BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Hasil Penelitian
1) Revitalisasi bahasa Jawa dalam program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”
Pada bagian ini peneliti melakukan wawancara mengenai revitalisasi bahasa Jawa dalam program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” di Radio Retjo Buntung. Setiap program acara yang ada di radio maupun televisi tentunya telah memiliki tujuan dalam pembuatan program acara tersebut.
Maka dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada pihak Radio Retjo Buntung mengenai tujuan dari program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”.
Hari Wahyu Utomo sebagai bagian produksi dalam program acara tersebut
49
mengatakan bahwa: “Ya selain untuk hiburan, tentunya yang jelas karena kita sebagai orang jawa ya di Jogja, apalagi. Kita kan tetep menjaga budaya Jawa, salah satunya itu. Salah satunya melestarikan bahasa Jawa, itu.” (Wawancara, 2 Januari 2019)
Hari Wahyu Utomo menjelaskan bahwa tujuan dari adanya program acara
“Sandiwara Bahasa Jawa” adalah untuk menjaga budaya Jawa yang ada di Yogyakarta. Terutama dengan tetap melestarikan bahasa Jawa. Selain untuk melestarikan bahasa Jawa, program acara tersebut bertujuan untuk menghibur masyarakat.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh penulis naskah sekaligus sutradara pada program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” yaitu Ria Gustimawar. Ria menyatakan bahwa: “Jelas ada itu, terutama seperti unggah-ungguh, kita mengajarkan anak-anak bagaimana menghormati orang tua. Karena ini cerita sehari-hari, saya banyak mengambil masalah-masalah yang ada di sekitar itu, jadi masyarakat mendengarkan nggak hanya sekedar hiburan, tetapi tetap ada manfaatnya...” (Wawancara, 2 Januari 2019)
Menurut Ria Gustimawar, tujuan program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”
memang untuk melestarikan budaya Jawa serta untuk mengingat kembali bahasa Jawa. Selain itu, mengajarkan budaya Jawa seperti sopan santun dalam budaya Jawa. Hal ini berdasarkan cerita yang disajikan yaitu mengambil masalah yang ada di sekitar masyarakat.
Selain bertanya mengenai tujuan program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”
kepada bagian produksi. Dalam sebuah program acara tentunya memiliki
perbedaan dalam merevitalisasi program acara tersebut agar menjadi lebih baik dan mendapatkan perhatian dan minat pendengar atau masyarakat. Oleh karena itu, peneliti bertanya mengenai hal tersebut kepada penulis naskah program acara
“Sandiwara Bahasa Jawa” yaitu Ria Gustimawar. Ria mengatakan bahwa:
“kalau program acara SBJ (Sandiwara Bahasa Jawa) ini dalam segi ceritanya dahulu hanya menyajikan satu cerita saja dan satu tema, yaitu keluarga. Kalau dulu sih ceritanya cuman tentang seputar keluarga dan genre nya nggak macem-macem. Kalau sekarang ini lebih bervariasi dari segi ceritanya kayak sekarang ini ceritanya lebih ke yang ada di sekitar, dan genrenya saya buat lebih banyak, kayak ada genre horor, seperti itu...”
(Wawancara, 27 Februari 2019).
Ria menjelaskan bahwa dalam program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”
yang sudah ada sejak tahun 1965 ini mengalami perubahan dalam segi cerita. Jika awalnya pada program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” ini hanya memiliki cerita tentang keluarga saja dan tidak tidak memiliki variasi dalam genre yang dibawakan pada cerita tersebut. Akan tetapi setelah Ria Gustimawar menggantikan penulis naskah yang lama, maka terjadi perubahan dalam segi cerita yang disampaikan.
Saat ini cerita yang disampaikan lebih banyak variasi genre seperti genre horor yang dibuat pada salah satu episode pada program acara tersebut. Kemudian selain itu cerita yang dibuat saat ini lebih bervariasi, artinya cerita yang disampaikan tidak hanya bercerita mengenai keluarga saja. Akan tetapi lebih menuju cerita yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari yang ada di masyarakat seperti cerita rakyat dan cerita sehari-hari.
51
Selain itu Ria juga mengatakan bahwa: “Ya itu, kalau untuk penyampaian ceritanya nggak ada perubahan dari dulu sampai sekarang, dan untuk penyangannya juga masih tetap sama...” (Wawancara, 27 Februari 2019).
Menurut Ria dalam penyampaian cerita pada program acara ini masih sama dan tidak ada perubahan dari program terdahulu hingga saat ini. Dalam hal waktu penayangannya juga tidak mengalami perubahan. Kemudian dalam setiap program acara di radio selalu memiliki target audien atau segmentasi pendengar.
Pada program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” ini memiliki segmentasi pendengar untuk umum. Artinya program acara ini dapat didengarkan untuk semua kalangan dari anak-anak hingga orang tua.
Ria mengatakan bahwa: “memang program acara ini untuk umum. Cerita yang disampaikan juga sesuai dengan kehidupan sehari-hari, jadi pendengar mudah paham. Tapi kalau untuk anak-anak kita nggak bikin cerita anak-anak paling ya buat remaja sampai orang tua aja. Karena ya kita tayang jam 9 malam pasti anak-anak juga udah tidur...” (Wawancara, 27 Februari 2019).
Dari penjelasan tersebut dikatakan bahwa cerita dalam program acara
“Sandiwara Bahasa Jawa” ini untuk remaja hingga orang tua karena jam tayang yang malam. Dan untuk anak-anak, program acara ini tidak membuat cerita anak karena mengingat penanyangan program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” ini yang mana kebanyakan anak-anak sudah tidur.
Selain itu Ria Gustimawar juga memberikan daftar judul cerita yang sudah pernah ditulis dan ditayangkan pada program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”, sebagai berikut :
TABEL 4.7
DAFTAR JUDUL CERITA PROGRAM ACARA “SANDIWARA BAHASA JAWA”
14 Kumandhanging Tresna 4 Seri
15 Lelakon 4 Seri
16 Lintang Panjersore 4 Seri
17 Manten 4 Seri
18 Mendhung Sumilak 10 Seri 19 Misteri Omah Limasan 4 Seri 20 Misteri Penari Sintren 4 Seri 21 Misteri Vila Bandungan 4 Seri
22 Nyai Ratu Poleng 4 Seri
23 Pendhut Karang Ampel 5 Seri 24 Petilasan Goa Kethek 4 Seri 25 Prewangan Gunung Srandil 4 Seri
26 Rawa Pening 2 Seri
SUMBER: DOKUMEN SANDIWARA BAHASA JAWA 2013
53
Dari judul cerita yang telah dibuat Ria sejak tahun 2013 ini terdapat 35 judul dengan beberapa jumlah seri tiap judulnya. Dari cerita-cerita tersebut terdapat genre horor yang mulai membuat perubahan dari cerita-cerita sebelumnya. Berikut judul cerita bergenre horor yang telah diproduksi :
TABEL 4.8
DAFTAR JUDUL CERITA HOROR No. Judul Cerita
1. Misteri Omah Limasan 2. Misteri Penari Sintren 3. Misteri Vila Bandungan 4. Tali Pocong
5. Tumbal Nyai Kondhe
SUMBER: DOKUMEN SANDIWARA BAHASA JAWA 2013
Selain itu juga terdapat cerita legenda atau mitos dari cerita rakyat yang disuguhkan pada program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” yaitu sebagai berikut :
TABEL 4.9
SUMBER: DOKUMEN SANDIWARA BAHASA JAWA 2013
Setiap program acara akan mendapatkan feedback atau respon dari audience. Respon tersebut berguna untuk mengetahui kualitas dari program acara yang ada di radio maupun televisi. Dengan adanya respon atau feedback yang diberikan masyarakat, maka dapat membantu berkembangnya program acara
tersebut menjadi lebih baik. Respon atau feedback dapat diberikan melalui sosial media seperti whatsapp, instagram, dan facebook.
Peneliti juga melakukan wawancara mengenai respon yang diberikan pendengar terhadap Radio Retjo Buntung. Hari Wahyu Utomo mengatakan bahwa:
“...kemarin yang saya tau itu, bahkan SBJ (Sandiwara Bahasa Jawa) itu ada yang menggemari, bahkan yang menggemari itu datang kesini. Waktu itu saya tanya, “masnya dari mana?” dia jawab, “saya dari Surabaya.”,
“loh kok mendengarkan SBJ? Lewat streaming ya?” dia jawab iya dari streaming, gitu. Karena dari Surabaya tu yang ada Sandiwara Jawa tu Cuma dari RRI Surabaya, dan mungkin dari radio swasta sana jarang ada.
Makanya dia mendengarkan itu dan kemari..” (Wawancara, 2 Januari 2019)
Respon dari pendengar sangat besar untuk program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”. Menurut pernyataan Hari Wahyu Utomo, pendengar “Sandiwara Bahasa Jawa” dari luar Yogyakarta yang berasal dari Surabaya sampai mendatangi Radio Retjo Buntung. Lain halnya dengan Ria Gustimawar, menurut Ria antusias pendengar “Sandiwara Bahasa Jawa” ditujukan lewat media sosial.
Selain itu ada yang mengirimkan pesan pribadi kepada pemain “Sandiwara Bahasa Jawa”.
“Biasanya kalau respon gitu adanya di acara Lesehan, kadang-kadang langsung pemainnya dikasih tau, yang biasa saya dengar sampai mereka tu banyak ngirim WA ke mas resi tu, jadi mereka tu penasaran, kadang-kadang mereka ada yang sampai cemburu, kadang-kadang-kadang-kadang juga kalau pas serial gini mereka jadi penasaran gimana episode selanjutnya, itu pendengar yang mengikuti sekali seperti itu. Jadi ada pendengar yang maniak banget mengikuti itu, ada...” (Ria Gustimawar, Wawancara, 2 Januari 2019)
Radio ataupun televisi saat membuat sebuah program acara akan menentukan target audience atau sasaran target untuk program acara tersebut.
55
Program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” memiliki segmentasi umum. Artinya seluruh lapisan masyarakat mampu mendengarkan program acara tersebut. Tidak terbatasi usia maupun golongan. Agar memperkuat pendapat dari pihak Radio Retjo Buntung, peneliti melakukan wawancara kepada pendengar dalam rentang usia yang berbeda. Peneliti mewawancarai pendengar dengan usia mulai dari 15 tahun hingga 60 tahun.
Dalam hal ini peneliti bertanya mengenai tanggapan pendengar terhadap program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”. Pendengar pertama yaitu Elda, pelajar dan berusia 16 tahun. Elda mengatakan bahwa: “Bagus mbak, tapi ya mungkin di kembangin lagi dari segi cerita dan bahasa jawanya. Biar para pelajar bisa mudengnya gampang.” (Wawancara, 8 Desember 2018)
Sebagai pelajar, tanggapan untuk program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”
yaitu bagus dalam hal ceritanya dan memberikan pengetahuan tentang bahasa Jawa. Akan tetapi, Elda memberikan saran agar cerita dan bahasa Jawa yang digunakan mampu dipahami oleh para pelajar. Lain halnya dengan Ayu, pekerja berusia 25 tahun dan Sri, ibu rumah tangga berusia 58 tahun. Ayu mengatakan bahwa:
“Bagus sih, kayak masih ada yang mau melestarikan kebudayaan jawa gitu, sebenernya (program) kayak gitu penting sih sampai sekarang, soalnya biar anak-anak jaman sekarang tuh tau “oh ada ini toh, ada budaya jawa, budaya jawa tu kayak gini” jadi biar mereka tu nggak melupakan sejarah lah intinya gitu,” (Wawancara, 11 Desember 2018)
Sedangkan Sri mengatakan bahwa: “Dengan adanya program ini bisa mengembalikan bahasa Jawa untuk bahasa setiap harinya bagi anak-anak muda di jaman sekarang...” (Wawancara, 8 Desember 2018)
Keduanya menjelaskan bahwa program acara tersebut mampu mengembalikan dan mengingatkan kembali bahasa Jawa kepada anak muda saat ini. Sehingga anak muda tidak akan melupakan sejarah dari budaya Jawa itu sendiri. Dan dengan adanya program acara seperti “Sandiwara Bahasa Jawa”
mampu memperkenalkan bahasa Jawa kepada masyarakat.
Dri Hardono, sebagai Seksi Bahasa Jawa di Dinas Kebudayaan DIY mengatakan bahwa program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” adalah program acara yang bagus. Dilihat dari tujuan dari program acara tersebut yaitu untuk memperkenalkan bahasa Jawa. Selain itu dari pesan yang disampaikan, serta pembelajaran bahasa Jawa yang ada di program acara tersebut.
“Itu bagus, bagus dalam arti saya tidak akan melihat dari sisi cara membawakannya, tetapi tujuan dari kenapa acara itu diadakan, itu kan juga mengenalkan bahasa jawa dan pesan-pesan yang ada di kehidupan sehari-hari, dan juga tentang pembelajaran bahasa jawanya itu, mbak. Bagus sekali mbak,” (Dri Hardono, Wawancara, 19 Desember 2018)
Pemahaman isi pesan merupakan hal penting dalam revitalisasi bahasa Jawa melalui program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”. Hal tersebut akan membantu proses revitalisasi bahasa Jawa. Sehingga melalui hal ini dapat diketahui apakah masyarakat masih memahami bahasa Jawa.
Oleh karena itu, peneliti memberikan pertanyaan kepada responden pendengar dan pengamat bahasa Jawa. Pertanyaan tersebut mengenai pemahaman isi pesan yang disampaikan menurut para pendengar. Ayu memberikan pernyataan bahwa:
“Paham sih, kalau aku ya, cukup paham, karena emang dari kakekku sendiri, kalau misalnya tiap main kesana pasti tu sering dengerin program-program kayak gitu, yang bahasa jawa intinya, jadi kayak yaudah kebiasa
57
sama kayak emang sehari-harinya bahasa jawa pakenya, jadinya ya paham-paham aja...” (Wawancara, 12 Desember 2018)
Dan Sri juga memberikan pendapat bahwa ia memahami apa yang disampaikan oleh pemain dalam program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”. Karena menurut Sri, bahasa Jawa yang digunakan tidak terlalu kaku (Wawancara, 8 Desember 2018)
Berdasarkan hasil pernyataan kedua responden bahwa keduanya memahami isi pesan yang disampaikan pada program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”. Menurut keduanya, mudah dipahami karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa keseharian. Sehingga tidak kaku dan sudah terbiasa mendengarnya di keseharian.
Namun, hal tersebut berbeda dengan respon dari pendengar yang berusia 16 tahun, yaitu Elda. Elda menyatakan bahwa: “Kalau aku, sebenernya nggak begitu paham sama beberapa kata-katanya. Nggak mudeng artinya yang diomongin, ini tu apa to artine.. Ya mudeng sih cuman beberapa yang aku tau,”
(Wawancara, 8 Desember 2019)
Dari penjelasan Elda sebagai anak muda yang berusia 16 tahun menjelaskan bahwa tidak terlalu memahami isi pesan. Hal tersebut disebabkan karena ada beberapa kata bahasa Jawa yang tidak tahu artinya. Keberadaan bahasa Jawa saat ini hampir tidak terlihat. Keluarga saat ini lebih banyak mengajarkan anak-anaknya untuk belajar bahasa asing daripada bahasa Jawa.
Maka dari itu, keberadaan bahasa Jawa saat ini semakin tergeser oleh bahasa asing, sehingga bahasa Jawa saat ini tidak terlalu populer.
Melihat fenomena tersebut, kemudian peneliti memberikan pertanyaan mengenai bahasa Jawa saat ini. Elda menyatakan bahwa: “Untuk sekarang ini menurutku emang udah agak jarang dipakai. Apalagi ngomong sama orang tua sekarang banyak yang pakai bahasa Indonesia. Jadi semakin kesini semakin jarang dipakai untuk obrolan sehari-hari...” (Wawancara, 8 Desember 2018)
Responden menjelaskan bahwa dikalangan anak muda saat ini bahasa Jawa sudah tidak sering dipakai dalam keseharian. Saat ini anak muda lebih sering menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi kepada orang tua. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Sri. Bahwa Sri memberikan pendapat terkait pengetahuan bahasa Jawa pada generasi muda saat ini sudah hilang. Banyak anak muda yang tidak bisa menggunakan bahasa Jawa atau bahkan tidak memahami bahasa Jawa sama sekali (Wawancara, 8 Desember 2018).
Hal tersebut juga dikatakan oleh Ayu bahwa:
“Kalau menurutku ya untuk keberadaan bahasa Jawa saat ini terutama di kota kota besar tu udah mulai kayak dilupakan gitu lho, malah mungkin mereka nggak tahu apa itu bahasa jawa atau mereka nggak mudeng.
Cuman kalau yang masih tinggal di sekitaran kampung atau desa gitu, bahasa jawa masih familiar sih buat di denger. Jadi kayak misalnya kalau aku pergi gitu tanya sama orang gitu, malah kebanyakannya mereka mudengnya pake bahasa indonesia nggak kebiasa pake bahasa jawa, padahal mereka hidupnya di jawa, tapi mereka kayak nggak mau pake bahasa jawa gitu sih, kalau menurutku.” (Wawancara, 12 Desember 2018) Menurut Ayu keberadaan bahasa Jawa di kota besar sudah mulai dilupakan. Saat ini masih banyak yang tidak memahami bahasa Jawa terutama di kota besar. Hal itu berdasarkan pengalaman responden ketika berkomunikasi dengan masyarakat yang berada di kota besar. Tetapi di desa tertentu umumnya keberadaan bahasa Jawa masih sering didengar. Banyak masyarakat yang tidak
59
begitu paham akan bahasa Jawa. Meskipun orang tersebut orang Jawa asli, ada pula yang bahkan tidak memahami sama sekali.
Bahasa Jawa memiliki tingkatan bahasa dan tata bahasa yang telah disesuaikan untuk penggunanya. Dalam tata bahasa, bahasa Jawa memiliki perbedaan penulisan dan pengucapan. Seperti pengucapan huruf “a” yang dibaca
“o”.
Peneliti melakukan wawancara kepada Seksi Bahasa Jawa di Dinas Kebudayaan DIY yaitu Dri Hardono. Peneliti memberikan pertanyaan mengenai kesesuaian norma-norma bahasa Jawa dalam program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”. Kemudian Dri Hardono menyatakan bahwa dalam segi tata bahasa, penggunaan tata bahasa dari bahasa tulis ke bahasa lisan sudah sesuai dengan aturan yang ada pada tata bahasa (Wawancara, 19 Desember 2018).
Dri Hardono menjelaskan bahwa dalam isi siaran program acara
“Sandiwara Bahasa Jawa” sudah sesuai dengan norma-norma yang ada di bahasa Jawa. Kesesuaian tersebut dilihat dari tata bahasa yang di sampaikan oleh pemain atau penyiar dalam program acara tersebut. Pengucapan dari bahasa tulis ke bahasa lisan sudah sesuai dengan norma atau aturan yang ada di bahasa Jawa.
Apabila dalam segi tata bahasa sudah sesuai dengan norma budaya yang ada pada bahasa Jawa. Maka, masyarakat juga mampu memberikan penilaian terhadap program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”. Penilaian masyarakat biasanya mengenai isi siaran yang ada pada program acara tersebut. Misalkan cerita yang disajikan pada program acara tersebut.
Kemudian peneliti bertanya mengenai penilaian pendengar terhadap program acara tersebut. Elda memberikan penilaian program tersebut bahwa:
“Kalau menurutku, ceritanya seru walaupun nggak begitu paham beberapa kata-kata artinya. Tapi dari ceritanya nggak membosankan kalau bagi ku,”
(Wawancara, 8 Desember 2018)
Menurut penilaian Elda, program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”
memiliki cerita yang seru. Walaupun Elda tidak begitu memahami beberapa arti kata yang disampaikan. Akan tetapi, cerita yang disajikan tidak membosankan.
Hal ini juga disampaikan oleh Ayu bahwa:
“Kalau menarik sih ya menarik program ini, cuman ya mungkin perlu adanya inovasi kali ya, jadi kayak harus dimodifikasi gitu lah gimana caranya mereka bisa menyesuaikan dengan keadaan jaman sekarang yang istilahnya kayak millenial terus apa program-program itu tu bisa mendekati anak muda jaman sekarang lah. Jadi kayak mereka nyari cara biar bisa memperkenalkan bahasa jawa tapi tetep dengan cara yang disukai sama anak-anak sekarang.” (Wawancara, 12 Desember 2018)
Program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” merupakan program yang menarik. Namun, Ayu juga memberikan saran kepada pihak Radio Retjo Buntung untuk membuat cerita yang baru. Cerita baru tersebut bisa disesuaikan dengan keadaan anak muda. Agar penikmat program acara ini terutama anak muda sekarang lebih tertarik dan menyukai. Sehingga bisa lebih memperkenalkan bahasa Jawa dikalangan anak muda saat ini. Sedangkan menurut Sri mengenai penilaian program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” ini adalah : “Kalau menurut saya, lanjutkan saja karena program ini sangat baik. Sekarang kalau ada program seperti ini menjadikan anak-anak muda teringat kembali bahasa jawa terutama di
61
Yogyakarta. Selain itu untuk membudidayakan bahasa Jawa...” (Wawancara, 8 Desember 2018)
Sri memberikan pendapat bahwa program acara ini harus dilanjutkan karena program acara ini sangat baik. Menurut Sri dengan adanya program acara seperti ini membantu mengingatkan kembali bahasa Jawa di kalangan anak muda.
Selain itu program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” juga memiliki manfaat untuk membudidayakan kembali bahasa Jawa.
Program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” ini merupakan program acara drama radio berbahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa dalam program acara ini merupakan salah satu bentuk revitalisasi bahasa Jawa. Dalam merevitalisasi bahasa Jawa dapat menggunakan media apapun, seperti media sosial, televisi, radio, atau bahkan majalah. Revitalisasi bahasa Jawa saat ini dibutuhkan agar bahasa Jawa tidak hilang keberadaanya dengan menggunakan berbagai media yang ada saat ini maka akan membantu revitalisasi bahasa Jawa.
Oleh karena itu, untuk menguatkan program acara ini apakah mampu merevitalisasi bahasa Jawa. Peneliti meminta pendapat Dri Hardono mengenai program acara ini mampu merevitalisasi bahasa Jawa. Dengan demikian Dri Hardono menyatakan bahwa: “Sangat membantu, mbak. Artinya sangat perlu merevitalisasi bahasa Jawa menggunakan berbagai media seperti media radio, media televisi, atau dari media sosial...” (Wawancara, 19 Desember 2018)
Adanya program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” ini sangat membantu revitalisasi bahasa Jawa. Dri Hardono menjelaskan bahwa revitalisasi bahasa Jawa dapat dilakukan menggunakan berbagai media. Seperti melalui program
acara “Sandiwara Bahasa Jawa” di Radio Retjo Buntung. Selain itu juga dapat dilakukan melalui media lain, seperti televisi, majalah, atau bahkan media sosial.
Selain program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” di Radio Retjo Buntung. Terdapat program acara lain yang menggunakan bahasa Jawa. Seperti program acara
“Macapatan” di Radio Suara Kenanga Yogyakarta. Program acara tersebut menggunakan bahasa Jawa terutama sastra Jawa. Adapula program acara drama radio bahasa Jawa di Jogja Family. Program acara tersebut diproduksi oleh Dinas Kebudayaan DIY.
“Ada macapatan, di radio suara kenanga, itu ada. Macapat itu pakai bahasa jawa, terutama ke sastranya. Selain itu juga ada di Jogja Family, mbak.
Programnya ya sama sandiwara berbahasa jawa, tetapi yang memproduksi dari kami sendiri (Dinas Kebudayaan DIY) kemudian di siarkannya di Jogja Family.” (Dri Hardono, Wawancara, 19 Desember 2018)
2) Kinerja dalam pengelolaan program acara “Sandiwara Bahasa Jawa”
Dalam pembuatan suatu program acara di radio maupun televisi, tidak terlepas dari kinerja pengelolaan dari program acara tersebut. Kinerja pengelolaan tersebut dapat dilihat dari proses pra produksi hingga pasca produksi. Selain itu orang-orang yang ikut bekerja sama dalam pembuatan program acara tersebut.
Seperti halnya produser, sutradara atau program director, penulis naskah, penyiar atau pemain, editor, dan bagian operator yang bertugas mengoperasikan saat proses produksi sedang berlangsung.
Peneliti melakukan wawancara, observasi, dan melakukan dokumentasi saat proses produksi program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” berlangsung. Hal tersebut untuk mengetahui kinerja yang dilakukan dalam pengelolaan program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” di Radio Retjo Buntung Yogyakarta.
63
Peneliti melakukan wawancara dengan produser yang sekaligus merangkap sebagai bagian montage yaitu Hari Wahyu Utomo. Berkaitan mengenai kinerja dalam pengelolaan program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” di
Peneliti melakukan wawancara dengan produser yang sekaligus merangkap sebagai bagian montage yaitu Hari Wahyu Utomo. Berkaitan mengenai kinerja dalam pengelolaan program acara “Sandiwara Bahasa Jawa” di