• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Penelitian

Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian fenomenologis.

Wawancara awal untuk mengenali bagian-bagian pengalaman responden melalui panduan pertanyaan. Pengumpulan merefleksikan melalui pengamatan yang dilaksanakan dan tanggapan responden sampai pada interpretasi. Proses pengambilan data berdasarkan yang diucapkan, dirasakan dan dilakukan oleh responden. Berikutnya responden dapat merefleksikan pengalaman mereka dan menambahkan kata dalam wawancara yang lebih mendalam. Penelitian melibatkan beberapa responden yang khusunya umat wilayah St. Benediktus 3.

Hasil penelitian merupakan rangkuman berdasarkan jawaban dari responden berkaitan dengan “Katekese Naratif Sarana Evangelisasi Untuk Mendewasakan Iman Umat Wilayah St. Benediktus 3, Paroki St. Kristoforus Banyutemumpang, Magelang.”

1. Profi Responden

Responden penelitian Katekese Naratif Sarana Evangelisasi Untuk Mendewasakan Iman Umat Wilayah St. Benediktus 3, Paroki St. Kristoforus Banyutemumpang, Magelang yang berjumlah tiga orang laki-laki dan lima orang perempuan. Triangulasi penulis mewawancarai satu wakil ketua lingkungan dan satu prodiakon atau pendamping dalam pendalaman iman. Penulis menuliskan profil responden dengan pengkodean untuk memudahkan dalam penyebutan.

Rincian profil sebagai berikut:

33

Responden 1 (R1) dengan insial AS dan berusia 20 tahun adalah mahasiswi Atmajaya yang merupakan umat wilayah St. Benediktus 3 di lingkungan St.

Paulus Posong .

Responden 2 (R2) dengan insial AS dan berusia 48 tahun adalah seorang bapak, bekerja sebagai buruh harian lepas yang merupakan umat wilayah St.

Benediktus 3 di lingkungan St. Paulus Posong

Responden 3 (R3) dengan insial TS dan berusia 60 tahun adalah seorang bapak, bekerja sebagai petani serta pedagang yang merupakan umat wilayah St.

Benediktus 3 di lingkungan St. Paulus Posong .

Responden 4 (R4) dengan insial VP dan berusia 55 tahun adalah seorang ibu, bekerja sebagai pedagang yang merupakan umat wilayah St. Benediktus 3 di lingkungan St. Paulus Posong.

Responden 5 (R5) dengan insial MD dan berusia 70 tahun adalah seorang nenek, bekerja sebagai ibu rumah tangga yang merupakan umat wilayah St.

Benediktus 3 dan lingkungan St. Fransiskus Xaverius Babadan.

Responden 6 (R6) dengan insial AS dan berusia 69 tahun adalah seorang nenek, bekerja sebagai ibu rumah tangga serta petani yang merupakan umat wilayah St. Benediktus 3 di lingkungan St. Frasiskus Xaverius Babadan.

Responden 7 (R7) dengan insial YM dan berusia 48 tahun adalah seorang bapak, bekerja sebagai pedagang yang merupakan umat wilayah St. Benediktus 3 di lingkungan St. Fransiskus Xaverius Babadan.

34

Responden 8 (R8) dengan insial EP dan berusia 50 tahun adalah seorang ibu bekerja sebagai guru TK yang merupakan umat wilayah St. Benediktus 3 di lingkungan St. Fransiskus Xaverius Babadan.

Responden 9 (R9) dengan insial RBSS sebagai responden triangulasi adalah wakil ketua lingkungan dan berusia 75 tahun, bekerja menjadi petani yang merupakan umat wilayah St. Benediktus 3 di lingkungan St. Fransiskus Xaverius Babadan

Responden 10 (R10) dengan insial MCIT sebagai triangulasi adalah prodiakon atau pendamping pendalaman iman dan berusia 45 tahun, bekerja menjadi karyawan swasta yang merupakan umat wilayah St. Benediktus 3 dan lingkungan St. Fransiskus Xaverius Babadan.

2. Hasil Wawancara

Pada bagian ini penulis memaparkan hasil penelitian khususnya pada umat lingkungan yang ada di wilayah St. Benediktus 3 yang sudah dilaksanakan sejak 4 Januari 2020 sampai 16 Februari 2020. Dalam penulisan hasil penelitian ini ada dua tahap yang pertama membantu penulisuntuk memahami kondisi situasi umat setempat pada kenyataanya dan tahap kedua melihat tanggapan umat terhadap pendekatan katekese naratif sarana evangelisasi untuk mendewasakan iman umat dalam pendalamana iman yang dilaksanakan.

Pelaksanaan proses observasi dan wawancara pengurus lingkungan di St.Benediktus 3, penulis melihat situasi serta kondisi di lapangan mengenai keterlibatan umat dalam hidup menggereja, relasi antar umat maupun juga terhadap pengurus, harapan dan proses pendalaman iman. Kenyataannya melalui

35

ungkapan salah satu pengurus di lingkungan St. Aloysius Sawangan kondisi sosialnya saling peduli dan mau menolong. Perekonomian dilingkungan menengah keatas dan pekerjaannya rata-rata sebagai pensiunan serta petani.

Pendidikan terakhir umat rata-rata sarjana dan SMA. Adapun menjadi keprihatinan serta harapan yaitu mengingat bahwa umat banyak yang sepuh (lanjut usia) menginginkan untuk dapat bergabung dengan lingkungan terdekat agar dapat ikut terlibat dalam hidup menggereja terutama pendalaman iman.

Pentingnya ketua wilayah dan Romo untuk mendekatkan diri dengan umat.

Salah satu pengurus lingkungan St. Fransiskus Xaverius Babadan menyampaikan kondisi sosialnya adanya toleransi, gotong royong dan kekeluargaan. Kondisi ekonomi menengah ke bawah dan pekerjaan rata-rata sebagai petani, pedagang, ASN serta pesiunan. Pendidikan terakhir rata-rata SD, SMP, SMA dan sarjana. Munculnya keprihatinan dan harapan yaitu kelengkapan alat liturgi lingkungan belum lengkap, kurangnya partisipasi umat melibatkan diri, serta iman yang belum kuat menjadikan pola pikir dalam mendidik anak dalam iman tidak mendapatkan perhatian. Pendalaman iman yang dilaksanakan menggunakan bahan Kitab Suci dan renungannya seringkali mengambil dari e-Katolik serta belum memanfaatkan media lain.

a. Hasil Wawancara Tahap Pertama

Penulis akan memaparkan wawancara tahap yang pertama mengenai keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam hidup menggereja, kegiatan apa saja yang mereka ikuti, relasi mereka dengan umat, pengurus gereja, proses pendalaman iman selama ini berlangsung, hal-hal yang mendukung maupun

36

menghambat dalam keterlibatan hidup menggereja. Melalui hal tersebut penulis akan menemui tanggapan yang beragam dari responden dengan melihat pengalaman mereka. Penulis melakukan proses wawancara dengan pendekatan Fenomenologi untuk melihat kenyataan dan kebenaran dari tanggapan responden.

Penulis menelaah dan memperhatikan fokus fenomena yang hendak diteliti dengan melihat keadaan serta situasi umat wilayah St. Benediktus 3. Ingin mencari tahu lebih dalam keterlibatan dan padangan umat dalam proses pendalaman iman yang berlangsung selama ini dengan melaksanakan wawancara tahap yang pertama.

Pada tahap yang pertama penulis membuat beberapa pertanyaaan untuk mendapatkan tanggapan mengenai keterlibatan dan padangan umat dalam proses pendalaman iman yang berlangsung selama ini, diantaranya (1)Kerlibatan keluarga dalam hidup menggereja dan masyarakat, (2) Kegiatan menggereja maupun masyarakat dan hal yang menarik, (3) Kesan dan relasi umat terhadap Romo, pengurus lingkungan, wilayah, dan paroki, (4) Harapan umat untuk perkembangan Gereja kedepannya, (5) Proses pendalaman iman selama ini berlangsung dilingkungan dan (6) Hal yang mendukung dan menghambat dalam menghadiri kegiatan lingkungan, wilayah dan paroki.

1) Kerlibatan keluarga dalam hidup menggereja dan masyarakat.

Penulis menanyakan kepada seluruh responden mengenai jumlah anggota keluarga dan keterlibatan dalam hidup menggereja serta menggereja sehingga keseluruhan tanggapan ada yang hampir mirip tetapi juga ada yang berbeda. Maka akan dipaparkan oleh penulis sebagai berikut:

37

R1, R2, R3 dan R4 memberikan tanggapan dari jumlah anggota keluarganya seluruh anggota berusaha untuk melibatkan diri dalam hidup menggereja dan masyarakat. Ada tambahan tanggapan dari R2 sejak kecil anak dilibatkan dalam kegiatan tersebut dan juga berasal dari kemauan sendiri. “Anggota keluarga saya yaitu berjumlah 3 orang dan seluruh anggota terlibat dalam hidup menggereja maupun di masyarakat” (R1, 4 Januari 2020).

Ini juga tidak jauh berbeda dengan tanggapan reponden sebelumnya yang diungkapkan R5 dan R6 walaupun mereka hanya seorang diri dan sudah tua akan tetapi mereka tetap terlibat namun tidak seperti dulu waktu muda. “Saya sendirian mbak dirumah, anak-anak udah punya rumah sendiri kalau kegiatan gereja tidak terlalu banyak diikuti seperti dulu dan kegiatan masyarakat wis tua eyang gak ikut” (R5, 3 Februari 2020).

Sementara R7 berpendapat bahwa tidak seluruh anggota keluarganya melibatkan diri dalam kegiatan menggereja dan masyarakat. Hal ini dikarenakan kehadirannya di daerah tersebut masih menjadi warga baru sehingga tidak terlibat begitu banyak kegiatan. R7 menyatakan bahwa “Didalam keluarga ini jumlah anggota keluarga saya yaitu 5 orang dan tidak semua terlibat .... karena masih umat serta warga baru.”

Ada juga responden yang memberikan tanggapan yang diungkapkan R8 mengenai tidak seluruh anggota dalam keluarganya juga terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat. Sebab sebagian dari keluarga mereka tinggal diluar untuk menempuh pendidikan sehingga tidak memungkinkaa melibatkan

38

diri. R8 menyampaikan “Saya memiliki jumlah anggota keluarga 5 orang dan tidak semua terlibat ... karena ada yang kuliah di luar kota.”

R9 menanggapi bahwa ia juga memiliki anggota keluarga yang berbeda keyakinan. Dalam urusan hidup menggereja tidak seluruh keluarga terlibat secara penuh. “Anggota keluarga saya berjumlah 5 orang dan hanya dua yang terlibat dalam hidup menggereja karena yang tiga anggota keluarga muslim tetapi dalam masyarakat terlibat” (R9, 16 Februari 2020).

Berikutnya R10 menyatakan bahwa ada satu anggota keluarganya yang tidak dapat mengikuti kegiatan menggereja maupun masyarakat karena usia sudah tua berjalanpun lambat dan cepat capek. “Jumlah anggota keluarga saya yaitu 5 orang dan tidak semua terlibat dalam ... karena ada satu anggota keluarga seorang nenek berumur 90 tahun.” (R10, 16 Februari 2020).

Pengungkapan yang telah disampaikan setiap responden mengungkapkan situasi serta kondisi keluarga mereka. Keadaan tertentu memang tidak dapat memaksakan untuk dapat melibatkan segala hal kegiatan. Selain itu juga ada semangat dari pribadi maupun anggota keluarga untuk melibatkan diri dalam hidup menggereja maupun masyarakat. Ada salah satu responden yang merupakan warga baru yang perlu mendapatkan perhatian gereja dan masyarakat sekita agar semakin mampu berbaur serta ikut terlibat dalam kegiatan sehingga dapat memenuhi harapan. Sedikit menjawab salah satu kegelisahaan mengenai keterlibatan umat terutama dalam hidup menggereja. Kesadaran ini perlu kembali dilihat oleh pengurus paroki dalam melihat kenyataan yang ada.

39

2) Kegiatan menggereja maupun masyarakat dan hal yang menarik.

Pertanyaan yang sama dari penulis mengenai kegiatan yang diikuti baik dalam hidup menggereja maupun masyarakat dan pengalaman menarik responden mengikuti kegiatan tersebut disampaikan kepada seluruh responden sehingga keseluruhan tanggapan ada yang hampir senada tetapi juga ada yang berbeda. Hal ini diungkapkan penulis menurut tanggapan responden sebagai berikut:

R7 juga menyatakan dirinya belum banyak berlibat didaerah tersebut karena statusnya sebagai warga baru sehingga hanya beberapa saja yang diikuti seperti ibadat lingkungan, kerja bakti dan kegiatan pemuda. Melalui kegiatan itu menarik bagi responden ialah adanya rasa kebersamaan yang kuat sehingga saling membantu menjadi prioritas.

“Tergolong umat baru disini maka kegiatan yang baru dapat ikuti yaitu ibadat di lingkungan akan tetapi... . Lalu anak ... kegiatan di OMK. Dalam masyarakat sendiri mengikuti kerja bakti dann arisan pemuda. Selama ini yang dilihat dan dirasakan yaitu adanya kebersamaan yang erat dan saling tolong menolong” (R7, 16 Februari 2020)

Hal lain disampaikan oleh R4, R8 dan R9 kegiatan yang mereka berpartisipasi ialah tahlilan, ibadat lingkungan, wakil ketua lingkungan, dawis, pertemuan bapak-bapak dan seterusnya. Ada hal yang menarik bagi mereka yaitu merasakan ada keguyupan, membawa ketenangan saat mengikuti sembayangan (pendalaman iman), dan memililiki kreatifitas yang positif sehingga dapat saling membantu satu sama lain.

“Aktivitas yang saya ikuti digereja ... pendalaman iman, ibadat, yasinta, ibu-ibu cecilia, bidang liturgi wilayah dan lingkungan, ... masyarakat yaitu dawis (dasa wisma), kopja 2, BKB(Bina Keluarga Balita), dan wakil ketua DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Kegiatan tersebut menarik ... karena mengalami adanya kegurup rukunan yang tercipta, hidup saling

40

berdampingan dengan masyarakat .... saling menghargai dan bersusaha untuk selalu berpikir positif“ (R8, 16 Februari 2020)

Tangagapan berikutnya dari R5 dan R 6 juga menyampaikan bahwa ia juga mengikuti ibadat ube, yasinta, (Pendampingan Iman Usia Lanjut) PIUL, ibadat lingkungan, ibu-ibu Cecilia dan sebagainya. Namun, tidak mengikuti kegiatan masyarakat karena merasa tidak sanggup dengan tenaga yang tidak lagi muda.

Dalam kegiatan ada hal yang menarik bagi mereka yaitu iman mereka semakin dikuatkan karena R5 menyatakan bahwa ia beriman katolik ketika mereka sudah agak tua, senang dapat berbagi pengalaman, dan mampu untuk berbaur dengan siapapun.

“Kegiatan ... digereja seperti ibadat ube, ibadat lingkungan, doa kerahiman Ilahi, ... PIUL dan koor. Sedangkan dalam masyarakat sudah tidak terlibat karena sudah tua. Lalu juga merasa mendapatkan pengalamn hidup beriman katolik karena saya katolik ketika saya udah agak tua. Adanya saling tolong menolong dan mau melayani serta selalu rukun dengan masyarakat.” (R5, 3 Februari 2020).

Argumen lain diungkapkan R1, R2, R3, dan R10 bahwa kegiatan yang diikuti oleh mereka yaitu ada yang menjadi prodiakon, mengikuti doa kerahiman ilahi, doa lingkungan, keluarga terpanggil, pengelolahan air bersih, pertemuan bapak-bapak, dan sebagainya. Kesamaan mereka mengungkapkan bahwa kegitan tesebut menarik bagi mereka karena dapat ikut serta dalam mengambil bagian untuk melayani dan R3 menabah tanggapan sebagai bentuk keterlibatan umat minoritas dalam segala kegiatan sehingga hal melayani tumbuh sejak kecil.

“Kegiatan yang sering diikuti digereja seperti ibdat jumat pertama, misa ujub, prodiakon, ... . Sedangkan dalam masyarakat sering diikuti ...

pertemuan bapak-bapak. Merasa senang dapat mengambil bagian dalam kegiatan gereja baik dilingkungan, wilayah dan paroki. Selain itu juga senang juga karena mampu melayani dalam kegiatan” (R2, 4 Januari 2020).

41

Setiap kegiatan menggereja dan memasyarakat membawa setiap responden memiliki rasa terus melayani walaupun mereka sebagai masyarakat minoritas, membawa mereka pada kekuatan iman yang menenangkan dan kreatifitas dalam menyatukan dengan kebersamaan serta kerukunan. Semangat ini perlu terus dibawa agar seperti responden yang masih tergolong warga selalu dapat merasakan kenyamanan sehingga mau melibatkan diri dalam kegiatan.

3) Kesan dan relasi umat terhadap Romo, pengurus lingkungan, wilayah, dan paroki.

Penulis memberi pertanyaan kepada seluruh responden mengenai kesan mereka dan relasi umat terhadap romo, pengurus lingkungan, wilayah, dan paroki maka keseluruhan tanggapan hampir mirip tetapi juga ada yang berbeda.

Tanggapan dari responden ini diungkapkan penulis sebagai berikut:

Tanggapan yang senada disampaikan R4, R6, R7, R9, dan R10 yaitu mereka melihat selama ini dengan Romo dan pengurus yang baru baik paroki, lingkungan, wilayah memiliki pelayanan yang baik, bertanggung jawab, dan membantu perkembangan gereja. Relasi yang dibangun oleh para Romo dan pengurus paroki baik juga di lingkungan, wilayah maupun paroki itu sendiri yaitu baik mampu membaur dan selalu membangun rasa persaudaraan.

“Selama ini yang saya lihat Romo dan dewan paroki maupun pengurus gereja yang dulu memperhatikan pembangunan gereja agar layak untuk dipakai. ... sekarang sudah baik setiap pelayanan tergantung tanggungjawab masing-masing sesuai yang sudah diberikan. Mau menghadiri pertemuan dengan umat lain diluar lingkungan. Selaian itu mau membaurkan diri seluruh lingkungan, wilayah dan paroki” (R9, 16 Februari 2020).

Hal lain diungkapkan responden R8 berpendapat demikian Romo sebelumnya ada yang perhatian dan ada yang cuek sehingga memberi kesan

42

adanya pengkotakan, lebih mementingkan pembangunan dan penyampaian kepada umat kurang baik. Setelah pergantian Romo dan pengurus paroki ialah sudah ramah, mau mendengarkan. Adanya tambahan bagi pengurus paroki untuk lebih teliti dalam menjalankan tugasnya.

“Selama ini saya rasakan ada Romo yang perhatian namun juga ada yang cuek sehingga ... adanya pengkota-kotakan sehingga sikap seperti ini membuat renggang. Pengurus paroki lumayan bagus ... tetapi perlu peningkatan dan semakin teliti saat melaksanakan kewajibannya. Saya melihat Romo sekarang sudah memiliki ramah dan mau mendengarkan dari pada kemarin karena hanya memikirkan pembangunan serta cara bicara tidak terlalu baik. Relasi yang terjalin selama ini baik sehingga memiliki kerjasama yang baik, ada keterbukaan, dan tidak sering terjadi miskomunikasi” (R8, 16 Februari 2020).

R3 menyatakan kesan bahwa Romo juga memperhatikan umatnya dan pengurus paroki pun baik serta memiliki kemampuan disetiap bidangnya. Relasi yang terjalin mampu berkordinasi dengan baik akan tetapi untuk kepedulian terhadap mereka yang muda kurang sehingga menimbulkan keresahan karena

banyak yang berpindah keyakinan.

“Romo sekarang juga mau memperhatikan umatnya sehingga saya merasa senang dan bangga. Dewan parokinya sendiri baik .. . Relasi yang terjalin seluruh pengurus gereja berkordinasi dengan baik. Namun kurang memperhatikan mereka yang muda sehingga banyak yang pindah agama maka ini menjadi suatu keprihatinan” (R3, 16 Februari 2020).

Adapun rasa keresahan dan kekecewaan yang dirasakan oleh responden R1, R2 dan R5, mereka melihat serta merasakan hanya mengenal namun kurang dapat menyatu sehingga keakraban umat itu tidak terjalin dengan baik dengan seluruh umat artinya hanya sebagian saja yang merasakan sehingga menjadikan sebuah kerinduan di hati umat untuk disapa. R2 menekankan bahwa pentingnya lebih meningkatkan rasa kepedulian dengan hal kecil seperti menyapa.

43

“Romo mau mengenal umat ... karena dulu pernah ada Romo tidak dapat menyatu dengan umat. Kebanyakan dewan paroki orangnya tidak pernah ganti sehingga tidak begitu dekat karena kurang menyapa. Relasi ... antaran pengurus lingkungan berjalan dengan baik akan tetapi antara pengurus wilayah dan paroki hanya berhubungan pada ketua lingkungan atau pengurus lingkungan saja” (R2, , 16 Februari 2020)

Melalui jawaban atas penyataan setiap responden mengenai yang mereka lihat dan rasakan bahwa ada beberapa Romo maupun pengurus paroki memiliki sikap yang baik penuh perhatian dan bertanggung jawab terhadap tugas yang mereka emban. Namun, ada juga yang meluapkan rasa kesedihan dan kekecewaan mereka karena merasa kurang tersapa. Terlihat ketika kaum muda kurang mendapatkan tempat bagi paroki seperti yang sudah diketahu bahwa adanya keresahan kurang keterlibatan umat maka kaum muda sendiri menjadi ujung tombak gereja perlu juga mendapatkan porsi yang seimbang. Selain itu kesediaan diri Romo maupun pengurus paroki untuk mejalin relasi dengan umat perlu juga ditingkatkan aggar tidak mengulang kesalahan yang sama. Hubungan antara umat dan seluruh pengurus paroki harus terjalin dengan baik agar semakin menghidupkan.

4) Harapan umat untuk perkembangan Gereja kedepannya.

Seluruh responden menanggapi pertanyaan penulis mengenai harapan untuk perkembangan Gereja kedepannya disampaikan dengan bermacam-macam tanggapan sehingga ada mirip tetapi juga yang berbeda. Maka, penulis akan memperlihatkan pendapat responden sebagai berikut:

Penulis melihat ada kerinduan yang sama diungkapkan R1, R5, R8 dan R10 bahwa baik Romo maupun pengurus paroki haruslah mampu untuk semakin menjalin hubungan dengan umat melalui kunjungan keluarga sehingga sapaan itu

44

sungguh dirasakan. Kepedulian umat terhadap sesama ditegaskan oleh R10 perlu semakin diasah lagi agar memiliki rasa saling untuk saling melayani. R5 memberikan contoh yaitu petugas tata laksana dihidupkan kembali agar dapat membantu umat lain ketika mengikuti perayaan ekaristi. ”Berharap pengurus gereja semakin mampu mengakrabkan diri dengan umat sehingga umat semakin merasa tersapa. Selain antar umat juga saling mengenal dan mau mendorong untuk terlibat dalam kegiatan menggereja” (R1, 4 Januari 2020).

Mengenai kesatuan bersama untuk semakin akrab dan saling memahami sebagai umat ungkapan yang juga disampaikan oleh R3, R4 dan R6. Namun, R3 memberikan poin tambahan yaitu mengenai pentingnya menambahkan ruang perhatian untuk mereka yang muda dalam kegiatan gereja. “Kemajuan di Gereja perlu ditingkatkan sehingga umat Gereja semakin akrab, menyatu dan bersaudara.

Anak muda digateke (diperhatikan) dalam kegiatan gereja.” (R4, 5 Januari 2020).

Tidak jauh berbeda disampaikan oleh R2, R7 dan R9 mengenai pandangan seluruh anggota gereja perlu selalu diingatkan. Diungkapkan R2 bahwa pengurus paroki untuk mau lebih memperhatikan realiatas yang ada dalam diri umat.

Seperti halnya setiap kapel yang ada di paroki perlu diperhatikan agar meningkatkan keberimanan umat ungkapan R7. Berkorban waktu sedikit untuk keterlibatan umat dalam hidup menggereja yang disampaikan R9.

Beberapa ungkapan harapan umat merupakan bentuk suatu kerinduan yang mendalam dari hati umat. Sungguh menjadi suatu hal yang perlu diwujudkan.

Bentuk perhatian pengurus gereja atau paroki maupun Romo membawa umat merasakan sapaan dan kepedulian terhadap mereka terutama yang kecil maupun

45

kaum muda. Kenyataannya bahwa umat tidak hanya mengharapkan kenyamanan bangunan gereja sebagai sarana peribadatan melainkan menjawab perjumpaan yang selalu dirindukan umat. Rasa peka terhadap antar umat menjadi salah satu harapan karena terkadang menjadi terasa seperti barang langka maka untuk menjalin rasa persaudaraan hendak selalu dipupuk.

5) Proses pendalaman iman selama ini berlangsung dilingkungan.

Penulis menanyakan mengenai hal paling penting pada tahap yang pertama kepada seluruh responden mengenai proses yang terjadi saat pendalaman iman selama ini berlangsung sehingga keseluruhan tanggapan ada yang hampir mirip tetapi juga ada yang berbeda. Berikut adalah tanggapan dari responden atas pertanyaan tersebut:

Pendalaman iman selama ini yang berlangsung dan sering diikuti berjalan dengan terstruktur menggunakan pengalaman umat dan Kitab Suci bahan utama renungan. Media yang lain kurang diperhatikan karena tidak memadahi sehingga hanya mengguna Kitab Suci saja. Ini yang disampaikan oles R6 dan R8 mengenai proses pendalaman iman yang berlangsung dilingkungan. “Terkadang proses ...

secara sistematis sehingga melibatkan umat. Hanya menggukan Kitab Suci dan belum memaksimalkan media tertentu untuk membantu proses dalam pendalamam iman” (R8, 16 Februari 2020).

Kemudian tanggapan lain diungkapkan oleh R7 tidak menceritakan begitu dalam dilingkungan ditempati sekarang sehingga ia menceritakan tempatnya terdahulu pernah terkadang menggunakan metode Lexio Devina menggunakan pengalaman dan Kitab Suci sebagai salah satu cara yang digunakan dalam

46

pendalaman iman. Selain itu juga terkadang dilingkungan termasuk lingkungan sekarang jika tidak ada pendamping yang memimpin pendalaman iman maka diganti rosario dan sering kali meminta anak-anak untuk memimpinnya. R7 menyatakan “Dulu saya menggunakan metode Lexio Devina sehingga disitu juga megungkapkan pengalaman. Lalu juga mengajarkan anak-anak doa rosario selain itu jika ada anak-anak menggunakan media gambar karakter pada anak-anak”.

Selain itu juga ada tanggapan lain oleh R1, R4 dan R5 berjalan seperti kebiasaan yang mereka sering dilaksanakan menggunakan Kitab Suci dan renungan akan tetapi untuk berbagi pengalaman iman atau sharing itu sendiri

Selain itu juga ada tanggapan lain oleh R1, R4 dan R5 berjalan seperti kebiasaan yang mereka sering dilaksanakan menggunakan Kitab Suci dan renungan akan tetapi untuk berbagi pengalaman iman atau sharing itu sendiri