• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 = 100 2. Nilai Kinerja

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dimana tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu, rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pengamatan dan refleksi. Berikut penjelasan penelitian dari tiap siklus:

1. Siklus Pertama a. Perencanaan

Langkah awal yang dilakukan peneliti untuk memulai penelitian yaitu melihat kembali nilai ulangan siswa pada tahun sebelumnya untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami

pembelajaran IPA khususnya materi “Pesawat Sederhana” .

Pada penelitian berikut peneliti membuat rencana setelah memperoleh data pada kondisi awal terhadap pembelajaran IPA dengan kompetensi dasar “ Pesawat Sederhana” pada tahun ajaran

sebelumnya yaitu tahun 2010/2011 data sebagai berikut : Tabel 4.1. Data nilai kondisi awal No urut Nama Nilai

Ketuntasan Tuntas Tidak tuntas 1. A 70 √ 2. B 55 √ 3. C 45 √ 4. D 40 √ 5. E 50 √ 6. F 40 √ 7. G 50 √ 8. H 50 √ 72

No urut Nama Nilai Ketuntasan Tuntas Tidak tuntas 9. I 55 √ 10. J 60 √ 11. K 90 √ 12. L 70 √ 13. M 65 √ 14. N 45 √ 15. O 70 √ 16. P 55 √ 17. Q 65 √ 18. R 65 √ 19. S 85 √ 20. T 45 √ 21. U 40 √ 22. V 70 √ 23. W 65 √ 24. X 55 √ Jumlah 1400 10 14 Rata-rata nilai 58,3 Present ase ketunta san 41% 59%

Dari data nilai diatas yaitu hanya 41% anak yang mencapai KKM dan 59% belum mencapai KKM, dari nilai KKM yang diterapkan 60 nilai rata-rata ulangan harian siswa SD Negeri Plaosan 1. Pada saat proses belajar berlangsung anak sangat kurang aktif dikarenakan guru belum maksimal dalam melaksanakan proses ilmiah dalam pembelajaran.

Setelah mengetahui kemampuan awal siswa, peneliti melaksanakan penelitian pada siklus 1 yang terdiri dari dua kali pertemuan yaitu

dengan menerapkan proses ilmiah mengunakan metode inkuiri terbimbing. Untuk meningkatkan kemampuan proses ilmiah dan memperbaiki hasil pembelajaran maka, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, Silabus, LKS, dan berbagai peralatan pembelajaran sebagai bahan penelitian yaitu, lembar pengamatan kegiatan, Lembar Aktivitas Siswa, dan mempersiapkan alat serta bahan pembuatan produk. Materi yang disampaikan pada siklus I pertemuan pertama adalah Pesawat Sederhana sub materi pengungkit yang terdiri dari pengungkit jenis pertama, titik tumpu (T) terletak diantara beban (B) dan titik kuasa(K). Contohnya: gunting, jungkat-jungkit, alat pencabut paku, tang, pengungkit jenis kedua miliki titik beban (B) yang terletak di antara titik tumpu (T) dan titik kuasa (K) Contoh: Gerobak dorong beroda satu, alat pemotong kertas, dan alat pembuka kaleng, dan pengungkit jenis ke tiga letak kuasa (K) diantara beban (B) dan titik tumpu (T). Macam-macam alat yang menggunakan prinsip pengungkit jenis ketiga yaitu, stepler, pinset, sapu, dibahas pada pertemuan pertama dan materi bidang miring pada pertemuan ke 2 dengan menggunakan berbagai alat yang memanfaatkan prinsip bidang miring contoh: pisau, fiting lampu, jalan pada pintu gerbang SD yang dibuat miring dan lain-lain.

b. Pelaksanaan kegiatan 1. Siklus 1 pertemuan 1

Tindakan siklus 1 pertemuan pertama ini dilaksanakan pada tanggal 21 maret 2012. Subyek yang digunakan yaitu kelas V SD Negeri Plaosan 1 yang berjumlah 24 siswa.

Dengan menerapkan metode inkuiri terbimbing, siklus 1 pertemuan pertama siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi, siswa dalam kelas dibagi dalam 4 kelompok setiap kelompok terdiri dari 6 siswa. Siswa dalam kelompok melakukan proses ilmiah dengan bimbingan guru yang dilakukan di lingkungan sekitar sekolah terbimbing, perpustakaan dan di TK dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing. Dengan metode inkuiri terbimbing yang diterapkan pada pembelajaran IPA diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan proses ilmiah dan hasil belajar dimana siswa dapat menjelaskan bahwa pengungkit jenis pertama, titik tumpu (T) terletak diantara beban (B) dan titik kuasa (K), pengungkit jenis kedua miliki titik beban (B) yang terletak di antara titik tumpu (T) dan titik kuasa (K), dan pengungkit jenis ke tiga letak kuasa (K) diantara beban (B) dan titik tumpu (T) dan siswa dapat menyebutkan atau menggolongkan alat–alat berdasarkan jenisnya. Pada saat proses ilmiah dilaksanakan siswa dalam kelompok mengisi lembar pengamatan, dilanjutkan kembali ke kelas untuk mengerjakan LKS dimana pada LKS terdapat pembuatan produk berupa gambar, sehingga diharapkan setelah pengamatan siswa akan dapat lebih memahami dan mengingatnya bukan sebagai hafalan saja, yang dilanjutkan presentasi kelompok dan penempelan hasil produk ilmiah

agar menumbuhkan rasa percaya diri dan bangga terhadap hasil karya produk pada klompok yang telah dibuat. Pada kegiatan presentasi kelompok, kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya ataupun menyanggah presentasi. Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk menumbuhkan rasa keingintahuan terhadap materi, rasa percaya diri dan menghargai pendapat orang lain. Kemudian guru mengkoreksi, meluruskan jawaban yang kurang benar, memberi motivasi untuk dapat lebih baik pada kegiatan selanjutnya dan memberikan penguatan pada jawaban yang sudah benar, serta memberi penghargaan atas kerja sama kelompok dengan cara verbal misal tepuk tangan dan pujian. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Siklus 1 pertemuan ke 2

Tindakan siklus 1 pertemuan ke 2 dan evaluasi dilaksanakan setelah silkus 1 yaitu pada tanggal 22 maret 2012. Pada pertemuan ke 2 siswa masih bekerja pada kelompok seperti pertemuan pertama, materi yang disampaikan adalah Pesawat sederhana jenis ke 2 yaitu

“bidang miring”. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai

materi setelah itu siswa bekerja pada kelompok yang telah dibuat dan melaksanakan kegiatan pengamatan ilmiah di lingkungan sekolah. Siswa mengisi lembar pengamatan setelah itu siswa dalam kelompok mengerjakan LKS dan dan mempresentasikan hasil kerja kelompok dimana pada LKS siswa membuat produk ilmiah berupa gambar seperti pada pertemuan pertama. Guru dan siswa menyimpulkan hasil

penelitian pada pembelajaran. Setelah itu guru mengadakan tanya jawab mencongak mengenai materi pegungkit dan bidang miring sebelum melaksanakan evaluasi sebagai penilaian individu pada siklus 1.

c. Pengamatan

Pada siklus satu ini siswa bekerja dalam kelompok. Selama kegiatan berlangsung sebagian besar siswa antusias mengikuti pembelajaran ini , karena kegiatan belajar ini juga dilakukan di luar kelas, siswa dilibatkan secara langsung saat kegiatan belajar berlangsung. Hal ini terbukti sebagian besar siswa siswa mendengarkan penjelasan dari guru saat penelitian, dan tertib melaksanakan peraturan kegiatan ilmiah, bertanya hal yang belum jelas dan dapat menjawab pertanyaan dari guru. Dimana kemampuan proses ilmiah juga diamati meliputi aspek pengamatan, menggolongkan benda, menjelaskan hasil penelitian dan mengajukan pertanyaan hasil penelitian serta membuat kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Selain itu setelah kegiatan pengamatan dilakukan siswa dalam kelompok mengerjakan LKS, dalam LKS, siswa juga diharapkan dapat membuat produk ilmiah dari hasil pengamatan sehingga keaktifan siswa dan sikap saling membantu sangat terlihat saat kegiatan ilmiah dalam kelompok kecil berlangsung. Sehingga pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan proses ilmiah yang akan mengembangkan sikap kerja sama menghargai keputusan bersama serta

mendengarkan pendapat teman lain serta meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Plaosan I mata Pelajaran IPA.

d. Hasil Pengamatan

Setelah data dari siklus 1 diolah, maka perlu diadakan analisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan. Data hasil belajar siklus 1 akan dibandingkan dengan data kondisi awal. Data kondisi awal diperoleh dari guru kelas berdasarkan nilai ulangan siswa pada

materi “Pesawat Sederhana” tahun ajaran 2010/2011 sedangkan data kemampuan proses ilmiah diperoleh dari hasil wawancara oleh guru kelas pada materi IPA. Adapun data siklus satu yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Nilai Akhir siklus 1

No urut Nama Nilai

Ketuntasan Tuntas Tidak tuntas 1. A 74 √ 2. B 77,5 √ 3. C 77,5 √ 4. D 77,5 √ 5. E 77,5 √ 6. F 74 √ 7. G 80 √ 8. H 79 √ 9. I 76,5 √ 10. J 82,5 √ 11. K 86 √ 12. L 81,5 √ 13. M 79 √ 14. N 77,5 √ 15. O 86 √ 16. P 81,5 √ 17. Q 84 √ 18. R 89 √ 19. S 85 √ 20. T 82 √ 21. U 78,5 √

No urut Nama Nilai Ketuntasan Tuntas Tidak tuntas 22. V 79,5 √ 23. W 83,5 √ 24. X 79,5 √ Jumlah 1937 24 0 Rata-rata nilai 80,7 Presentase ketuntasan 100% 0%

Setelah melaksanakan evaluasi siklus 1 kita dapat melihat peningkatan nilai rata-rata siswa dan presentase siswa yang mencapai KKM. Hal itu dapat kita lihat dari table berikut:

Tabel 4.3. Data perbandingan kondisi awal dengan nilai siklus 1

Data Jumlah siswa Nilai Ketuntasan Jumlah skor Rata-rata kelas Jumlah siswa tuntas Presentase Kondisi awal 24 1400 58 10 41% Siklus 1 24 1937 80,7 24 100%

a. Peningkatan kemampuan proses ilmiah

Peningkatan kemampuan proses ilmiah kondisi awal dan hasil kondisi siklus 1 pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Plaosan 1 dapat terlihat pada data berikut:

Tabel 4.4. Peningkatan Kemampuan proses Ilmiah Siswa

Presentase akhir kondisi awal adalah 37% sedangkan pada akhir siklus 1 adalah = jumlah tiap siklus x100% 418,1 x100% =83,62%

500 500 f. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, peneliti berdiskusi dengan observer 1 dan 2 berikut hasil refleksi yang deperoleh:

1. Proses pembelajaran sudah berlangsung dengan baik meskipun membutuhkan waktu yang agak lama untuk mengkondisikan agar tenang karena tempat pembelajaran dilakukan di luar kelas serta metode inkuiri terbimbing ini menerapkan suatu kegiatan penemuan

Peubah Indikator Kondisi

Awal Kondisi Siklus I Kemampuan proses belajar ilmiah siswa. a. Melakukan pengamatan dalam penelitian 20% 84,75% b.Menggolongkan benda dengan klasifikasi tertentu. 50% 82% c.Menjelaskan hasil percobaan 30% 84,25% d.Mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan 40% 81,8% e.Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan penelitian 45% 85,3%

yang dibimbing guru yang membuat anak semakin tertarik dan antusias. Selain itu karena sifat dan perilaku anak yang beranaeka ragam.

2. Masih terlihat ada beberapa anak yang masih bermain-main saat pembelajaran berlangsung

3. Beberapa anak yang tidak mau bekerja sama dalam kelompok karena merasa tidak cocok dengan anggota kelompok

4. Masih ada beberapa anak yang kurang aktif dalam bertanya.

5. Nilai hasil evaluasi sudah bagus terlihat dari perbandingan nilai pada kondisi awal yang mula-mula hanya 49% menjadi 100% anak mencapai KKM dan mencapai kreterian yang ditentukan pada perencanan.

Berdasarkan refleksi pada siklus 1 masih ada kekurangan yang harus diperbaiki karena peneliti belum puas dengan hasil yang dirasa kurang maksimal dan sebagai pemantapan hasil siklus 1 maka akan dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 pada pembelajaran siklus 2.

1. Siklus II a.Perencanaan

Setelah mengetahui hasil pada siklus 1, peneliti melaksanakan penelitian pada siklus II yang terdiri dari dua kali pertemuan dengan menerapkan proses ilmiah dengan mengunakan metode inkuiri terbimbing. Untuk memperbaiki hasil pembelajaran peneliti menyiapkan perangkat RPP, alat lembar evaluasi, lembar observasi pembelajaran ilmiah, lembar aktivitas siswa dan lembar kerja siswa yang telah disusun dengan lebih teliti untuk mengatasi kekurangan siklus 1. Pada tahap ini peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, Silabus, LKS, dan berbagai

peralatan pembelajaran sebagai bahan penelitian, lembar pengamatan kegiatan, persiapan kegiatan penelitian dan mempersiapkan pembuatan produk. Materi yang disampaikan pada siklus II pertemuan pertama yaitu

“Roda berporos” dan pada siklus II pertemuan ke 2 akan dibahas materi

“ Katrol”.

b. Pelaksanan Penelitian

1)Siklus 2 pertemuan petama

Siklus 2 pertemuan 1 ini dilaksanakan pada tanggal 4 April 2012. Pertemuan pertama siswa dibagi dalam 4 kelompok, untuk meningkatkan kemampuan melakukan proses ilmiah dan hasil belajar maka anggota kelompok dibagi sedemikian rupa agar tercipta proses pembelajaran yang maksimal. Materi yang disampaikan yaitu “Roda Berporos”. Dalam materi ini siswa diharapkan mengetahui secara kongkrit dan berfikir secara ilmiah mengenai materi. Setelah melakukan pengamatan, kelompok mengisi lembar observasi,mengerjakan LKS kelompok dan membuat produk berupa mainan yang memanfaatkan cara kerja roda serta mempresentasikan dan mendemonstrasikan di depan kelas hasil diskusi pengamatan dan produk yang dibuat pada tiap kelompok.

2)Siklus II pertemuan ke 2

Pada siklus II pertemuan ke 2 ini dilaksanakan pada tanggal 5 April 2012. Pada pertemuan ini siswa masih belajar pada kelompok seperti pada siklus 1 tetapi anggota kelompoknya sudah berbeda pada pertemuan siklus 1 untuk meningkatkan kemampuan proses ilmiah.

Materi pertemuan ini adalah “Katrol”. Selama kegiatan belajar siswa

sangat antusias dalam melakukan proses ilmiah yaitu mengamati benda yang menggunakan prinsip kerja katrol yaitu kerekan timba, dan kerekan bendera. Siswa juga sangat berantusias saat membuat produk berupa alat peraga katrol yang terbuat dari pasak kayu dan alat dan serta bahan pembuatan alat peraga katrol. Dimana tiap kelompok membuat katrol yang berbeda-beda jenisnya. Terlihat tiap kelompok berlomba-lomba untuk menyelesaikan produk. Semua anggota kelompok sangat aktif dan bekerja sama dengan baik. Kemudian mendemonstrasikan dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pada pertemuan 2 ini dilanjutkan mengerjakan soal penilaian evaluasi siklus 2.

c. Pengamatan

Pada siklus II siswa tampak lebih bersemangat mengikuti pembelajaran dibandingkan pada siklus 1. Hal ini terlihat pada nilai kinerja dan nilai kemampuan proses ilmiah yang meningkat. Siswa lebih aktif belajar dalam kelompok, melaksanakan tugas dengan tepat waktu, lebih aktif bertanya dan tidak ada anak yang bermain saat pelajaran dilaksanakan serta terlihat lebih serius dalam megikuti pelajaran yang dilakanakan. Secara keseluruhan pembelajaran berjalan dengan lancar dan aktivitas siswa mengarah pada pembelajaran yang ingin dicapai.

d. Hasil

Pengukuran keberhasilan siklus 2 dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kemampuan proses ilmiah dan tes untuk hasil belajar siswa.

a). Data hasil tes pada siklus II disajikan pada table berikut:

Tabel 4.5. Nilai hasil akhir siklus II No urut Nama Nilai

Ketuntasan Tuntas Tidak tuntas 1. A 90,25 √ 2. B 84,75 √ 3. C 84,75 √ 4. D 87,25 √ 5. E 84.75 √ 6. F 90,25 √ 7. G 91,25 √ 8. H 9075 √ 9. I 84,25 √ 10. J 84,25 √ 11. K 91,75 √ 12. L 88,25 √ 13. M 89,25 √ 14. N 85,75 √ 15. O 91,25 √ 16. P 93,25 √ 17. Q 93,75 √ 18. R 95,25 √ 19. S 93,25 √ 20. T 89,75 √ 21. U 87,25 √ 22. V 86,75 √ 23. W 94,25 √ 24. X 87,25 √ Jumlah 2139,5 24 0 Rata-rata nilai 89,14 Presenta se ketuntas an 100% 0% Keterangan:

Hasil tes evaluasi didapat dari hasil tes evaluasi+nilai kinerja kelompok 2

Berdasarkan hasil evaluasi siklus 1 dan siklus II, dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang memenuhi KKM adalah sebagai berikut: n= N2 – N1 n= 100%-100% n= 0 Keterangan : n : kenaikan prosentase N2 : Presentase nilai siklus 2 N1 : Presentase nilai siklus 1

peningkatan tetap yaitu 100%, atau tidak terjadi penurunan presentase nilai yang dicapai. Yaitu siswa mencapai KKM , tetapi pada siklus 2 terlihat rata-rata nilai kelas meningkat yaitu:

n= N2 – N1 n= 89,14 -80,7 n= 9,7

Keterangan : n : nilai

N2 : nilai rata-rata kelas silus 2 N1 : nilai rata-rata kelas siklus 1

b) Peningkatan proses ilmiah siklus II

Tabel 4.6. Peningkatan Kemampuan proses Ilmiah Siswa

Peubah Indikator Kondisi siklus 1 Kondisi siklus II

Kemampuan proses belajar ilmiah siswa. a.Melakukan pengamatan dalam penelitian 84,75% 91,5% b.Menggolongkan benda dengan klasifikasi tertentu. 82% 96,8% c. Menjelaskan hasil percobaan 84,25% 96% d. Mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan 81,8% 87,15% e.Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan penelitian 85,3% 92,15%

Presentase akhir kondisi siklus 1 adalah 83,62% sedangkan pada akhir siklus II adalah = jumlah tiap siklus x100% 464,5 x100% = 92,9 %,

500 500 ( terdapat pada lampiran 21)

e. Refleksi

Pada pembelajaran siklus II siswa aktif melakukan kegiatan pembelajaran dalam kelompok dan mengerjakan lembar kerja serta membuat produk . Dalam kegiatan pembelajaran semua siswa terlibat dalam kegiatan proses ilmiah. pada siklus 1 proses pembelajaran sudah berlangsung dengan baik meskipun membutuhkan waktu yang agak lama untuk mengkondisikan agar tenang karena tempat pembelajaran dilakukan di luar kelas tetapi pada siklus 2 ini siswa lebih mudah dikondisikan karena tempat belajar siswa di dekat lingkungan SD dan

di perpustakaan. Pada siklus 1 masih terlihat ada beberapa anak yang masih bermain-main saat pembelajaran berlangsung tetapi pada siklus II tidak ada anak yang bermain saat pembelajaran berlangsung, anak asik membuat produk yang telah ditugaskan. dalam mengikuti pebelajaran kecuali ramai karena rasa ingin tahu mereka pada materi. Pada siklus 1 masih ada beberapa anak yang tidak mau bekerja sama dalam kelompok karena merasa tidak cocok dengan anggota kelompok tetapi pada siklus II ini siswa dapat bekerja sama dengan baik karena kelompok berbeda pada siklus 1 dan mendapatkan nasehat sebelum pembagian kelompok, pada siklus 1 masih ada beberapa anak yang kurang aktif dalam bertanya tetapi pada siklus 2 semua anak aktif bertanya karena setiap kelompok membuat daftar pertanyaan anggota kelompok jadi terlihat semua anak dalam kelompok berlomba-lomba untuk mengumpulkan point, anak terlatih untuk berani mengungkapkan suatu pendapat atau pertanyaan. Dalam pembuatan produk roda berporos ada kelompok yang membawa alat mainan mereka untuk memodifilkasi produk menjadi lebih menarik. Ada pula kelompok yang membuat secara sedehana. Selain itu pda pembuatan produk katrol ada anak yang mengalami kesulitan karena pembuatan katrol ganda lebih susah dari katrol tunggal, pada kelompok yang mengalami kesulitan mereka membawa panduan buku dan bertanya pada peneliti.

Pada siklus 1 nilai hasil evaluasi sudah bagus terlihat dari perbandingan nilai pada kondisi awal yang mula-muala hanya 49%

menjadi 100% anak mencapai KKM dan pada siklus II tidak terjadi penurunan nilai yaitu 100% mencapai KKM tetapi nilai rata-rata kelas meningkat pada siklus 1 80,7 menjadi 98,14 . Hal ini dapat kita lihat pada table dibawah ini:

Tabel Data 4.7. Perbandingan Rekapitulasi Ketuntasan Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II

Data Nilai Ketuntasan Presentase Jumlah siswa Jumlah skor Rata-rata kelas Jumlah siswa tuntas Kondisi awal 24 1400 58 10 49% Siklus 1 24 1937 80,7 24 100% Siklus 2 24 2139,5 89,14 24 100%

Grafik 4.1 perbandingan nilai rata-rata siklus 1, II, III

58

80.7

89.14

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Tabel Data 4.8. Perbandingan Rekapitulasi Ketuntasan kemampuan proses ilmiah Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II

Lebih jelasnya akan saya paparkan pada grafik berikut

Grafik 4.2. Perbandingan Rekapitulasi Ketuntasan kemampuan proses ilmiah Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Peubah Indikator Jumlah siswa Kondi si awal Kondisi siklus 1 Kondisi siklus II Kemampuan proses belajar ilmiah siswa. a.Melakukan pengamatan dalam penelitian 24 20% 84,75% 91,5% b.Menggolongk an benda dengan klasifikasi tertentu. 24 50% 82% 96,8% c.Menjelaskan hasil percobaan 24 30% 84,25% 96% d.Mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan 24 40% 81,8% 87,15% e.Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan penelitian 24 45% 85,3% 92,15% Presentase akhir ketuntasan kemampuan proses ilmiah 24 37% 83,62% 92,9%

Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel 4.9 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah ketuntasan siswa V dalam mata pelajaran Ilmu Pengatahuan Alam, terbukti untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas 10 siswa karena ke 10 siswa ini sudah dapat memahami materi walaupun dengan kegiatan pembelajaran yang alakadarnya, karena daya tangkap 10 siswa ini lebih baik dibandingkan 14 siswa lainnya. Sedangkan setelah siklus I terjadi peningkatan dimana siswa yang tuntas meningkat menjadi 24 siswa atau 100%, yang artinya 24 siswa ini telah mampu menyerap materi pada kegiatan pembelajaran yang diterapkan pada siklus I. Sementara pada siklus II tidak mengalami penurunan yaitu jumlah siswa yang tuntas berjumlah 24 siswa atau 100% dan dari 5 aspek yaitu Melakukan pengamatan dalam penelitian, Menggolongkan benda dengan klasifikasi tertentu, menjelaskan hasil percobaan, mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan, dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan penelitian maka diperoleh dari data rekapitulasi penelitian data sebelum diadakan tindakan penelitian adalah 37% dan pada siklus I mengalami peningkatan yaitu menjadi 83,62%, dan pada siklus II kemampuan proses ilmiah meningkat menjadi 92,9%.

Ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan proses ilmiah dan hasil belajar siswa SD Negeri Plaosan I. Dengan pembelajaran ini siswa dapat memahami materi secara kongkrit atau nyata yang disajikan dalam bentuk pengamatan, kerjasama kelompok dan diskusi, serta pembuatan

produk dimana segala kegiatan dalam proses ilmiah ini menggali kemampuan anak dengan lebih maksimal. Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada diagram berikut.

Diagam 4.3. Perbandingan Rekapitulasi Ketuntasan kemampuan proses ilmiah

Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II

B. Pembahasan

Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas V SD Negeri Plaosan 1 Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman menyatakan bahwa tingkat kemanpuan proses ilmiah dan hasil belajar siswa siswa kelas V khususnya pada mata pelajaran IPA masih rendah, hal ini salah satu penyebabnya adalah karena guru dalam penyampaian materi pembelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah, sehingga siswa hanya memiliki gambaran secara bayangan semata tanpa melihat langsung terhadap kondisi yang sebenarnya atas suatu bahan ajar yang disampaiakan guru. Proses pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton yang akhirnya

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Kondisi AwalTarget Siklus I Siklus I Target Siklus II Siklus II

Kondisi Awal Target Siklus I Siklus I

menyebabkan nilai pelajaran IPA rendah dan belum menggunakan proses ilmiah dalam belajar IPA.

1. Prestasi

Nilai yang didapatkan siswa sebelum tindakan yaitu siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal awal (KKM=60) sebanyak 10 siswa atau 49% sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 14 siswa atau 51%. Nilai tertinggi yang berhasil di dapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 90 sedangkan nilai terendahnya adalah 40. Adanya perbandingan yang antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas, yaitu karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan telah mampu menangkap materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah saja, kemungkinan 10 siswa ini mempunyai daya tangkap yang lebih dibandingkan teman-temannya yang lain walaupun hanya dengan mendengarkan saja, sedangkan 14 siswa yang lain belum bisa menangkap materi yang disajikan oleh guru hanya dengan ceramah saja karena daya tangkap mereka yang kurang bila menerima materi ajar dalam bentuk ceramah, sehingga diperlukan tindakan sesuai dengan usia anak sekolah dasar yang masih dalam tahapan operasional kongkrit (7- 11 th). Siswa akan lebih memahami materi bila siswa dapat melihat langsung atas sesuatu yang kongkrit atau nyata, khususnya yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Piaget (Piaget, dalam Wilis: 154) bahwa usia anak sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada tahap operasional kongkrit, dimana pada tahap ini kecenderungan siswa

sekolah dasar yang senang bermain dan bergerak menyebabkan anak-anak lebih menyukai belajar lewat ekploitasi dan penyelidikan di luar ruang kelas (lingkungan). Salah satu upaya untuk mengatasi hasil belajar siswa yang kurang maksimal maka diperlukan pembelajaran yang berorientasi pada sesuatu yang bersifat kongkrit/nyata,dengan memanfaatkan benda-baenda yang ada di lingkungan sekolah dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing.

2. Kemampuan proses ilmiah

Presentase awal kemampuan melakuakan proses ilmiah siswa pada SD Negeri Plaosan 1 masih rendah yaitu 37% siswa dapat melakukan proses ilmiah yang diterapkan guru kelas. Karena Guru kelas masih memberikan materi secara monoton dengan ceramah dan belum maksimal melaksanakan proses belajar ilmiah pada mata pelajaran IPA, setelah dilakukan penelitian kemampuan proses ilmiah meningkat

Dokumen terkait