kuantitatif http://id.wikipedia.org/wiki/Selaput_dara http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/28/07383455/Duh.Ragu.Menikah.kare na.Tak.Perawan.Lagi http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/03/10244121/Selaput.Dara.Bukan.Uk uran.Virginitas http://megapolitan.kompas.com/read/2010/11/28/1353182/Separuh.Gadis.Jabodet abek.Tidak.Perawan http://teknologi.kompasiana.com/internet/2010/02/06/kembali-perawan-setelah-punya-anak/ http://www.birojodohislami.com http://www.birojodohkristen.com/ http://www.cybermateindonesia.com

http://www.gajimu.com/main/gaji/Gaji-Minimum/ump-2012 http://www.hypnosis45.com/tidak_perawan.htm http://www.onlinesurgery.com/article/potential-side-effects-of-hymenoplasty.html http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=978&tbl=biaswanita http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/10/08/lsr5tr-astaghfirullahsebagian-besar-remaja-perkotaan-pernah-berhubungan-seks http://www.seksualitas.net/2-cara-mengembalikan-keperawanan.htm http://www.whereismydoctor.com/guides/plastic-surgery/genital-surgery/hymenoplasty_revirginization

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1998). Jakarta: Perum Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka.

Lampiran 1: Kuesioner I: Nilai Keperawanan Wanita Lajang

Kuesioner: Nilai Keperawanan Wanita Lajang

Responden yang berbahagia,

Kam i berm aksud m elakukan survei ten tan g keperawanan wanita lajang atau belum pernah m enikah. Terkait dengan hal itu, kam i in gin m en jelaskan beberapa hal terlebih dulu.

Pertam a, tentan g berbagai jenis keperawanan m enurut pandan gan m asyarakat. Dari survei awal yang dilakukan pen eliti, diketahui bahwa jenis keperawan an wanita lajang bukan hanya perawan dan tidak perawan saja, tetapi m eliputi 13 jenis yaitu: 1. Wanita lajang yang perawan secara fisik dan psikologis

2. Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pern ah m elakukan aktivitas seksual tanpa sexual intercourse

3. Wan ita lajan g yan g perawan secara psikologis, tetapi tidak perawan secara fisik karena alasan m edis (kecelakaan, penyakit, olahraga, selaput dara robek sejak lahir, dsb)

4. Wanita lajang yang perawan secara psikologis, tetapi tidak perawan secara fisik karena pern ah m elakukan m asturbasi 5. Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karena pernah m elakukan sexual in tercourse dengan pacar tanpa paksaan

6. Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karena pernah m elakukan sexual intercourse dengan orang yang bukan pacar tanpa paksaan

7. Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karena pernah diperkosa oleh oran g yan g bukan pacar 8 . Wanita lajang yang tidak perawan secar a fisik dan psikologis karen a dipaksa berhubungan seks oleh pacar atas dasar cin ta 9. Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis tapi kem udian m elakukan operasi pengem balian selaput dara 10 . Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karena m elakukan prostitusi dengan alasan terhim pit ekonom i 11. Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karen a m elakukan prostitusi den gan alasan in gin m endapat banyak uang untuk m em biayai gaya hidup m ewah

12. Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pern ah m elakukan aktivitas seksual tan pa sexual in tercourse dengan partn er sesam a wan ita

13. Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual dengan intercourse (m en ggunakan jari, tangan, atau benda lain) dengan partner sesam a wanita

Kedua, terkait dengan berbagai jenis keperawan an di atas, terdapat beberapa istilah yang m un gkin belum betul-betul An da paham i. Berikut adalah penjelasannya:

a) Perawan secara fisik, yaitu wan ita yan g m asih m em iliki selaput dara (selaput dara belum robek) -- Selaput dara adalah suatu lipatan selaput len dir yan g m en utupi pin tu liang senggam a pada vagin a wan ita, dapat robek dikarenakan sexual in tercourse atau alasan m edis (kecelakaan, penyakit, olahraga, selaput dara robek sejak lahir, dsb).

b) Perawan secara psikologis, yaitu wanita yang belum pern ah m elakukan aktivitas seksual yang m eliputi sexual in tercourse, oral sex, an al sex, dan pettin g -- Sexual in tercourse m en gacu pada tindakan di m an a pen is laki-laki m em asuki vagina wanita untuk tujuan kenikm atan seksual atau reproduksi; Oral sex adalah aktivitas seksual yang m elibatkan stim ulasi dari alat kelam in pasangan seks dengan m enggunakan m ulut, lidah, gigi, atau tenggorokan; An al sex adalah tindakan seks di m ana penis dim asukkan ke dalam an us pasangan seksual; sedangkan Petting, atau juga dikenal sebagai outercourse, adalah hubungan seks tan pa sexual in tercourse m aupun an al atau oral sex, biasan ya dilakukan den gan cara salin g m eraba atau m en ggesekkan alat kelam in pasangan.

Berdasarkan hal-hal yang sudah dijelaskan di atas, Anda kam i m inta untuk m enjawab sem ua soal di kuesioner ini m enurut opini pribadi Anda sendiri. Kuesioner in i bersifat ANONIM atau tanpa nam a, dan kerahasiaann ya dijaga oleh pihak peneliti. Berikut in i adalah 78 soal yan g m asing-m asin g berisi sepasan g jenis keperawanan wanita lajang. Anda harus m em ilih satu dari setiap pasang jen is yan g MENURUT ANDA m erupakan kondisi keperawan an wanita lajan g yan g LEBIH TERH ORMAT / BERH ARGA / BAIK SECARA MORAL. Cara m en jawab: Klik pada bulatan kalim at yang m erupakan pilihan Anda! Tidak ada jawaban yan g ben ar atau salah, dan in gatlah bahwa An da harus m en jawab sem ua soal tan pa m elewatkan satupun ! Good luck! * Required

1) *Yang m ana yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral? Wanita lajang yang perawan secara fisik dan psikologis.

Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual tan pa sexual in tercourse.

2) *Yan g m ana yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral? Wanita lajang yang perawan secara fisik dan psikologis.

Wanita lajang yang perawan secara psikologis, tetapi tidak perawan secara fisik karen a alasan m edis (kecelakaan, penyakit, olahraga, selaput dara robek sejak lahir, dsb).

3) *Yan g m an a yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral? Wanita lajang yang perawan secara fisik dan psikologis.

Wanita lajang yang perawan secara psikologis, tetapi tidak perawan secara fisik karena pernah m elakukan m asturbasi.

4) *Yang m ana yang lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral? Wanita lajang yang perawan secara fisik dan psikologis.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karen a pern ah m elakukan sexual in tercourse dengan pacar tanpa paksaan.

5) *Yan g m ana yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral? Wanita lajang yang perawan secara fisik dan psikologis.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karen a pernah m elakukan sexual intercourse dengan oran g yang bukan pacar tanpa paksaan.

6) *Yang m ana yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral? Wanita lajang yang perawan secara fisik dan psikologis.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karena pernah diperkosa oleh oran g yang bukan pacar.

7) *Yang m an a yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral? Wanita lajang yang perawan secara fisik dan psikologis.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karen a dipaksa berhubungan seks oleh pacar atas dasar cinta.

8 ) *Yang m ana yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral? Wanita lajang yang perawan secara fisik dan psikologis.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis tapi kem udian m elakukan operasi pengem balian selaput dara.

9) *Yang m ana yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral? Wanita lajang yang perawan secara fisik dan psikologis.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karen a m elakukan prostitusi dengan alasan terhim pit ekon om i.

10 ) *Yang m ana yang lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral? Wanita lajang yang perawan secara fisik dan psikologis.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karen a m elakukan prostitusi dengan alasan ingin m endapat banyak uang untuk m em biayai gaya hidup m ewah.

11) *Yang m ana yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral? Wanita lajang yang perawan secara fisik dan psikologis.

Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual tanpa sexual intercourse dengan partner sesam a wanita.

12) *Yan g m ana yang lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral? Wanita lajang yang perawan secara fisik dan psikologis.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karen a pern ah m elakukan aktivitas seksual den gan in tercourse (m en ggun akan jari, tangan , atau ben da lain ) den gan partner sesam a wan ita.

13) *Yan g m an a yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral?

Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual tan pa sexual in tercourse.

Wanita lajang yang perawan secara psikologis, tetapi tidak perawan secara fisik karen a alasan m edis (kecelakaan, penyakit, olahraga, selaput dara robek sejak lahir, dsb).

14) *Yan g m an a yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral?

Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual tan pa sexual in tercourse.

Wanita lajang yang perawan secara psikologis, tetapi tidak perawan secara fisik karena pernah m elakukan m asturbasi.

15) *Yan g m ana yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral?

Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual tan pa sexual in tercourse.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karen a pernah m elakukan sexual intercourse dengan pacar tanpa paksaan.

16) *Yan g m an a yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral?

Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual tan pa sexual in tercourse.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karen a pernah m elakukan sexual intercourse dengan oran g yang bukan pacar tanpa paksaan.

17) *Yang m an a yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral?

Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual tan pa sexual in tercourse.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karena pernah diperkosa oleh oran g yang bukan pacar.

18 ) *Yang m ana yang lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral?

Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual tan pa sexual in tercourse.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karen a dipaksa berhubungan seks oleh pacar atas dasar cinta.

19) *Yan g m an a yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral?

Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual tan pa sexual intercourse.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis tapi kem udian m elakukan operasi pengem balian selaput dara.

20 ) *Yang m ana yang lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral?

Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual tan pa sexual in tercourse.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karen a m elakukan prostitusi dengan alasan terhim pit ekon om i.

21) *Yan g m ana yang lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral?

Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual tan pa sexual in tercourse.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karen a m elakukan prostitusi dengan alasan ingin m endapat banyak uang untuk m em biayai gaya hidup m ewah.

22) *Yan g m an a yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral?

Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual tan pa sexual in tercourse.

Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual tanpa sexual intercourse dengan partner sesam a wanita.

23) *Yan g m ana yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral?

Wanita lajang yang perawan secara fisik, tetapi tidak perawan secara psikologis karena pernah m elakukan aktivitas seksual tan pa sexual in tercourse.

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karen a pern ah m elakukan aktivitas seksual den gan in tercourse (m en ggun akan jari, tangan , atau ben da lain ) den gan partner sesam a wan ita.

24) *Yan g m an a yan g lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral?

Wanita lajang yang perawan secara psikologis, tetapi tidak perawan secara fisik karen a alasan m edis (kecelakaan, penyakit, olahraga, selaput dara robek sejak lahir, dsb).

Wanita lajang yang perawan secara psikologis, tetapi tidak perawan secara fisik karena pernah m elakukan m asturbasi.

25) *Yan g m an a yang lebih terhorm at / berharga / baik secara m oral?

Wanita lajang yang perawan secara psikologis, tetapi tidak perawan secara fisik karen a alasan m edis (kecelakaan, penyakit, olahraga, selaput dara robek sejak lahir, dsb).

Wanita lajang yang tidak perawan secara fisik dan psikologis karen a pern ah m elakukan sexual in tercourse

Dokumen terkait