PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PROSES ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PESAWAT SEDERHANA MELALUI METODE
INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PLAOSAN I TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh : DITA SETIANINGRUM
081134061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PROSES ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PESAWAT SEDERHANA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PLAOSAN I TAHUN
AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh : DITA SETIANINGRUM
081134061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
SKRIPSI
PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PROSES
ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PESAWAT
SEDERHANA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PLAOSAN I TAHUN
AJARAN 2011/2012
Disusun oleh:
Nama : Dita Setianingrum
NIM : 081134061
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing Tanggal 5 Juni 2012
iii SKRIPSI
PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PROSES ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PESAWAT SEDERHANA MELALUI
METODE INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PLAOSAN I TAHUN AJARAN 2011/2012
Disusun oleh:
Nama : DITA SETIANINGRUM NIM : 081134061
Telah dipertanggungjawbkan di depan tim penguji Pada tanggal 16 Juli 2012
Dan dinyatakan LULUS / TIDAK LULUS
Susunan Panitia Penguji :
Nama Lengkap Tanda tangan Ketua : G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. ……….. Sekretaris : Elga, Andriana, S.P si., M.E d. ……….. Anggota 1 : Drs. T. Sarkim, M. Ed, Ph. D. ……….. Anggota 2 : Drs. Puji Purnomo, M. Si ………..
Anggota 3 : Drs. J Sumedi ………...
Yogyakarta, 16 Juli 2012 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk:
Allah SWT. Yang selalu menuntun hidupku…terimakasih Allah atas segala yang
Kau Anugrahkan kepadaku
Almarhum Ayah ku terkasih dan Ibu yang selalu mendukung
serta mengasihiku..
Kakak dan adik tercinta
Yang selalu memberi support, doa, dan harapan.
Kekasihku tercinta yang selalu menemaniku dalam suka dan duka serta
mendukungku dengan semua doa dan harapan..
Dosen pembimbing yang saya hormati terimakasih atas bimbingan yang telah
engkau berikan..
v
MOTTO
SESEKALI LIHATLAH KEBELAKANG UNTUK MELANGKAH KEDEPAN……
SEMANGAT DAN KALAHkAN SEGALA GODAAN KAReNA DALAM SEBUAH PERJUANGAN TERDAPAT BANYAK DURI YANG HARUS KITA LEWATI..
LIHATLAH WAKTU TERUS BERPUTAR DAN APA YANG BISA KITA KERJAKAN SAAT WAKTU ITU TAK LELAH UNTUK MEmUTARKAN JARUMNYA,,JAGAN PERNAH ADA PENYESAAN KARENA WAKTU TAK
AKAN KEMBALI
TENGADAHKANlAH TANGANMU TUNDUKANLAH KEPALA SEJENAK TAKKAN ADA YANG TERJADI TANPA KEHENDAKNYA….
LIHAT DENGAR DAN RASAKAN UNTUK MEMBUAT SEBUAH KEPUTUSAN BESAR…
JADILAH PRIBADI YANG PANTAS ..UNTUK SEBUAH KEBERHASILAN DAN TANGGUNG JAWAB
JANGANLAH MEMINTA ALLAH MENGURANGI BEBANMU TAPI MINTALAH KEPADANYA UNTUK MEMBERI KEKUATAN LEBIH UNTUK MEMIKUL BEBAN
vi
PERNYATA
AN KEASLIAN KARYA
Penulis menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang penulis susun ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 juli 2012
Penulis
Dita Setianingrum
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Dita Setianingrum
Nomor Mahasiswa : 081134061
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PROSES ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PESAWAT SEDERHANA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SDN PLAOSAN I TAHUN AJARAN 2011/2012 “
Beserta perangkat yang diperlukan.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan royalty kepada saya selama masih tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 5 Juli 2012
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
Setianingrum, Dita 2012. Peningkatan Kemampuan Proses Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa tentang Pesawat Sederhana Melalui Metode Inkuiri Terbimbing Kelas V Mata Pelajaran IPA SDN Plaosan 1 tahun ajaran 2011/2012. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Unversitas Sanata Dharma.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan proses ilmiah dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA meteri Pesawat Sederhana dengan metode inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD Negri Plaosan 1 Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian dilakukan terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan masing-masing selama 2jp. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan proses ilmiah yaitu dengan lembar pengamatan dan untuk hasil belajar menggunakan tes tertulis, dimana pada masing-masing siklus terdiri dari 10 soal pilihan ganda, 5 soal isian singkat, dan 5 soal uraian.
Kreteria keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini didasarkan pada presentase siswa yang mencapai KKM yaitu 60 dan rata-rata nilai ulangan siswa, sedangkan pada kemampuan melakukan proses ilmiah didasarkan pada 5 aspek pengamatan yang telah ditentukan. Sebelum dilakukan tindakan data kondisi awal tahun ajaran 2010/2011 menunjukan dari 24 siswa terdapat 10 siswa (41%) mendapat nilai ≥ 60 dan 14 siswa (51%) mendapat nilai < 60 dan pada kemampuan proses ilmiah tercapai 37%. Setelah dilakukan tindakan hasil pada siklus 1 menunjukan peningkatan hasil belajar yaitu 24 siswa (100%) siswa tuntas mencapai KKM dan pada siklus II tidak ada penurunan hasil atau 24 siswa (100% ) tuntas mencapai KKM bahkan terdapat peningkatan rata-rata kelas yaitu pada siklus I 80,7 meningkat pada siklus II yaitu 89,14. Pada peningkatan kemampuan proses ilmiah meningkat yaitu siklus 1 85% kemudian meningkat pada siklus II menjadi 92,9%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian yang telah dilakukan telah berhasil, karena dapat mencapai target bahkan melebihi target yang diharapkan.
ix ABSTRACT
Setianingrum, Dita 2012. The Improvement of Students’ Scientific Process Ability and Result Study Simple Machine Using Guided-Inquiry Method Grade V Students’ Natural Science SDN Plaosan 1 Year 2011/2012. Elementary School Teacher Education. Sanata Dharma University. This research was aiming at reveal the improvement students’ scientific process ability and learning achievement Simple Machine using guided-inquiry method on grade V students’ natural science of SDN Plaosan 1 Year 2011/2012. This is consisted of 2 cycles. Each cycle consisted two meetings, which is 2 hours of learning hour. The instrument used to finding out the improvement of acientific process ability the observation sheet and to finding out result study, written test, in which each cycle consisted of 10 multiple choices questions, 5 short answers questions, and 5 essay questions.
Criteria of success expect in this research based on the students’ percentage in the KKM of 60 and on the students average test score, the ability to do the scientific process based on 5 observation aspects that had been decided. Before doing any treatment, the initial condition in year 2010/2011 showing that 24 students, there were 10 students (41%) gained the score of ≥ 60, and 14 students (51%) gained < 60 and on scientific process ability was 37%. After treatment on cycle 1, result on cycle I showed some improvement that there were 24 students (100%) who achieved the KKM and on cycle II, there no degrading result there were 24 students (100%) the KKM and in fact, there was improvement on the students average scores which is from 80.7 on cycle I to 89.14 on cycle II. The scientific process ability improved from from cycle I, which was 85%, to cycle II, which was 92.9%.
Based on the result show, it was conclude that this research succes because it achieved the target and in fact it exceeded the expectation.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
kelulusan, pada Program Studi PGSD Sanata Dharma yang dilaksanakan di SD Negeri Plaosan 1, kecamatan Mlati Kabupaten Sleman.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat terwujud atas bimbingan, bantuan, dan peran serta dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan yang baik ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma yang telah
berkenan memberikan ijin melakukan penelitian,
2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph. D., selaku pemimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan arahan serta penuh perhatian, kesabaran dan tak henti-hentinya memberikan nasehat yang sangat berarti sehingga terselesaikan skripsi ini dengan baik.
3. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma
4. Seluruh dosen dan karyawan fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membagi ilmunya dan
xi
5. Ibu Dwi Hastutiningsih, A.Ma.Pd. selaku Kepala SD Negeri Plaosan 1 yang
telah memberikan ruang gerak dan kepercayaan untuk melakukan penelitian. 6. Bapak dan Ibu guru SD Negeri Plaosan 1 yang telah bekerjasama dengan
baik.
7. Almarhum ayah dan ibu yang selalu memberi kekuatan dan dukungan. 8. Kakak dan adik yang selalu memberikan semangat dan doa,
9. Kekasihku Deni Sutrisno yang yang selalu memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesikan skripsi dengan baik.
10.Teman-teman yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kalangan
pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Untuk itu diharapkan kritik dan saran dari semua pihak pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang
akan datang.
Yogyakarta,16 Juli 2012 Penulis
Dita Setianingrum
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk mengelola
pembelajaran yang baik, guru ditantang untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran yaitu dengan cara membekali beberapa kemampuan dan
merencanakan serta melaksanakan program pembelajaran dengan suatu metode pembelajaran tertentu.
Lingkungan secara umum merupakan tempat di mana setiap mahluk hidup
melangsungkan segala aktivitas dan rutinitas dalam kehidupannya. Melalui lingkungan ini mahluk hidup khususnya manusia dapat memperoleh berbagai
hal yang sifatnya dapat memberikan manfaat lebih terutama sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi kehidupannya, Dengan kata lain berfungsi sebagai tempat pembelajaran bagi manusia.
Pemanfaatan lingkungan khususnya lingkungan sekolah dan sekitarnya sebagai sumber pembelajaran IPA sangat penting, mengingat pembelajaran
IPA sangat erat hubungannya dengan alam dan lingkungan (Ramadhan.A.T: 2008). Sehubungan dengan hal tersebut guru dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya dapat memanfaatkan lingkungan sebagai media
pendukung pembelajaran. Namun memanfaatkan lingkungan begitu saja tanpa prosedur pembelajaran dengan suatu metode tertentu akan sangat kurang maksimal hasilnya.
Proses ilmiah adalah salah satu proses keilmuan untuk memperoleh
pengetahuan berdasarkan bukti fisik terutama pada mata pelajaran IPA. Namun hal tersebut belum terlaksana secara maksimal pada kegiatan pembelajaran di SD Negeri Plaosan 1,Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman,
sehingga pembelajaran (khususnya pembelajaran IPA) belum tercapai secara maksimal dan kegiatan pembelajaran dirasa masih kurang bermakna bagi
siswa, hal ini dapat dilihat melalui presentase kemampuan melakukan proses ilmiah yaitu hanya 37% dari 5 aspek kemampuan ilmiah yang dinilai,
sedangkan hasil belajar sebelumnya yaitu masih banyak ditemui presentase ketuntasan siswa yang masih dibawah KKM, yaitu hanya 41% anak yang mencapai KKM dan 59% belum mencapai KKM, dari nilai KKM yang
diterapkan 60 nilai rata-rata ulangan harian siswa SD Negeri Plaosan 1 adalah 58,3 dan dalam proses belajar berlangsung anak sangat kurang aktif
belajar, untuk menggali ilmu dengan lebih bermakna. Sementara pembelajaran IPA menghendaki partisipasi aktif dari siswa ( Piaget dalam Sumiyati 2010: 2), sehingga menuntut perhatian dan penanganan lebih serius
dari guru.
Kondisi nyata yang terjadi di SD Negeri Plaosan 1 ini banyak berorientasi
pada buku paket, LKS dan menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi, serta belum menerapkan proses ilmiah sesara maksimal. Hal ini membuat siswa hanya memiliki gambaran yang bersifat abstrak
Penulis nantinya akan menerapkan pembelajaran IPA melalui metode
Inkuiri terbimbing. Karena metode inkuiri terbimbing menawarkan kebebasan siswa untuk mengekspresikan ide-ide kreatifnya , mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, dapat mengaktifkan
siswa dalam pembelajaran tetapi masih terarah karena guru bertugas sebagai pembimbing dan fasilitator serta melatih anak untuk tidak hanya bergantung
pada guru serta hasil proses pembelajarannya tertanam lebih lama, karena siswa belajar berdasarkan hasil dari pengalamannya sendiri, sehingga
diharapkan ada peningkatan kemampuan melakukan proses ilmiah dan hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran.
Rangkaian prosedur dan pelaksanaanya secara sistematis akan dijabarkan
dan menjadi alasan penulis memilih penelitian tindakan kelas dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Proses Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa Tentang
Pesawat Sederhana Melalui Metode Inkuiri Terbimbing kelas V Mata Pelajaran IPA SDN Plaosan 1 tahun ajaran 2011/2012”.
B. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas V SD Negeri Palaosan 1 kec. Mlati, Kab. Sleman.
2. Materi yang disampaikan adalah mata pelajaran IPA tentang “ Pesawat
Sederhana”.
3. Kemampuan melakukan proses ilmiah akan dilaksanakan pada saat proses
tentang hasil pengamatan, 5. menarik kesimpulan berdasarkankan
pengaman penelitian ilmiah.
4. Hasil belajar dibatasi pada nilai siswa setelah mengikuti proses belajar menggunakan metode inkuiri terbimbing.
C. Rumusan Masalah
Bertitik tolok pada latar belakang maka penulis merumuskan masalahnya
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam
meningkatkan kemampuan proses ilmiah siswa kelas V SD Negeri Plaosan 1 pada mata pelajaran IPA khususnya materi Pesawat Sederhana?
2. Bagaimanakah penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Plaosan I pada mata
pelajaran IPA khususnya pada materi Pesawat Sederhana? D. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
yaitu dengan metode inkuiri terbimbing. Metode inkuiri terbimbing ini akan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar siswa. Dengan
memanfatkan lingkungan melalui metode inkuiri terbimbing diharapkan, proses pembelajaran lebih dapat, mengingat, memahami serta melibatkan siswa secara aktif dengan pengalamanya sendiri. Selain itu guru terbiasa
melakukan proses ilmiah dan hasil belajar mata pelajaran IPA khususnya
materi pesawat sederhana. E. Batasan Pengertian
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kemampuan melakukan proses ilmiah yang dimaksud dalam pelitian ini
adalah proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisik dimana pada proses ilmiah yang akan
dinilai dibatasi pada 5 aspek yaitu melakukan pengamatan, menggolongkan benda-benda sesuai klasivikasi tertentu, menjelaskan hasil pengamatan, mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan,
menarik kesimpulan berdasarkankan pengaman penelitian ilmiah.
2. Belajar adalah perubahan tingkah laku berupa keterampilan, kebiasaan,
sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi yang berasal dari pengalaman dan bersifat menetap.
3. Hasil Belajar merupakan perubahan kemampuan yang dimiliki
seseorang, setelah seseorang belajar. Dan dinyatakan dalam bentuk nilai. 4. Inkuiri terbimbing adalah metode dimana siswa menemukan informasi
atau pengetahuan yang mereka butuhkan dengan bantuan dan bimbingan seorang guru. Dimana guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa selama proses inkuiri yaitu 1. Pernyataan
F. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran melalui metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan melakukan proses ilmiah dan hasil belajar siswa tentang Pesawat
Sederhana melalui metode inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD Negeri Plaosan 1 semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari pada kegiatan penelitian adalah sebagai berikiut:
1. Bagi Peneliti
a. Membuka wawasan baru tentang metode pembelajaran selain metode ceramah yang sudah sering digunakan dalam proses pembelajaran.
b. Mempunyai alternatif menggunakan metode pembelajaran yang meningkatkan kemampuan melakukan proses ilmiah dan hasil
belajar siswa, yaitu dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing. c. Mempunyai pengalaman melakukan penelitian, sehingga dapat mengembangkan lebih lanjut dan mendorong pengembangan PTK
selanjutnya. 2. Bagi Guru
a. Agar dapat memberikan masukan bahwa metode inkuiri terbimbing merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan.
c. Agar dapat memanfaatkan lingkungan sekolah yang ada sebagai
sumber belajar dengan suatu metode pembelajaran yang sesuai. 3. Bagi Sekolah
a. Menambah koleksi perpustakaan sekolah mengenai hasil PTK
b. Memberi Informasi bagi kepala sekolah tentang PTK
c. Meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya SD Negeri Plaosan 1
khususnya penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam penyampaian materi pelajaran IPA.
d. Agar dapat menambah sumber bacaan di perpustakaan tentang
penggunaan metode inkuiri terbimbing yang dapat meningkatkan proses ilmiah dan hasil belajar siswa, yang diharapkan memberikan
inspirasi dan memacu guru melakukan penelitian yang sama ataupun penelitian yang lain.
4. Bagi Prodi PGSD
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu tambahan bacaan PTK dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam
pembelajaran IPA. 5. Bagi Siswa
a. Suasana pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan bermakna.
b. Siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
d. Dapat mengembangakan kreatifitas dan beragam kemampuan yang
bermuatan nilai dan makna.
e. Siswa memiliki pengalaman baru dalam melakukan kegiatan belajar , sehingga diharapkan dapat mengurangi kejenuhan atau kebosanan,
serta kemampuan melakukan proses ilmiah dan prestasi belajar diharapkan meningkat.
f. Pembelajaran dapat dijadikan media rekreasi siswa.
g. Siswa dapat melakukan suatu proses ilmiah secara maksimal dalam
pembelajaran yaitu mengamati, menggolong-golongkan, mengukur, menguraikan atau menjelaskan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting tentang alam, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kemampuan Melakukan Proses Ilmiah
Proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisik (http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah ; 14:42 ; 21 Maret 2012). Di
sekolah Dasar proses ilmiah ini diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada pembelajaran IPA, karena dengan semakin cepat berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi guru akan mengalami
kesulitan dalam mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Dengan kemampuan melakukan proses ilmiah siswa dapat menemukan sendiri
konsep-konsep dari berbagai sumber belajar melalui latihan-latihan yang berkualitas dan terencana dengan baik. Secara psikologis siswa pada pendidikan dasar akan mudah memahami konsep-konsep yang abstrak dan rumit jika disertai
dengan contoh-contoh konkrit yang telah mereka ketahui sebelumnya dan berlangsung wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Menurut John S. Richardson dalam Maria Melani Ika (2011 : 3-4)
kemampuan proses ilmiah meliputi :
a. Mengamati/ observasi
Mengamati adalah proses mengumpulkan informasi mempergunakan
semua alat indera.
b. Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan adalah menyusun obyek, kejadian atau informasi
dalam golongan-golongan menurut sistem tertentu.
c. Mengendalikan variabel
Mengendalikan variabel adalah menandai karateristik obyek atau faktor dalam kejadian atau peristiwa yang tetap dan yang berubah di dalam kondisi yang berbeda.
d. Merumuskan hipotesis
Merumuskan hipotesis adalah menyusun suatu pernyataan tentang
dugaan yang mungkin ditemukan dalam penelitian.
e. Melakukan eksperimen pengamatan
Melakukan eksperimen atau pengamatan adalah melakukan suatu
percobaan atau pengamatan untuk memperoleh data yang relevan.
f. Menganalisis data
Menganalisis data adalah mengolah data yang telah diperoleh dari hasil
pengamatan.
g. Membuat laporan penelitian
Membuat laporan penelitian yaitu menyusun data yang telah dianalisis kebenarannya, untuk kemudian dilaporkan dalam bentuk penelitian.
Ada atau tidaknya kemampuan melakukan proses ilmiah ini sangat bergantung pada guru. Kemampuan melakukan proses ilmiah berdasarkan
jenjang karakteristik perkembangan intelektual anak seusia siswa SD adalah dimulai dari nyata (konkrit) ke abstrak; dari mudah ke sukar ; dari sederhana
Pembelajaran perlu menyediakan pengalaman nyata dalam kehidupan
sehari-hari yang terkait dengan penerapan konsep dan prinsip ilmu yang dipelajari. Karena itu semua siswa diharapkan memperoleh pengalaman langsung melalui pengalaman inderawi yang memungkinkan mereka memperoleh
informasi dari melihat dengan cara melakukan kegiatan pengamatan atau
percobaan.
Kemampuan melakukan proses ilmiah dalam pembelajaran di SD
menuntut keterlibatan siswa secara aktif dan bertujuan agar hasil belajar kognitif, afektif, serta psikomotorik terbentuk pada diri siswa (Amien Mohamad, 1987 : 42), maka alat ukur hasil belajar yang digunakan tidak
cukup jika hanya dalam bentuk tes obyektif atau subyektif saja. Tetapi dengan nilai selama proses belajar berlangsung dan nilai evaluasi, yang memuat
banyak aspek dalam menggali kemampuan siswa. Dengan cara tersebut ketrampilan siswa dalam melakukan aktivitas yang kompleks tercapai dengan maksimal baik saat melakukan pengamatan maupun mengerjakan tugas.
Siswa perlu dilatih dan dirangsang untuk selalu bertanya, berpikir kritis, serta terbiasa mengungkapkan jawaban terhadap pemecahan suatu masalah.
Pemahaman siswa yang didapat melalui kemampuan melakukan proses ilmiah akan lebih bermakna dan siswa akan mengingat lebih lama karena mendapat kesempatan untuk mempraktekkan sendiri, melakukan penemuan konsep
B. Pengertian Hasil Belajar a) Belajar
Secara umum belajar adalah proses mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih
tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru
Para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang
belajar. Menurut Imron, Ali (1996:2) definisi belajar adalah sebagai berikut :
1. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman, belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
2. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau pencapai usahanya.
Belajar menurut Oemar Hamalik (2001:28) belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu
proses untuk mencapai tujuan. Tujuan dari belajar yakni perubahan tingkah laku.
b)Hasil Belajar
Manusia merupakan mahluk yang paling mulia dibandingkan makhluk ciptaan tuhan yang lain karena manusia telah dibekali akal,
perasaan, cipta, karya dan karsa oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dengan segala anugrah yang diberikan tersebut menuntut manusia untuk menjadi mahluk
mendorong manusia untuk selalu belajar dan belajar. Belajar ini merupakan
proses perubahan yang dialami makhluk hidup melalui serangkaian proses tertentu dialami oleh seseorang.
Menurut Masidjo (2005:40), hasil belajar adalah skor atau nilai yang
menunjukan prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai proses belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, sikap dan nilai. Hasil belajar siswa dipengaruhi kemampuan kognitif yang dimiliki siswa dan faktor lain diantaranya situasi
belajar yang diciptakan guru.
Menurut Masidjo (2005:129) evaluasi merupakan suatu kegiatan membandingkan hasil pengukuran sifat atau objek dengan acuan yang
relevan sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu kualitas yang bersifat kuantitatif, menggunakan symbol berupa angka atau huruf. Evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana dan berkesinambungan. Evaluasi bertujuan untuk memperoleh data pembuktian yang menunjukan sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang direncanakan.
Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga (suasana rumah dan ekonomi), faktor
sekolah terdiri dari metode belajar, kurikulum, keadaan gedung dan sarana prasana. Faktor masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, pengaruh media massa serta pergaulan dalam masyarakat. Faktor intern
C.Hakikat IPA a. Pengertian IPA
Menurut Carin dalam Amien, Mohammad (1987:4) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematik,
yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Fisher juga mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode berdasarkan observasi.
IPA merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran . IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Menurut
kurikulum 1994 (dalam Tri Priantoro (2011:5) dijelaskan pengertian IPA sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep
yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melaui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Sedangkan menurut Maria Melani Ika
(2011:1) hakekat IPA adalah suatu ilmu pengetahuan tentang alam yang diperoleh lewat proses ilmiah dan didasari oleh sikap ilmiah. Berdasarkan
pengertian diatas maka dapat dijelaskan bahwa IPA adalah pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmia berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen
b.Hakikat Pendidikan IPA di SD
Hakikat pendidikan IPA menurut Tri Priantoro (2011:1-4) dapat
dikategorikan kedalam tiga dimensi yaitu:
a. Dimensi Produk
Dimensi produk meliputi konsep-konsep, prinsip-prinsip,
hukum-hukum, dan teori-teori di dalam IPA yang merupakan hasil rekaan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama
dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya.
Produk IPA tidak diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan berdasarkan data yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan penyelidikan. Fakta adalah fenomena alam yang berhasil diobservasi
tetapi masih memungkinkan adanya perbedaan persepsi di antara pengamat (pelaku observer).
Tiga kriteria bagi suatu produk IPA yang benar :
1. Mampu menjelaskan fenomena yang telah diamati atau telah terjadi.
2. Mampu memprediksi peristiwa yang akan terjadi.
3. Mampu diuji dengan eksperimen sejenis.
b. Dimensi Proses
Dimensi proses yaitu metode memperoleh pengetahuan yang disebut dengan metode ilmiah. Metode ilmiah dalam proses IPA memiliki
kerangka dasar prosedur yang dapat dijabarkan dalam enam langkah :
2. Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan.
3. Pengklasifikasian data. 4. Perumusan hipotesis. 5. Pengujian hipotesis.
6. Deduksi dan hipotesis.
7. Tes dan pengujian kebenaran hipotesis.
c. Dimensi Sikap
Dimensi sikap dalah keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketikan mencari atau
mengembangkan pengetahuan baru.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan sikap adalah sikap ilmiah
terhadap alam sekitar. Ada sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada siswa Sekolah Dasar, menurut Artoyo dalam
Wynne Harlen (1991: 36), yaitu sebagai berikut:
1) Sikap ingin tahu, yaitu suatu sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari obyek yang diamatinya.
2)Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru
Sikap ini dapat terjadi jika siswa memperoleh jawaban dari rasa
ingin tahunya terhadap sesuatu. Akan tetapi hal ini masih bersifat sementara karena adanya keterbatasan berpikir dan panca indera manusia.
3) Sikap kerjasama
Sikap ini berguna untuk memperoleh lebih banyak ilmu
kita miliki mungkin masih terbatas dibandingkan dengan
pengetahuan orang lain.
4) Sikap tidak putus asa
Adanya kegagalan yang terus menerus tidak membuat para ilmuan
putus asa untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi makhluk hidup. Sikap ini juga diharapkan ada
pada diri siswa.
5) Sikap tidak purba sangka
Dalam menetapkan suatu kebenaran haruslah objektif. Objektif
membuat orang menjadi tidak purba sangka. Oleh karena itu anak Sekolah Dasar melakukan eksperimen dan observasi untuk mencari
kebenaran itu.
6) Sikap mawas diri
Para ilmuan itu mejunjung tinggi kebenaran. Kebenaran itu tidak hanya ditujukan di luar diri namun juga terhadap dirinya sendiri. Hal ini juga dikembangkan pada siswa Sekolah Dasar agar
senantiasa jujur.
7) Sikap tanggung jawab
Sikap tanggung jawab diajarkan kepada siswa dengan membuat pengamatan dan melaporkan hasil pengamatan maupun eksperimen.
Obyek merupakan unsur yang mutlak diparlukan karena
obyektifitas salah satu kebenaran ilmu. contoh: katakan merah kalau bunga mawar itu merah.
9)Sikap kedisiplinan diri
Sikap disiplin diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengontrol ataupun mengatur dirinya untuk mencapai tujuan.
Sikap ini dikembangkan di Sekolah Dasar dengan melakukannya pada kegiatan pengamatan maupun eksperimen secara serius.
c. Prinsip Umum Pembelajaran IPA
Menurut John S. Richardson (dalam Maria Melani Ika (2011:6) ada 7 prinsip dalam belajar-mengajar IPA, yaitu :
a) Prinsip keterlibatan siswa secara aktif
Guru harus melibatkan siswa untuk memeperoleh ilmu yang mereka cari. Pelajaran yang disajikan harus membuat siswa aktif dan mereka berusaha untuk mencari tahu sendiri.
b) Prinsip belajar berkesinambungan
Dalam proses belajar mengajar selalu diawali dari hal-hal yang
dimiliki atau dipahami oleh siswa. Pengetahuan yang sudah dimiliki atau dipahami siswa itu dijadikan jembatan bagi siswa untuk dapat memperoleh pengetahuan baru. Hal ini juga dapat digunakan guru
untuk menumbuhkan minat siswa dalam mengolah bahan pelajaran.
Guru harus dapat berbuat sesuatu yang menumbuhkan dorongan
belajar siswanya. Dorongan dapat bersumber dari kebutuhan yang hakiki dari diri manusia.
d) Prinsip multi saluran
Guru harus menyadari bahwa daya pemahaman masing-masing siswa tidak sama, ada yang mudah paham dengan hanya diberi
ceramah oleh guru, ada juga yang baru dapat memahami setelah ia ikut aktif mengolah materi pelajaran. Oleh karena itu guru harus menggunakan berbagai saluran dalam mengajar siswanya, misalnya
saja dengan ceramah, diskusi, kemudian dilanjutkan dengan pengamatan/ observasi.
e) Prinsip penemuan
Dalam memahami sesuatu konsep atau simbol-simbol guru tidak langsung member tahu kepada siswanya, tetapi guru member
peluang agar siswa dapat memperoleh sendiri pengertian-pengertian itu melalui pengalamannya.
f) Prinsip totalitas
Guru harus berusaha mengkondisikan kegiatan pengajaran yang
menunjang tercapainya tujuan belajar, dengan melibatkan siswa secara total melalui pancaindra, emosi, fisik, maupun pikirannya. Dapat dilakukan dengan memvariasikan kegiatan pengajaran siswa
dan juga menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman.
Guru harus menyadari bahwa siswanya mempunyai pribadi yang
unik atau setiap siswa memiliki pribadi yang berbeda-beda. Perbedaan individu siswanya itu terutama ditujukan pada adanya perbedaan kemampuan (kecerdasan dan ketepatan belajar) dan
motivasi belajar. Apabila guru dapat memahami siswanya maka guru dapat menempatkan siswanya untuk mendapat kesempatan belajar
yang sesuai dengan kapasitas dan minatnya.
d.Pembelajaran IPA yang efektif
Dalam buku Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif (Depdiknas,
2003:5-6), Tri Priantoro (2011:22) pembelajaran yang efektif secara umum diartikan sebagai Kegiatan Belajar Mengajar yang memberdayakan potensi
siswa (peserta didik) serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual masing-masing peserta didik.
Ciri-ciri pembelajaran yang efektif menurut (Depdiknas, dalam Tri
Priantoro 2011:22) :
a. Pertama, berpijak pada prinsip konstruktivisme. Pembelajaran
beranjak dari paradigma guru yang memandang bahwa belajar bukanlah proses siswa menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru, melainkan sebagai proses siswa membangun
makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama
orang lain.
b. Kedua, berpusat pada siswa. Siswa memiliki perbedaan satu sama
pengalaman, dan cara belajar. Oleh karena itu kegiatan
pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik siswa.
c. Ketiga, belajar dengan mengalami. pembelajaran perlu menyediakan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari dan
atau dunia kerja yang terkait dengan penerapan konsep, kaidah dan prinsip ilmu yang dipelajari..
d. Keempat, mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan emosional. Siswa akan lebih mudah membangun pemahaman apabila dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain
atau guru.Dengan demikian, pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan menghargai perbedaan (pendapat, sikap,
kemampuan, prestasi) dan berlatih untuk bekerjasama.
e. Kelima, mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan. Siswa dilahirkan dengan memiliki rasa ingin tahu,
imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi merupakan modal dasar untuk peka, kritis, mandiri, dan kreatif.
Sementara, rasa fitrah ber-Tuhan merupakan embrio atau cikal bakal untuk bertaqwa kepada Tuhan.
f. Keenam, belajar sepanjang hayat. Siswa memerlukan
pembelajaran perlu membekali siswa dengan keterampilan
belajar, yang meliputi pengembangan rasa percaya diri, keingintahuan, kemampuan memahami orang lain, kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama supaya mendorong dirinya untuk
senantiasa belajar, baik secara formal di sekolah maupun secara informal di luar kelas.
g. Ketujuh, perpaduan kemandirian dan kerjasama. Siswa perlu berkompetisi, bekerjasama, dan mengembangkan solidaritasnya.
Pembelajaran perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan semangat berkompetisi sehat untuk memperoleh penghargaan, bekerjasama, dan solidaritas. Pembelajaran perlu
menyediakan tugas-tugas yang memungkinkan siswa bekerja secara mandiri.
D. Metode Inkuiri Terbimbing
a. Pengertian metode inkuiri terbimbing
Inkuiri dibedakan menjadi dua macam yaitu inkuiri terbimbing (guided
inquiry) dan inkuiri bebas (open inquiry). Metode inkuiri terbimbing adalah
metode dimana siswa menemukan informasi atau pengetahuan yang
mereka butuhkan dengan bantuan dan bimbingan seorang guru (Amien , 1979 : 15). Guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik
mengarahkan siswa dalam menemukan jawaban dari suatu permasalahan
yang dicari siswa.
b.Ciri-ciri metode inkuiri terbimbing
Menurut Pratiknyo Prawironegoro (1980 : 1) ciri-ciri pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing :
1. Mengutamakan aktivitas murid untuk belajar sendiri.
2. Berorientasi pada proses.
3. Dengan bantuan guru siswa mengarahkan atau memimpin
dirinya sendiri untuk memecahkan masalah.
Dengan ciri-ciri di atas jelas bahwa keterangan yang diberikan dalam
pelajaran tersebut, tidak diberikan dalam bentuk final, tetapi anak diwajibkan mengadakan aktivitas sendiri untuk menemukan keterangan
yang dipelajari.
c. Langkah-langkah metode inkuiri terbimbing
Ada beberapa langkah dalam melaksanakan metode inkuiri terbimbing,
yaitu :
a. Pernyataan problem / masalah dalam bentuk pertanyaan data pernyataan.
Pada kegiatan awal, guru berusaha menarik rasa keingintahuan siswa
terhadap materi dengan cara memberi pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada kegiatan yang akan dilaksanakan. Siswa diberi
b. Mengemukakan konsep / prinsip yang harus ditemukan siswa dalam
kegiatan.
Setelah siswa menjawab pertanyaan guru, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran berupa konsep / prinsip yang ingin dicapai / ditemukan. Hal ini dilakukan agar kegiatan belajar siswa lebih terarah pada tujuan belajar yang ingin dicapai.
c. Menyiapkan alat / bahan yang dbutuhkan dalam melakukan kegiatan.
Untuk melaksanakan kegiatan, guru menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan sesuai kegiatan sesuai kegiatan yang akan dilakukan.Guru meneliti kembali alat dan bahan sebelum melakukan kegiatan.
d. Memberikan penjelasan tentang kegiatan.
Apabila siswa sudah siap dengan alat dan bahan, guru mulai menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan siswa
sesuai dengan lembar kerja siswa.
e. Siswa melakukan kegiatan / percobaan penyelidikan untuk menemukan konsep / prinsip yang ditetapkan guru.
Siswa bersama kelompok melakukan pengamatan, diskusi kelompok dan menuliskan hasil pengamatan mereka bersama kelompok.
f. Guru memberikan penjelasan dan catatan tentang hal atau bagian penting dalam kegiatan.
Setelah bagian pengamatan selesai, guru dan siswa melakukan
d.Kelebihan dan kelemahan metode inkuiri terbimbing 1. Kelebihan
Kelebihan metode inkuiri (inkuiri terbimbing) menurut Omi Kartawidjaja (1988 : 39) adalah :
a. Jika siswa secara aktif menemukan informasi dan pengetahuan, maka daya ingat siswa mengenai informasi yg ditemukannya akan
meningkat.
b. Membantu siswa menemukan fakta dan objek serta mencatat penemuannya.
c. Siswa dapat mengembangkan perhatiannya pada apa yang dipelajarinya.
d. Siswa dapat menembangkan ketrampilan dan sikap yang merupakan dasar tuntutan belajar sendiri.
e. Melatih siswa membuat suatu kesimpulan tentang apa yang mereka pelajari.
f. Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar karena
siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber.
2. Kelemahan
Kelemahan penggunaan metode inkuiri (inkuiri terbimbing) menurut Omi Kartawidjaja (1988 : 40 ) adalah sebagai berikut :
a. Membiarkan siswa menemuka sendiri jawaban masalah memakan
waktu yang lama.
c. Terkadang ada beberapa siswa yang tidak bekerja untuk memecahkan
masalah yang dicari.
E. Materi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Materi “Pesawat Sederhana” merupakan materi pembelajaran SD kelas V
pada semester genap dengan uraian sebagai berikut:
Standar Kompetensi:
5.Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi serta funginya Kompetensi Dasar :
5.2. Mejelaskan Pesawat sederhana dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
Indikator :
5.2.1 Menyebutkan pengertian pesawat sederhana.
5.2.2 Mengidentifikasi bagian pengungkit.
5.2.3 Menggolongkan berbagai alat pada lingkungan sekolah sebagai pengungkit sesuai jenisnya melalui pengamatan.
5.2.4 Mengukur suatu percobaan pesawat sederhana jenis pengungkit.
5.2.5 Membuat suatu produk pesawat sederhana jenis pengungkit.
5.2.6 Siswa dapat menjelaskan cara kerja bidang miring.
5.2.7 Siswa dapat menyebutkan penerapan bidang miring dalam kehidupan
sehari-hari.
5.2.8 Menggolongkan berbagai alat yang ada pada lingkungan sekolah
5.2.9 Mengidentifikasi pesawat sederhana jenis bidang miring melalui
pengamatan.
5.2.10 Membuat suatu produk bidang. (gambar)
5.2.11 Menyebutkan pengertian katrol.
5.2.12 Menjelaskan cara kerja katrol.
5.2.13 Menjelaskan prinsip kerja katrol
5.2.14 Mengidentifikasi susunan katrol
5.2.15 Menyebutkan penerapan katrol dalam kehidupan sehari-hari.
5.2.16 Membuat suatu produk pesawat sederhana berupa katrol.
5.2.17 Menjelaskan pengertian roda berporos.
5.2.18 Siswa dapat menjelaskan cara kerja roda
5.2.19 Menggolongkan berbagai alat yang ada pada lingkungan sekolah sebagai roda berporos.
5.2.20 Membuat suatu produk pesawat sederhana berupa roda berporos. Materi Ajar ”Pesawat Sederhana”
Pengertian Pesawat Sederhana
Menurut Yohanes Surya (2007:82) Alat yang dapat membantu dan memudahkan pekerjaan manusia disebut pesawat. Ada dua jenis pesawat,
yaitu : pesawat sederhana dan pesawat rumit. Pesawat sederhana adalah alat bantu kerja yang bentuknya sangat sederhana contohnya adalah tuas, bidang miring, dan katrol. Pesawat rumit adalah pesawat yang terdiri dari susunan
Pesawat dapat memperkecil gaya yang dikeluarkan untuk melakukan
suatu pekerjaan. Pesawat sederhana adalah alat-alat bantu yang membantu meringankan pekerjaan manusia.
Pada prinsipnya pesawat sederhana dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Pengungkit atau tuas
Menurut Yohanes Surya (2007:84) pengungkit adalah alat untuk
mengungkit. Tuas disebut juga pengungkit yaitu pesawat sederhana yang dibuat dari sebatang benda yang keras (seperti balok kayu, batang
bambu, atau batang logam) yang digunakan untuk mengangkat atau mencongkel benda
Cara Kerja Tuas
Jika kita akan mengangkat benda dengan menggunakan tuas, maka kita harus meletakkan benda di salah satu ujung pengungkit (tuas) kemudian
memasang batu atau benda apa saja sebagai penumpu dekat dengan benda seperti pada gambar 2.1 .Selanjutnya tangan kita memegang ujung batang pengungkit dan menekan batang pengungkit tersebut secara
perlahan-lahan sampai benda dapat diangkat atau bergeser.
Dengan menggunakan tuas semakin jauh jarak kuasa terhadap titik tumpu, maka semakin kecil gaya yang diperlukan untuk mengangkat
beban, atau dapat dirumuskan.
B X Lb = F X Lk Keterangan :
F : Kuasa ( gaya yang akan mengangkat beban ) (satuannya Newton ) Lk : Jarak antara Kuasa dengan titik tumpu (satuannya meter )
Untuk memahami lebih jelas bagaimana prinsip kerja tuas, perhatikan
contoh soal berikut ini : Perhatikan gambar di bawah ini.
2.1 Gambar ilustrasi cara kerja pengungkit
Benda beratnya 1000 N diangkat dengan pengungkit seperti gambar
diatas. Jarak Titik beban ke titik tumpu 50 cm dan jarak titik kuasa ke titik tumpu 2 m. Berapa besar gaya yang diperlukan untuk mengangkat
beban itu? Penyelesaian :
Diketahui : B = 1000 N Lb = 50 cm
Lk = 2 m = 200 cm Ditanya : F = ... ? (kuasa)
Dalam kehidupan sehari-hari banyak alat yang menggunakan prinsip kerja
pengungkit. Missal gunting, paku, tang skop, dan lain-lain.
Menurut Budi Sulaksana (2010:1), Berdasarkan letak beban, kuasa dan titik tumpunya pengungkit dibedakan dalam 3 jenis yaitu:
1)Pengungkit jenis pertama
Pengungkit jenis pertama (disebut juga pengungkit kelas 1) memiliki letak
titik tumpu (T) yang berada diantara titik beban (B) dan titik kuasa (K). Bentuk ini adalah bentuk dasar atau bentuk paling umum dari sebuah
pengungkit, Contohnya:gunting, timbangan, alat pencabut paku, tang dan jungkat jungkit
Gambar 2.2. Prinsip kerja pengungkit jenis pertama
Keterangan: dari titik beban ke titik tumpu disebut lengan beban sedangkan
dari titik tumpu sampai titik kuasa disebut lengan kuasa/ lengan kuasa.
Gambar2. 3 jenis-jenis alat yang menggunakan pengungkit jenis pertama
2)Pengungkit jenis kedua
Pengungkit jenis kedua miliki titik beban (B) yang terletak di antara titik
tumpu (T) dan titik kuasa (K). Contoh pemanfaatan pengungkit jenis kedua diantaranya gerobak dorong, pembuka botol, pemecah kemiri, dan
sejenisnya. Contoh-contoh dari pengungkit jenis kedua diperlihatkan pada
Gambar 2.4.
Gambar 2.5 pengungkit jenis 2
Sumber IPA untuk SD dan MI Kelas V Depdiknas; Internet
3). Pengungkit jenis ketiga
Pada pengungkit jenis ketiga letak kuasa (K) diantara beban (B) dan titik tumpu (T). Macam-macam alat yang menggunakan prinsip pengungkit
jenis ketiga yaitu, stepler, pinset, sapu. Berikut gambar 2.6 contoh pengungkit jenis ketiga.
Gambar 2.7 pengungkit jenis ketiga
Sumber: Contextual Teaching and Learning IPA SMP Depdiknas; Internet
Keuntungan mekanik tuas atau pengungkit yaitu dengan menggunakan tuas beban kerja terasa lebih ringan berarti kita memperoleh keuntungan.
2. Bidang miring
Bidang miring merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang terdiri dari bidang datar yang salah satu ujungnya lebih tinggi dari pada ujung lainnya Suhendiana Noor (2007 :58) . Bidang miring diposisikan miring agar
dapat memperkecil gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan benda ke tempat yang lebih tinggi dibandingkan mengangkatnya secara vertikal.
Gambar 2.8.. Bidang miring
Sumber: Buku IPA Guru Kelas 5 SEQIP; Contextual Teaching and Learning IPA SMP Depdiknas
Bidang miring memiliki kekurangan yaitu jarak yang ditempuh menjadi
lebih jauh. Contoh jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok, tangga di rumah dibuat miring, dan papan yang digunakan untuk memindah benda ke truk. Prinsip bidang miring juga digunakan pada alat-alat dibawah ini:
Gambar 2.9 Alat-alat yang menggunakan prinsip bidang miring. Sumber : internet
3. Katrol
Menurut Ganjar dalam modul KD IPA fisika ( 2011:12) Katrol merupakan pesawat sederhana yang terdiri dari sebuah roda atau piringan beralur dan tali
titik tumpu, titik kuasa, dan titik beban. Katrol merupakan roda yang berputar
pada porosnya.
Berdasarkan cara kerjanya katrol golongkan menjadi 4 , yaitu: 1. Katrol Tetap
Katrol tetap merupakan katrol yang posisisnya tidak berpindah pada saat digunakan katrol jenis ini biasanya digunaka pada tempat tertentu. Katrol
yang digunakan pada tiang bendera dan yang digunakan pada sumur timba, adalah contoh katrol tetap.
A B
Gambar 2.10 Katrol tetap a. katrol pada tiang bendera dan b. katrol pada sumur timba. Sumber: IPA untuk SD dan MI Kelas V Depdiknas
2. Katrol bebas
Katrol bebas merupakan katrol yang posisi atau kedudukannya berubah
ketika digunakan. Artinya, katrol bebas tidak ditempatkan di tempat tertentu, melainkan ditempatkan pada tali yang kedudukannya dapat
berubah. Contoh pemanfaatan katrol bebas adalah pada alat pengangkat peti kemas. Gambar 2.11 memperlihatkan suatu katrol bebas.
Gambar2.11. Katrol bebas
3. Katrol ganda atau katrol majemuk
Katrol majemuk merupakan perpaduan antara katrol tetap dan katrol
bebas. Kedua katrol ini dihubungkan dengan tali. Pada katrol majemuk, beban dikaitkan pada katrol bebas dan salah satu ujung tali dikaitkan pada penampang katrol tetap. Bila ujung tali yang lain ditarik, maka beban akan
terangkat. Gambar 2.12 memperlihatkan sebuah katrol majemuk.Katrol yang terdiri dari beberapa katrol yang disatukan dengan tali
Gambar 2.12. Katrol ganda atau majemuk G 4. Katrol rangkap
Katrol yang terdiri dari lebih satu katrol yang disusun berjajar
Gambar 2.13.Katrol rangkap Sumber: IPA Fisika internet
4. Roda dan poros
Roda dan poros merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang terdiri
pusatnya. Silinder berjari-jari besar dinamakan roda dan silinder berjari-jari
kecil dinamakan poros. Poros roda ditemukan pada titik temu jari-jari roda.
Gambar 2.14. Roda berporos
Sumber: Sumber: Buku IPA Guru Kelas 5 SEQIP; Microsoft Encarta Premium 2009
Roda dan poros bekerja dengan cara mengubah besar dan arah gaya
yang digunakan untuk memindahkan (dalam hal ini, memutar) sebuah benda. Contoh penerapan roda dan poros dalam kehidupan diantaranya
pemutar keran air, pegangan pintu yang bulat, obeng, roda pada kendaraan, setir kendaraan, alat serutan pensil, bor tangan, dan sejenisnya.
Gambar 2.15. Contoh pemanfaatan roda dan poros
Sumber: Contextual Teaching and Learning IPA SMP Depdiknas; IPA untuk SD dan MI Kelas VDepdiknas;Microsoft Encarta Premium 2009
F.Pembelajaran tentang Pesawat Sederhana melalui metode inkuiri terbimbing
pertemuan. Garis besar lagkah kegiatan melalui melalui metode inkuiri
terbimbing yaitu: a) Siklus 1
Pertemuan 1
1. Guru mengajukan pertanyaan secara umum untuk menarik rasa keingintahuan siswa terhadap materi Pesawat Sederhana. Guru
memberikan kesempatan siswa untuk menjawab pertanyaan dan mengungkapkan hipotesis, setelah itu siswa dengan bimbingan guru
merumuskan masalah mengenai jenis-jenis pengungkit berdasarkan letak kedudukan titik kuasa, titik tumpu, dan titik beban.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran berupa konsep bahawa
Pesawat sederhana terdiri dari 4 jenis. Pada siklus 1 pertemuan pertama ini akan dibahas mengenai konsep pesawat sederhana jenis pengungkit
berdasarkan letak kedudukan titik kuasa, titik tumpu, dan titik beban. 3. Guru membagi siswa dalam kelas menjadi 4 kelompok belajar.
4. Guru menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melakukan
kegiatan (meneliti ulang) penelitian pesawat sederhana jenis pengungkit berdasarkan letak kedudukan titik kuasa, titik tumpu, dan titik beban.
Bahan dan alat yang dibutuhkan:
1. Benda lingkungan sekolah yang menggunakan prinsip pesawat sederhana jenis pengungkit(dalam proses penelitian):
a. Jungkat jungkit b. Linggis
d. Tang
e. Pencabut paku f. Timbangan duduk
g. Gerobak dorong beroda satu
h. skop
2. Lembar pengamatan
3. Lembar LKS siswa 4. Kertas gambar
5. Pensil 6. Penggaris
Alat dan bahan diatas dipersiapkan dengan seksama agar
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dapat berjalan dengan lancar
5. Guru memberikan penjelasan mengenai langkah-lagkah kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam melakukan proses pembelajaran melalui metode inkuiri terbimbing dengan penelitian Pesawat sederhana jenis
pengungkit yang dibedakan menurut kedudukan titik beban, tumpu dan kuasa.
6. Siswa melakukan kegiatan penelitian dan berdiskusi dalam kelompok untuk membuktikan bahwa pesawat sederhana jenis pengungkit terdiri dari 3 jenis menurut letak titik tumpu,beban dan kuasa. Setelah
7. Siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan hasil penelitian
yang telah dilaksanakan yaitu Pesawat sederhana jenis pengungkit yang dibedakan menurut kedudukan titik beban, tumpu dan kuasa. Pertemuan 2
1. Guru mengajukan pertanyaan secara umum untuk menarik rasa keingintahuan siswa terhadap materi bidang miring Guru
memberikan kesempatan siswa untuk menjawab pertanyaan dan mengungkapkan hipotesis, setelah itu siswa dengan bimbingan guru
merumuskan masalah mengenai prinsip bidang miring.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran berupa konsep bahwa Pesawat sederhana jenis ke2 yaitu bidang miring. Pada siklus 1
pertemuan kedua ini akan dibahas mengenai konsep bidang miring berdasarkan letak permukaan datar yang menghubungkan dua tempat
yang berbeda ketinggian dapat mempermudah pekerjaan manusia. Prinsip bidang miring juga digunakan pada alat-alat rumah tangga. 3. Siswa berkelompok sesuai kelompok yang telah dibuat pada
pertemuan 1.
4. Guru menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melakukan
kegiatan (meneliti ulang) penelitian pesawat sederhana jenis bidang miring.
Bahan dan alat yang dibutuhkan:
1.Benda lingkungan sekolah yang menggunakan prinsip pesawat sederhana jenis bidang miring (dalam proses penelitian):
2) Linggis
3) Paku 4) Kapak 5) Skrup
6) Pisau
7) Dudukan lampu
8) Buah semangka dll 2. Lembar pengamatan
3. Lembar LKS siswa 4. Kertas gambar 5. Pensil
6. Penggaris
Alat dan bahan diatas dipersiapkan dengan seksama agar kegiatan
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dapat berjalan dengan lancar
5. Guru memberikan penjelasan mengenai langkah-lagkah kegiatan yang
akan dilakukan siswa dalam melakukan proses pembelajaran melalui metode inkuiri terbimbing pada penelitian Pesawat sederhana jenis
bidang miring.
6.Siswa melakukan kegiatan penelitian, kemudian melihat percobaan guru mengenai bidang miring dan berdiskusi dalam kelompok untuk
Setelah itu siswa dalam kelompok mengerjakan lembar kerja kelompok
kemudian mempresentasiakan didepan kelas.
7. Siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan hasil penelitian yang telah dilaksanakan yaitu Pesawat sederhana jenis bidang miring
memiliki prinsip untuk mempermudah pekerjaan manusia sehingga tenaga yang diperlukan untuk memindahkan benda lebih kecil.
b) Siklus 2
Pertemuan 1
1. Guru mengajukan pertanyaan secara umum untuk menarik rasa keingintahuan siswa mengenai materi Pesawat Sederhana jenis katrol.
Guru memberikan kesempatan siswa untuk menjawab pertanyaan dan mengungkapkan hipotesis, setelah itu siswa dengan bimbingan guru
merumuskan masalah mengenai katrol, bahwa katrol mengubah gaya angkat menjadi gaya tarik dan mempermudah pekerjaan manuasia. 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran berupa konsep bahawa
Pesawat sederhana jenis katrol dapat dibedakan berdasarkan prinsip kerja katrol yaitu memiliki titik tumpu, titik beban dan titik kuasa. Katrol
juga dibedakan menjadi 4: katrol bebas, tetap ganda dan blok katrol. 3. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok belajar yang berbeda anggota pada
pertemuan siklus 1.
1) Benda lingkungan sekolah yang menggunakan prinsip
pesawat sederhana jenis katrol (dalam proses pengamatan): 1. Kerekan timba
2. Tiang bendera 2) Lembar pengamatan
3) Lembar LKS siswa 4) Pensil
5) Penggaris
6) Alat untuk percobaan katrol
Alat dan bahan diatas harus dipersiapkan dengan matang agar kegiatan
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dapat berjalan dengan lancar.
4. Guru memberikan penjelasan mengenai langkah-lagkah kegiatan yang
akan dilakukan siswa dalam melakukan proses pembelajaran melalui metode inkuiri terbimbing dengan penelitian pesawat sederhana jenis
katrol yang dibedakan menjadi 3 berdasarkan prinsip kerjanya
5. Siswa melakukan kegiatan penelitian (pengamatan) dan berdiskusi dalam kelompok untuk membuktikan bahwa pesawat sederhana jenis katrol mengubah mengubah gaya angkat menjadi gaya tarik dan
mempermudah pekerjaan manuasia. Katrol terdiri dari 3 jenis menurut prinsip cara kerja katrol. Setelah itu siswa dalam kelompok
6. Siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan yaitu Pesawat sederhana jenis katrol dapat mengubah gaya angkat menjadi gaya tarik, yang dibedakan menjadi 3 berdasarkan prinsip kerjanya, sehingga mempermudah manusia.
Pertemuan 2
1. Guru mengajukan pertanyaan secara umum untuk menarik rasa keingintahuan siswa terhadap materi roda berporos. Guru memberikan
kesempatan siswa untuk menjawab pertanyaan dan mengungkapkan hipotesis, setelah itu siswa dengan bimbingan guru merumuskan masalah mengenai roda berporos bahwa roda berporos menggunakan
prinsip pesawat sederhana untuk mempermudah pekerjaan manusia yaitu mengubah besarnya gaya dan kecepatan berputar .
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran berupa konsep bahawa Pesawat sederhana terdiri dari 4 jenis. Pada siklus 2 pertemuan kedua ini akan dibahas mengenai konsep pesawat sederhana jenis roda
berporos. Bahwa roda merupakan silinder penyangga beban yang berputar pada poros untuk membantu manusia memindahkan beban
dengan gaya yang dikeluarkan.
3. Siswa membentuk kelompok belajar seperti pada pertemuan 1 siklus 1.
4. Guru menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan (meneliti ulang) penelitian pesawat sederhana jenis roda berporos.
1. Benda lingkungan sekolah yang menggunakan prinsip pesawat
sederhana jenis pengungkit (dalam proses penelitian): a. Sepeda (ban)
b. Sepeda motor (ban) c. Tape dorong
d. Kipas angin e. Kran air dll
2. Bahan untuk percobaan
3. Bahan pembuatan produk 4. Lembar pengamatan 5. Lembar LKS siswa
Alat dan bahan diatas agar kegiatan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dapat berjalan dengan lancar
7. Guru memberikan penjelasan mengenai langkah-lagkah kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam melakukan proses pembelajaran melalui
metode inkuiri dengan penelitian Pesawat sederhana jenis roda berporos.
8. Siswa melakukan kegiatan penelitian dan berdiskusi dalam kelompok
untuk membuktikan bahwa pesawat sederhana jenis roda berporos menggunakan prinsip pesawat sederhana, mengubah besarnya gaya
dan kecepatan berputar, untuk mempermudah pekerjaan manusia. Setelah itu siswa dalam kelompok mengerjakan lembar kerja kelompok kemudian mempresentasiakan dan mendemonstrasikan
produk didepan kelas.
9.Siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan hasil penelitian
G. Penelitian yang relefan
a. Adapun penelitian yang relefan dan mendekati judul penelitian ini adalah hasil penelitian Sri mantoro tahun 2010 dengan judul “MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
DENGAN METODE INKUIRI MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS KLEPU SEMESTER GENAP TAHUN
AJARAN 2010/2011. Dari hasil penelitian yang dilakuakan pembelajaran konterkstual dengan menggunakan metode inkuiri menyatakan bahwa metode yang dipakai meningkatkan prestasi belajar siswa yang semula
hanya 40% siswa mencapai KKM menjadi 65% pada materi Cahaya diterapkan metode tersebut.
H. Kerangka berfikir
Suatu kegiatan tidak akan terlaksana secara maksimal apabila kegiatan
tersebut tidak dikemas dalam suatu kerangka berfikir. Demi terlaksananya kegiatan penelitian saya akan merencanakan kerangka pikir. Kualitas proses pembelajaran yang baik akan berdampak pada suatu hasil belajar yang baik
pula. Maka kemampuan melakukan proses ilmiah pada saat kegiatan belajar berlangsung akan ditingkatkan yaitu dengan pengamatan ilmiah melalui
metode inkuiri terbimbing, yang diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa. Karena metode inkuiri terbimbing menawarkan kebebasan siswa untuk mengekspresikan ide-ide kreatifnya, mendorong siswa dalam pembelajaran
I. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut.
1. Dengan metode Inkuiri diharapkan meningkatkan kemampuan proses
ilmiah siswa kelas V smester II materi pesawat sederhana SD Negri
Plaosan I tahun ajaran 2011/2012.
2. Dengan metode inkuiri diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V semester II materi pesawat sederhana SD Negeri Plaosan I
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan
Kelas PTK. Menurut Kunandar (2011:44) penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang
sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merencanakan, melaksanakan dan merefleksikan
tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelas melalui situasi tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus pembelajaran.
Menurut Wardhani, dkk (2007:1.4) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Dalam penelitian ini peneliti akan mengunakan jenis penelitian tindakan kelas untuk memecahkan permasalahan
dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam, mengembangkan dan meningkatkan profesinya yaitu Peningkatan Kemampuan Proses Belajar
ilmiah dan Hasil Belajar Siswa melalui metode Inkuiri Terbimbing kelas V smester II tentang Pesawat sederhana SD Negeri Plaosan I kecamatan Mlati Kabupaten Sleman.
Peneliti akan menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas menurut Kurt Lewin. Adapun sebelum kegiatan dilaksanakan terlebih dahulu meliputi kegiatan sebagai berikut (Kurt Lewin)
a. Perencanaan (plan).
b. Pelaksanaan (act). c. Pengamatan (observe). d. Refleksi (reflect)
Lebih jelasnaya diilustrasikan melalui bagan 3.1 dibawh ini
Gambar langkah penelitian 3.1
Keterangan:
Karena kemampuan melakukan proses ilmiah dan hasil belajar siswa belum berhasil maka metode pembelajaran akan dilaksanakan pada materi berikutnya., tentunya dengan perencanaan yang lebih matang.
Penelitian Tindakan Kelas ini rencana akan dilakukan dalam dua siklus pembelajaran. Setiap siklus akan ditekankan dengan metode inkuiri
terbimbing tetapi pada siklus dua juga akan ditekankan pada pengujian antara
Perencanaan
ulang
Perencanaan
awal
Tindakan
Tindakan
Pengamatan
Pengamatan
tingkat kebenaran siklus satu maka pada akhir siklus diadakan evaluasi untuk
mengetahui hasil belajar siswa.
Adapun lebih jelasnya rencana tindakan menurut gambar siklus dari Kurt Lewin diuraikan dibawah ini:
a. Perencanaan
Sebelum kegiatan perencanaan ini dilaksanakan maka perlu diadakan survai
yang terjadi dilapangan, pada penelitian ini khususnya siswa kelas V SD Negeri Plaosan I
1. Meminta surat izin observasi dari kampus di secretariat prodi PGSD.
2. Peneliti minta izin pada kepala sekolah SD Negeri Plaosan I.
3. Mengidentifikasi rendahnya kemampuan proses ilmiah dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA materi Pesawat
sederhana pada kelas V.
4. Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa. 5. Mengkaji indikator yang akan dicapai.
6. Merancang pembelajaran yang berorientasi pada metode inkuiri terbimbing pada pembelajaran IPA, melalui penyusunan RPP.
7. Menyiapakan alat dan bahan yang diperlukan.
8. Membuat lembar observasi siswa yaitu lembar pengamatan kemampuan melakukan proses ilmiah untuk melihat kondisi
pembelajaran siswa.