• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

2. Tujuan Netizen Menggunakan Disfemisme pada Momen

1. Kata Dungu yang terdapat dalam data 1 digunakan sebagai sarana untuk mengolok-olok, mencela, atau menghina para pendukung pasangan nomor urut 02 (Prabowo-Sandi).

2. Kata botak yang terdapat dalam data 2 digunakan sebagai penunjuk rasa marah atau jengkel terhadap pendukung kubu 02 (Prabowo-Sandi).

3. Kata Prabohong yang terdapat dalam data 3 digunakan sebagai sarana untuk mengkritik lawan politik, sehingga muncul kata Prabohong padahal yang dimaksud adalah Prabowo.

4. Kata nyungsep yang terdapat dalam data 4 digunakan sebagai penunjuk marah atau jengkel terhadap KPU yang menurutnya pro terhadap pasangan nomor urut 02 sehingga para pendukung pasangan nomor urut 01 dilarang menggunakan hak pilihnya di Australia.

5. Kata Bobrok yang terdapat dalam data 5 digunakan sebagai penunjuk rasa tidak suka atau tidak setuju terhadap KPU yang mengatakan bahwa Pemilu 2019 aman padahal menurut netizen ini faktanya di lapangan telah banyak terjadi kecurangan.

6. Kata Goblok yang terdapat dalam data 6 digunakan sebagai sarana untuk mengolok-olok, mencela, atau menghina para pendukung pasangan nomor urut 02, menurut netizen tersebut Indonesia butuh

sosok Joko Widodo yang jujur dan tidak membutuhkan orang-orang kaya sepihak.

7. Kata Imitasi yang terdapat dalam data 7 digunakan sebagai penunjuk rasa marah atau jengkel terhadap Rocky Gerung yang selalu ngotot dalam berdebat.

8. Kata Kampret yang terdapat dalam data 8 digunakan sebagai sarana untuk mengolok-olok, mencela, atau menghina orang-orang yang mengidolakan Rocky Gerung, netizen ini mengatakan bahwa Rocky Gerung adalah lulusan ilmu filsafat Universitas Indonesia (UI) tapi entah di mana dia belajar ilmu politik.

9. Kata Najis yang terdapat dalam data 9 digunakan sebagai penunjuk rasa tidak suka atau tidak setuju terhadap para pendukung pasangan nomor urut 01 yang menurutnya setiap debat pasti selalu ngotot dan tidak memberi kesempatan lawan debatnya untuk berbicara.

10. Kata Munafik yang terdapat dalam data 10 digunakan sebagai penunjuk rasa marah atau jengkel terhadap Ngabalin yang menurutnya sok pintar tapi ternyata hanya panas-panas tahi ayam.

11. Kata Jompo yang terdapat dalam data 11 digunakan untuk mengolok-olok, mencela, atau menghina Rocky Gerung yang menurutnya Rocky Gerung hanya sebagai hiburan buat para orang tua jompo ketika dia tampil di acara Indonesia Lawyers Club (ILC).

12. Kata Cebong yang terdapat dalam data 12 digunakan untuk mengolok-olok, mencela, atau menghina para pendukung Joko

Widodo, netizen tersebut bertanya bahwa apa kelebihan Joko Widodo sehingga para pendukungnya sangat fanatik terhadap pasangan nomor urut 01.

13. Kata Pecundang yang terdapat dalam data 13 digunakan sebagai penunjuk rasa marah atau jengkel terhadap penyelenggara Pemilu, dan Pengawas Pemilu yang seolah-olah tutup mata terhadap kecurangan-kecurangan yang terjadi di lapangan.

14. Kata Lebay yang terdapat dalam data 14 digunakan sebagai penunjuk rasa tidak suka atau tidak setuju terhadap sikap salah satu pendukung pasangan nomor urut satu yang membawa-bawa nama Tuhan.

15. Kata Sepuh yang terdapat dalam data 15 digunakan untuk mengolok-olok pasangan nomor urut 01 yang menurutnya KH. Ma’ruf Amin seharusnya tidak usah dibawa-bawa ke dunia politik karena sudah sangat berusia.

16. Kata Sekongkol yang terdapat dalam data 16 digunakan sebagai penunjuk rasa marah dan jengkel terhadap Ratna Sarumpaet yang dia anggap bersekongkol dengan kubu 02 untuk menjatuhkan pasangan nomor urut 01.

17. Kata Keok yang terdapat dalam data 17 digunakan sebagai ungkapan rasa marah dan jengkel terhadap pasangan nomor urut 02 yang selalu memperkeruh keadaan padahal sudah kalah, dan jika dilihat dari rekam jejak lawannya (Joko Widodo) yang memang sangat tangguh

karena sudah lima kali mencalonkan dalam pemilihan dan lima kali menang.

18. Kata Mampus yang terdapat dalam data 18 digunakan sebagai sarana untuk mengkritik kubu 02. Netizen tersebut mengatakan bahwa sampai mampus Indonesia tidak bisa damai kalau begini, sudah dinyatakan kalah tapi masih tetap tidak mau menerima kekalahannya.

19. Kata Serakah yang terdapat dalam data 19 digunakan untuk mengkritik pasangan nomor urut 02 (Prabowo-Sandi) yang sudah jelas-jelas dinyatakan kalah dalam perolehan suara tapi tetap tidak mau menerima kekalahannya.

20. Kata Gusar yang terdapat dalam data 20 digunakan untuk mengkritik Prabowo agar bertanggung jawab atas semua kekacauan yang terjadi dalam negeri pasca Pemilu.

21. Kata Ngebet yang terdapat dalam data 21 digunakan untuk mengolok-olok dan menghina Prabowo Subianto yang membandingkan dengan Moeldoko yang lebih berpengalaman dibanding Prabowo Subianto tapi Moeldoko tidak ngotot ingin jadi Presiden. Netizen ini mengibaratkan lulusan S-2 tahu diri betapa susahnya menjadi CEO tapi lulusan SMP ngotot mau menjadi CEO di sebuah perusahaan.

22. Kata Biadab yang terdapat dalam data 22 digunakan untuk menghujat ustaz Hikal yang menurutnya kasar dalam bertutur kata.

23. Kata linglung yang terdapat dalam data 23 digunakan untuk menghina ustaz Haikal. Netizen ini mengatakan bahwa ustaz Haikal tidak pantas menyandang gelar ustaz.

24. Kata Mencolok yang terdapat dalam data 24 digunakan sebagai ungkapan rasa tidak suka terhadap pasangan nomor urut 02. Netizen tersebut mengatakan bahwa sangat jelas terlihat bahwa Prabowo Subianto rakus kekuasaan.

25. Kata Dikulitin yang terdapat dalam data 25 digunakan untuk menunjukkan rasa marah dan jengkel terhadap saksi-saksi pasangan nomor urut 02 yang tidak bisa berbuat apa-apa pada saat dimintai bukti-bukti kecurangan dalam sidang di Mahkamah Konstitusi (MK).

26. Kata Membuyarkan yang terdapat dalam data 26 digunakan untuk mengolok-olok para pendukung pasangan nomor urut 02. Netizen tersebut mengatakan bahwa wajar jika para pendukung pasangan nomor urut 02 tidak suka dengan Metro TV karena telah membuyarkan mimpi indah mereka memenangkan Capresnya.

27. Kata Gerombolannya yang terdapat dalam data 27 digunakan untuk mengolok-olok Ratna Sarumpaet beserta orang-orang yang mengidolakan Ratna Sarumpaet. Menurutnya di saat Ratna Sarumpaet terjerat kasus, orang-orang terdekatnya menghilang.

28. Kata Congornya yang terdapat dalam data 28 digunakan untuk menghina ekspresi wajah Fadli Zonk pada saat berbicara.

29. Kata Penjilat yang terdapat dalam data 29 digunakan untuk menyatakan hal yang tabu untuk para pendukung pasangan nomor urut 01. Netizen tersebut mengatakan bahwa ketika nanti Prabowo-Sandi dinyatakan memenagkan Pemilu, jangan ada pendukung pasangan nomor urut 01 yang jadi penjilat.

30. Kata Dipecat yang terdapat dalam data 30 digunakan untuk menunjukkan rasa jengkel terhadap salah seorang peserta debat.

Netizen tersebut mengatakan bahwa orang yang sudah dipecat jadi menteri tapi masih percaya diri tambil di layar televisi.

31. Kata kedunguannya yang terdapat dalam data 31 digunakan untuk menghina para pendukung pasangan nomor urut 01.

32. Kata Kampret-kampret yang terdapat dalam data 32 digunakan untuk melampiaskan amarahnya terhadap Prabowo Subianto. Netizen tersebut mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan sosok Joko Widodo yang jujur bukan orang-orang yang mau membuat Indonesia kaya sepihak.

33. Kata plonga-plongo yang terdapat dalam data 33 digunakan untuk menghina dan mengolok-olok saksi-saksi pasangan nomor urut 02 yang hanya tercengang dalam ruang sidang pada saat dimintai bukti-bukti kecurangan yang mereka gugat.

34. Kata grasa-grusu yang terdapat dalam data 34 digunakan sebagai ungkapan rasa tidak suka terhadap kubu 02 yang selalu bersikap

terburu-buru bahkan sampai dibawa-bawa ke Mahkamah Konstitusi (MK).

d. Disfemisme Berupa Frasa

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non predikatif (misalnya gunung tinggi disebut frasa karena merupakan konstruksi nonpredikatif). Non predikatif yaitu tidak berkaitan dengan predikatnya. Adapun bentuk frasa dalam penelitian ini adalah frasa benda/nomina dan frasa sifat/adjektif.

Adapun disfemisme berbentuk frasa yang digunakan netizen dalam kolom komentar video yang diunggah di facebook berjumlah 27 data, seperti yang terlihat berikut ini;

1. Frasa kampret dungu yang terdapat dalam data 35 digunakan untuk mengkritik kubu 02 yang mendeklarasikan kemenangan sebelum keluar keputusan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).

2. Frasa preman demokrasi yang terdapat dalam data 36 digunakan sebagai ungkapan amarah terhadap para elit politik yang hanya memanfaatkan rakyat.

3. Frasa hama demokrasi yang terdapat dalam data 37 digunakan sebagai ungkapan amarah terhadap para elit politik yang hanya memanfaatkan rakyat.

4. Frasa pembohong demokrasi yang terdapat dalam data 38 digunakan sebagai ungkapan amarah terhadap para elit politik yang hanya memanfaatkan rakyat.

5. Frasa sperma membeku yang terdapat dalam data 39 digunakan untuk menghina Rocky Gerung.

6. Frasa ahli gadungan yang terdapat dalam data 40 digunakan sebagai ungkapan rasa tidak suka dan rasa tidak setuju terhadap pernyataan Rocky Gerung yang menjadikan undang-undang 45 sebagai syarat pencalonan padahal menurut netizen ini yang ada dalam undang-undang 45 merupakan syarat keterpilihan.

7. Frasa keturunan monyet yang terdapat dalam data 41 digunakan untuk menghina Rocky Gerung. Menurut netizen ini Rocky Gerung adalah manusia yang dikatakan oleh Darwin jadi semua perkataan Rocky Gerung adalah fiksi atau cerita rekaan.

8. Frasa sampah politik yang terdapat dalam data 42 digunakan sebagai ungkapan rasa tidak suka terhadap Rocky Gerung yang selalu menggunakan bahasa tinggi agar terlihat seolah-olah hanya dia yang hebat dan netizen ini mengatakan jika Rocky Gerung masuk ke dalam partai demokrat maka demokrat akan hancur karena Rocky Gerung hanya sampah politik.

9. Frasa rock mini yang terdapat dalam data 43 digunakan untuk menghina Rocky Gerung. Netizen tersebut mengatakan bahwa Rocky Gerung cara berbicaranya berputar-putar beda cara berbicara Adian Napitupulu, sehingga muncul frasa Rock mini sebagai kata ganti Rocky Gerung.

10. Frasa si botak yang terdapat dalam data 44 digunakan untuk menghina Ahmad Dani dengan cara body shaming. Netizen ini mengatakan bahwa seandainya si pelapor tidak memiliki pengetahuan yang tinggi mana mungkin Ahmad Dani bisa terseret ke dalam penjara.

11. Frasa tai ayam yang terdapat dalam data 45 digunakan untuk menghina Ngabalin. Menurut netizen ini Ngabalin adalah manusia sok pintar tapi tidak lebih dari kotoran ayam yang baru keluar, hanya selang beberapa menit sudah dingin.

12. Frasa jenderal pecatan yang terdapat dalam data 46 digunakan untuk mengolok-olok para pendukung pasangan nomor urut 02. Netizen ini mengatakan bahwa Joko Widodo tidak pernah kalah dalam pemilihan mulai dari pemilihan Walikota sampai pemilihan Presiden makanya selalu dipilih oleh orang-orang pintar, kalau orang bodoh pasti pilihannya adalah jenderal pecatan.

13. Frasa gerombolan cebong yang terdapat dalam data 47 digunakan untuk mengkritik penegak hukum. Menurut netizen ini, seandainya Ratna Sarumpaet berada di barisan kubu 01 maka kejadiannya tidak akan seperti itu, pasti akan mendapat perlindungan.

14. Frasa media cebong yang terdapat dalam data 48 digunakan untuk mengkritik salah satu stasiun televisi yang berpihak kepada pasangan nomor urut 01.

15. Frasa petugas partai yang terdapat dalam data 49 digunakan untuk mengolok-olok Joko Widodo. Netizen ini mengatakan bahwa sampai saat ini kita dipimpin oleh petugas partai, bukan presiden.

16. Frasa Abu dajjal yang terdapat dalam data 50 digunakan untuk menghina Abu Janda dengan sebutan Abu Janda. Netizen ini mengatakan semoga di akhirat nanti dikumpulkan dengan Joko Widodo dan Megawati.

17. Frasa Mak banteng yang terdapat dalam data 51 digunakan untuk mengolok-olok Megawati dengan sebutan Mak banteng. Netizen tersebut mengatakan bahwa jelas-jelas Megawati sudah mengatakan bahwa Jokowi adalah petugas partai.

18. Frasa manusia sampah yang terdapat dalam data 52 digunakan sebagai ungkapan rasa tidak suka terhadap para pendukung pasangan nomor urut 01. Netizen tersebut mengatakan bahwa kalau sampai Prabowo yang menang dalam Pemilu jangan ada pendukung pasangan nomor urut 01 yang mengaku pendukung pasangan nomor urut 02.

19. Frasa Doktor goblok yang terdapat dalam data 53 digunakan sebagai ungkapan rasa tidak setuju terhadap pernyataan salah seorang yang memiliki gelar doktor yang mengatakn tolok ukur seorang pemimpin harus rajin membaca. Netizen ini berpendapat bahwa membaca bukan standar seorang pemimpin karena Rasulullah merupakan pemimpin terbaik di muka bumi padahal beliau tidak bisa baca tulis.

20. Frasa pelacur politik yang terdapat dalam data 54 digunakan sebahgaii ungkapan rasa tidak suka terhadap ustaz Haikal Hasad karena menganggap bahwa beliau ikut membela orang-orang yang melakukan kecurangan dalam Pemilu.

21. Frasa otaknya kosong yang terdapat dalam data 55 digunakan sebagai ungkapan rasa marah dan jengkel terhadap Rocky Gerung.

Netizen ini mengatakan bahwa Indonesia tidak butuh orang-orang seperti Rocky Gerung yang hidupnya hanya fiksi bukan kenyataan.

22. Frasa dasar penjilat yang terdapat dalam data 56 digunakan sebagai ungkapan rasa marah dan jengkel terhadap Ngabalin yang selalu memotong pembicaraan lawan debatnya dan tidak memberi kesempatan orang lain untuk berbicara.

23. Frasa curang pencuri yang terdapat dalam data 57 digunakan sebagai ungkapan kemarahan terhadap orang-orang yang terlibat dalam kecurangan Pemilu 2019.

24. Frasa kebodohan cebong yang terdapat dalam data 58 digunakan sebagai ungkapan rasa marah dan jengkel terhadap para pendukung pasangan nomor urut 01. Netizen tersebut mengatakan bahwa entah apa yang mereka banggakan dari sosok Joko Widodo.

25. Frasa tidak waras yang terdapat dalam data 59 digunakan oleh pendukung nomor urut 02 untuk menghujat pendukung pasangan nomor urut 01. Netizen tersebut mengatakan bahwa yang punya

postingan tidak waras sama seperti Joko Widodo, dan mengatakan bahwa baru Pemilu kali ini orang gila bisa menggunakan hak pilihnya.

26. Frasa rakus kekuasaan yang terdapat dalam data 60 digunakan untuk mengkritik pasangan nomor urut 02 (Prabowo-Sandi) yang sudah jelas-jelas dinyatakan kalah dalam perolehan suara tapi masih tetap tidak mau menerima kekalahannya.

27. Frasa haus harta yang terdapat dalam data 61 digunakan sebagai ungkapan rasa marah dan jengkel terhadap kubu pasangan 02 yang sudah jelas-jelas kalah namun masih tetap bersih keras mau menggugat dan tidak mau menerima kekalahannya.

e. Disfemisme Berbentuk Klausa

Klausa dalam tataran sintaksis merupakan satuan yang berada di atas satu tingkat dari frasa tetapi masih di bawah satuan kalimat. Dalam konstruksi itu terdapat komponen yang berfungsi sebagai predikat; dan fungsi lain sebagai subjek, objek, dan sebagainya.

Adapun disfemisme berupa klausa yang digunakan netizen dalam kolom komentar video yang diunggah di facebook berjumlah 22 data, seperti yang terlihat berikut ini;

1. Klausa para antek penista yang terdapat dalam data 62 digunakan untuk mengkritik orang-orang yang berada di barisan kubu 01 yang beramai-ramai menyerang dan menghujat Prabowo yang mendeklarasikan kemenangan sebelum KPU mengeluarkan keputusan. Netizen tersebut mengatakan kubu 02 mendeklarasikan

kemenangan karena menurut data tim 02 yang menang dan KPU sudah mengatakan bahwa pihaknya salah dalam menginput data.

2. Klausa dungu kaya cebong yang terdapat dalam data 63 digunakan untuk mengolok-olok BPN 01. Netizen tersebut mengatakan bahwa apakah ini salah satu strategi yang dilakukan kubu 01 untuk melakukan kecurangan.

3. Klausa maling teriak maling yang terdapat dalam data 64 digunakan sebagai ungkapan amarah terhadap para elit politik yang hanya memanfaatkan rakyat.

4. Klausa kampret kebakaran jenggot yang terdapat dalam data 65 digunakan pendukung pasangan nomor urut 01 untuk mengolok-olok pendukung pasangan nomor urut 02. Netizen tersebut mengatakan bahwa inilah akibat karena para pendukung 02 terlalu percaya diri sebelum Pemilu akhirnya sekarang tidak mau menerima kemenangan pasangan nomor urut 01.

5. Klausa tong kosong nyaring bunyinya yang terdapat dalam data 66 digunakan sebagai ungkapan amarah dan kejengkelan terhadap Rocky Gerung. Netizen tersebut mengatakan bahwa Rocky Gerung cara berbicaranya berputar-putar beda cara berbicara Adian Napitupulu.

6. Klausa rezim-rezim yang dungu yang terdapat dalam data 67 digunakan untuk mengkritik para pendukung pasangan nomor urut 01

yang menurutnya setiap kali debat pasti selalu memotong pembicaraan lawan debatnya.

7. Klausa orang banyak bacot memiliki makna banyak bicara, yang terdapat dalam data 68 digunakan sebagai ungkapan rasa tidak suka terhadap Rocky Gerung.

8. Klausa mentalnya dah kayak badut yang terdapat dalam data 69 digunakan untuk menghina Prabowo. Netizen ini mengatakan bahwa mental Prabowo Subianto seperti mental badut, ucapannya sering asal mangap dan tidak bertanggung jawab.

9. Klausa wakil presiden kok kayak wayang yang terdapat dalam data 70 digunakan untuk menghina Cawapres nomor urut 01. Netizen ini mengatakan bahwa Cawapres nomor urut 01 satu seperti wayang tidak punya statemen sama sekali, dan hanya dimanfaatkan untuk mencari suara.

10. Klausa tutup aja stasiun tv anjing ini yang terdapat dalam data 71 digunakan sebagai bentuk kritikan terhadap salah satu stasiun televisi yang perpihak kepada salah satu pasangan calon.

11. Klausa urat kemaluan putus yang terdapat dalam data 72 digunakan untuk mengolok-olok Prabowo, netizen ini mengatakan bahwa Prabowo Subianto sudah tidak punya rasa malu padahal sudah dua kali dinyatakan kalah dalam Pilpres.

12. Klausa mulutnya disumpal plastik yang terdapat dalam data 73 digunakan sebagai ungkapan rasa marah dan jengkel terhadap Ratna

Sarumpaet yang menyebarkan berita bohong bahwa dirinya dipukul oleh sekelompok orang yang tidak dikenal.

13. Klausa dasar pengecut lu yang terdapat dalam data 74 digunakan sebagai bentuk kritikan terhadap pemerintah yang dianggapnya tidak memberikan keadilan kepada rakyatnya, netizen ini mengaitkan dengan kasus Novel Baswedan.

14. Klausa dodol apa bego sih yang terdapat dalam data 75 digunakan oleh pendukung nomor urut 02 untuk menghujat pendukung pasangan nomor urut 01. Netizen ini mengatakan bahwa yang punya postingan tidak waras sama seperti Joko Widodo, dan mengatakan bahwa baru Pemilu kali ini orang gila bisa menggunakan hak pilihnya.

15. Klausa nggak punya urat malu yang terdapat dalam data 76 digunakan sebagai sarana untuk mengkritik kubu 02. Netizen ini mengatakan bahwa sampai mampus Indonesia tidak bisa damai kalau begini, jelas-jelas sudah dinyatakan kalah tapi masih tetap tidak mau menerima kekalahannya.

16. Klausa sebelum sengkuni mati yang terdapat dalam data 77 digunakan untuk mengkritik pembuat onar, perusak demokrasi dengan sebutan Sengkuni. Netizen ini mengatakan bahwa selagi Sengkuni belum meninggal maka akan selalu terjadi konflik di Indonesia.

17. Klausa kalau kampret mah urat malunya dah karat yang terdapat dalam data 78 digunakan sebagai ungkapan rasa marah dan jengkel terhadap Prabowo Subianto yang katanya sudah membuat surat

wasiat bahwa dirinya tidak akan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) tapi kenyataannya kubu 02 mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).

18. Klausa pengen jitak tuh pengacara yang terdapat dalam data 79 digunakan sebagai ungkapan rasa marah dan jengkel terhadap sikap pengacara pasangan nomor urut 02 yang serba tidak siap menghadapi sidang di Mahkamah Konstitusi (MK).

19. Klausa Budiman memang asu yang terdapat dalam data 80 digunakan untuk menghujat Budiman dengan sebutan binatang.

Netizen ini mengatakan bahwa Budiman sudah tua tapi pemikirannya kekanak-kanakan beda dengan Faldo meskipun usia masih muda tapi dewasa dalam berpikir.

20. Klausa anjing kau Haikal yang terdapat dalam data 81 diguankan untuk menghujat atau mengata-ngatai ustaz Haikal dengan sebutan binatang. Netizen ini merasa geram terhadap ustaz Haikal yang selalu memotong pembicaraan lawan debatnya.

21. Klausa Wowo kebelet jadi Presiden yang terdapat dalam data 82 digunakan sebagai ungkapan rasa marah dan jengkel terhadap Prabowo Subianto yang selalu berkoar-koar. Netizen tersebut mengatakan bahwa Prabowo Subianto sangat berambisi jadi Presiden.

22. Klausa Bawaslu, MK, Anda betul-betul kafir yang terdapat dalam data 83 digunakan sebagai bentuk kritikan terhadap Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menurutnya

tidak bersikap adil dalam Pemilu 2019. Netizen ini mengatakan bahhwa Kepala Desa (Kades) yang mendukung pasangan nomor urut 02 dijobloskan ke dalam penjara sedangkan Camat dan Walikota yang mendukung pasangan nomor urut 01 hanya dianggap pelanggaran disiplin.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis bab empat dari penelitian yang telah dilakukan, Dari penelitian yang dilakukan selama satu bulan dengan objek penelitian komentar netizen dalam media sosial (facebook) ditemukan banyak komentar berdisfemisme, peneliti menemukan 83 data yang terdiri dari : (a) disfemisme berupa kata, (b) disfemisme berupa frasa, dan (c) disfemisme berupa klausa. Dari semua satuan kebahasaan yang paling sering digunakan dalam komentar netizen dalam kolom komentar facebook pada momen pemilihan Presiden 2019 adalah komentar disfemisme berupa kata, yaitu sebanyak 34 komentar netizen yang berupa kata, 27 komentar berupa frasa, dan 22 komentar berupa klausa.

B. Saran

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, peneliti ingin memberikan saran kepada beberapa pihak. Adapun saran saran yang ingin disampaikan sebagai berikut.

1. Bagi peneliti hasil penelitian ini akan dijadikan acuan agar peneliti kembali mempelajari lebih mendalam soal penelitian ini. mengingat masih banyaknya kekurangan yang muncul. Mempelajari apa yang telah dibaca

dan diteliti kemungkinan dalam objek penelitian ini terdapat masalah lain selain bentuk kebahasaan disfemisme.

2. Bagi mahasiswa diharapkan penelitian ini bisa dijadikan acuan atau referensi menarik untuk melakukan penelitian tentang disfemisme,.

diharapkan agar meneliti lebih mendalam karena dalam penelitian ini hanya membahas tentang bahasa disfemisme yang berupa kata, frasa, dan klausa. Besar harapan, peneliti selanjutnya bisa mengembangkan penelitian yang menyangkut bahasa disfemisme.

DAFTAR PUSTAKA

Aan Komariah, Djam’an Satori, 2011, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Alfabeta.

Ali Masri, dkk.2001. Kesinoniman Disfemisme dalam Surat Kabar terbitan Palembang” dalam LINGUA jurnal Bahasa dan Sastra Volume 3 Nomor 1 Desember halaman 62-82.

Chaer A. dan Agustina L.(2010). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:

Chaer A. dan Agustina L.(2010). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:

Dokumen terkait