• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TORITIS DAN KAJIAN TERKAIT

B. Kajian Terkait

Ada beberapa kajian terkait yang berkaitan dengan skripsi yang ditulis penulis sehingga menjadi salah satu acuan dalam penulisan yaitu sebagai berikut:

1. Anjuran Apostolik dalam Ecclesia in Asia art 20 dikatakan bahwa pola naratif berdampingan dengan tatanan yang sesuai di budaya Asia menjadi sentral.

17

Hal ini sudah diungkapkan Yesus bahwa pewartaan Injil sebaiknya dapat lebih melihat situasi pendengar agar semakin mematangkan pemahaman Injil yang Ia sampaikaan.

2. Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus di hari Komunikasi Sosisal Sedunia yang Ke 54 pada tahun 2020 “Supaya Engkau Dapat Menceritakan Kepada Anak Cucumu” (Kel 10:2) Hidup Menjadi Cerita. Manusia adalah makhluk pencerita maka selalu berkembang untuk menemukan dirinya. Cerita mampu memperbarui dan menguduskan agar cerita-cerita yang baik terus hidup supaya tidak salah arah.

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab sebelumnya, penulis telah menguraiakan yang menjelaskan mengenai Katekese naratif sarana evangelisasi dan medewasakan iman umat. Pentingnya katekese naratif karena sungguh dapat menyelami kehidupan umat sehingga umat mampu ikut serta dalam berevanggelisasi dengan sesama sehingga saling mendewasakan iman umat melalui komunikasi.

Pada bab III penulis menjelaskan metode penelitian yaitu mengenai desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, teknis analisis data dan jadwal perencanaan yang akan dicapai. Metode yang digunakan ini bertujuan untuk mendeskripsikan Katekese Naratif Sarana Evanggelisasi Untuk Medewasakan Iman Umat Wilayah St.

Benediktus 3 Paroki St. Kristoforus Banyutemumpang, Kabupaten Magelang.

A. Jenis Penelitian

Metode dalam penulisan ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian fenomenologis. Peneliti fenomenologi berusaha memahami arti dari sebuah pengalaman dari prekpektif responden (Emzir, 2012:22). Nantinya akan memperlihatkan banyak cara yang berbeda untuk mengintrepetasikan pengalaman yang sama dan tidak pernah berasumsi bahwa mereka (peneliti) mengetahui apa makna sesuatu bagi orang yang diteliti.

Fenometologi menghargai bahwa pengalaman responden yang bervariasi dan kompleks.

19

Hal tersebut akan terlihat melalui tindakkan pengamatan dan berinteraksi dengan beberapa responden. Peneliti dapat menggunakan teknik yaitu observasi dan wawancara. Pada saat pelaksanaan pengumpulan data dilapangan harus hati-hati agar tidak terjadinya kesalahan Peneliti pada wawancara awal untuk mengidenfikasi aspek-aspek pengalaman seseorang melalui bimbingan pertanyaan-pertanyaan. Saat fase pengumpulan merefleksikan dengan pengamatan yang dilakukan dan apa diungkapkan partisipan sampai pada interpretasi.

Penelitian ini lebih dituntut untuk dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan dan dilakukan oleh responden. Selain itu responden juga dapat merefleksikan pengalaman mereka dan menambahkan kata dalam wawancara yang lebih mendalam. Maka, penelitan ini bukan berdasarkan pemikiran peneliti melainkan kenyataan yang ada dilapangan, dialami, dirasakan dan dipikirkan partisipan. Melalui penelitian ini akan lebih mefokuskan pada esensi dari pengalaman mereka dan bertumpu pada wawancara.

Penulis memakai teknik observasi, wawancara, dan aspek-aspek yang dapat ditriangulasi dari data wawancara, mempertajam validitas data, temuan dan kesimpulan. Triangulasi bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peneliti akan hal yang ditemukan. Maka, teknik triangulasi data yang diperoleh lebih memiliki kekuatan dibandingkan pendekatan (Patton, 1980).

B. Desain Penelitian

Peneliti menggunakan desain Desain Deskriptif (Descriptive Design) menjawab mengenai pertanyaan yang terkait penelitian tertentu. Desain Deskriptif

20

(Descriptive Design) yang menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi maupun situasi yang menjadi objek penelitian serta menarik realitas yang ada (Burhan Bungin, 2007:68). Hasil yang didapat untuk memperoleh informasi mengenai status fenomena variabel atau kondisi situasi.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian: Penelitian akan dilaksanakan di wilayah St Benediktus 3 Paroki Kristoforus Banyutemumpang, Kabupaten Magelang.

2. Waktu Penelitian : Penelitian akan dilaksanakan pada semester VII dalam kurun waktu 3 bulan yaitu bulan Desember 2019 - Februari 2020.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini yaitu umat wilayah St. Benediktus 3 Paroki St.

Kristoforus Banyutemumpang, Kabupaten Magelang mengingat situasi yang terjadi adanya pademi karena covid 19 maka hanya 2 lingkungan yaitu St.Paulus Posong dan Fransiskus Xaverius Babadan. Dua lingkungan yang lain tersebut memiliki kemiripan dengan lingkungan lain terkait dengan kondisi dan situasi umat. Cara digunakan sampel penelitian ada beberapa pertimbangan tertentu dengan bertujuan agar data yang diperoleh nantinya representatife (Sugiyono:2010). Lalu sampel penelitiannya yaitu Non-probability Sampling atau Non Random Sampling yang memiliki fokus pada Purposive Sampling. Maka, dalam hal ini peneliti hanya fokus pada umat wilayah St. Benediktus 3 yang mengikuti pendalaman iman dilingkungan. Peneliti akan melihat kesuaian dengan

21

tujuan dari penelitian ini agar data yang diambil akurat. Subjek yang akan diwawancarai berjumlah seputuh orang.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Indefikasi Variabel

Penelitian yang akan dilaksanakan berjudul KATEKESE NARATIF SARANA EVANGELISASI UNTUK MENDEWASAKAN IMAN UMAT WILAYAH ST. BENEDIKTUS 3, PAROKI ST. KRISTOFORUS BANYUTEMUMPANG, KABUPATEN MAGELANG. Penelitian ini hanya ada dua variabel ialah katekese naratif sarana evangelisasi dan mendewasakan iman umat wilayah St. Benediktus 3 Paroki St. Kristoforus Banyutemumpang, Kabupaten Magelang.

2. Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan batasan terhadap masalah yang ada pada variabel sehingga dijadikan pedoman sehingga memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Dalam membantu peneliti untuk memahami dan memudahkan dalam menganalisis banyak teori maka ditentukannya beberapa definisi konseptual yang akan diteliti yaitu sebagi berikut:

a. Katekese Naratif Sarana Evangelisasi:

Katekese Naratif ialah pengajaran agama yang menggunakan sarana cerita sebagai penyampaian pewartaan. Ecclesia in Asia art 20 dikatakan Pola naratif berdampingan dengan tatanan yang sesuai di budaya Asia menjadi sentral.

Melalui kenyataan yang ada bahwa pewartaan Yesus Kristus lebih efektif dalam mengisahkan ceritaNya sesuai dengan Injil. Evangelisasi berarti pewartaan

22

Kristus, yang diutarakan melalui kesaksian hidup dan kata-kata ... (Lumen Gentium, 35) yaitu umat diajak untuk dapat berpartisipasi dalam mewartakan melalui kesaksian dalam mengutarakan pendapatnya.

b. Mendewasakan Iman Umat :

Iman orang dewasa hendaknya terus menerus diterangi, dihidupkan dan pembaruan agar bertanggung jawab atas iman yang dimilikinya serta perlunya pendidikan iman sepanjang perziarahan hidupnya. Hal ini pula telah dibicarakan dalam dokumen gereja yaitu Catechesi Tradendae art 43 menyatakan bahwa pendalaman orang dewasa dalam katekese memiliki fungsi pada upaya serta metode untuk memahami dan memperkuat iman Gereja.

3. Definisi Oprasional

Definisi Operasional tertera pada kumpulan instruksi mengungkapkan cara mengukur variabel yang sudah didefinisikan secara konseptual mengenai katekese naratif sarana evangelisasi, dan medewasakan iman umat.

4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data a. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dengan teknik yang digunakan dengan observasi partisipatif, wawancara dan dokumentasi untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Ini akan terlihat dari teori dari sumber-sumber buku seperti yang sudah dijelaskan pada Bab II, metode yang digunakan dan sumber data yang ada dilapangan. Sehingga, adanya kesinambungan teori sampai pada sumber data yang nantinya akan diambil.

23

1) Observasi Partisipatif

Peneliti telibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau diguunakan sebagai sumber data penelitian (Djunaidi & Fauzan, 2014:166).

Selain melakukan pengamatan maka peneliti juga mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan akurat.

2) Wawancara

Wawancara semiterstruktur yang kategorinya indept interiew dalam proses pelaksanaannya lebih leluasa dibanding wawancara yang terstruktur (Sugiyono, 2013:233). Maka, dapat menemukan permasalahan lebih terbuka sehingga dapat mengungkapkan pendapat dan pemikiran responden. Ini akan terlihat ketika ada dua tahap dalam proses wawancara dan ini menunjukan kedalaman hasil wawancara. Lalu akan mendapatkan data melalui responden dan mendapatkan hasil refleksi responden. Pentingnya untuk mendengarkan secara teliti dan mencatat yang ditanggapan responden.

3) Dokumentasi

Dokumentasi ialah suatu kegiatan atau proses sistematis dalam melakukan pengumpulan, pencarian, penyelidikan, pemakaian, serta penyediaan dokumen untuk mendapatkan keterangan, penerangan pengetahuan serta bukti lalu menyebarkannya pada pengguna. Memberikan jaminan keutuhan dan juga keotentikan infomasi serta data observasi serta wawancara dalam bentuk diskripsi narasi lalu didokumentasikan

24

b. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam pengambilan data dilapangan, penulis memakai pedoman wawancara, buku catatan dan alat perekam untuk mempermudah pengambilan dan pengumpulan data.

1) Pedoman Wawancara

Penelitian dengan pendekatan kualitatif menggunakan pedoman wawancara sebagai instrumen dalam proses pengumpulan.

Pedoman Wawancara Nama :

Jenis Kelamin : Pekerjaan : Tanggal :

Lamanya waktu :

a) Wawancara Tahap I

1. Berapa jumlah anggota keluarga dan apakah seluruh anggota keluarga terlibat dalam hidup menggereja baik lingkungan, wilayah dan masyarakat?

2. Kegiatan apa saja yang rutin diikuti lingkungan, wilayah, paroki maupun masyarakat dan pengalaman apa yang menarik dari kegiatan tersebut?

3. Bagaimana kesan dan relasi anda serta relasi terhadap romo, dewan paroki, pengurus lingkungan, wilayah dan paroki?

4. Apa yang menjadi harapan-harapan untuk pekembangan Gereja ke depan?

5. Bagaimana proses pendalaman iman selama ini belangsung yang selama ini bapak, ibu dan anak mengikutinya?

25

6. Hal-hal apa saja yang mendukung dan menghambat dalam menghadiri kegiatan lingkungan, wilayah, dan paroki?

b) Wawancara Tahap II

1. Apa yang anda rasakan saat mengikuti pendalaman iman menggunakan pendekatan katekese naratif?

2. Mengapa hal itu dirasakan terjadi saat mengikuti pendalaman iman menggunakan pendekatan katekese naratif?

3. Apakah selama pendalaman iman itu terjadi membantu anda memaknai pengalaman hidup dan menghayati kehadiran Allah?

4. Mengapa hal itu dapat membantu anda memaknai pengalaman hidup dan menghayati kehadiran Allah?

5. Apakah melalui pendalaman iman itu membantu anda untuk semakin ikut serta dalam kehidupan menggereja?

6. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan semangat pelayanan diantara umat?

F. Teknis Analisis Data

Penelitian yang digunakan peneliti bersifat penelitian deskriptif sehingga menggunakan uraian dan hasil wawancara. Semua data yang sudah diperoleh akan dimasukkan dan dianalisis secara kualitatif lalu dijabarkan dalam bentuk deskriptif.

Menurut Spradley dalam Sugiyono (2014:89) mengatakan bahwa analisis adalah sebuah kegiatan untuk mencari suatu pola selain

26

itu analisis merupakan cara berpikir yang berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian dan hubungannya dengan keseluruhan. Penelitian kualitatif ialah menemukan teori dari data yang diperoleh. Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti dilakukan oleh Miles dan Huberman (1984) yakni sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi Data berarti merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan pada hal penting, tema dan polanya. Data yang telah direkduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan lebih mempermudah untuk mendapatkan data selanjutnya, kemudian mencarinya diperlukan.

2. Penyajian Data (Display Data)

Display Data adalah penyajian data menggunakan deskripsi dari uraian informasi yang didapat sehingga adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Menyajikan data dalam penelitian kualitatif merupakan data teks bersifat naratif.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion/Verification)

Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi adalah deskripsi suatu objek yang belum jelas awalnya berdasarkan rumusan masalah lalu setelah diteliti menjadi lebih jelas dan berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab sebelumnya penulis menjelaskan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologis berupayah untuk mengetahui pengalaman dari sudut padang responden. Penelitian ini lebih dituntut untuk dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan dan dilakukan oleh responden.

Penulis memakai teknik observasi, wawancara, dan aspek-aspek yang dapat ditriangulasi dari data wawancara, mempertajam validitas data, temuan dan kesimpulan sehingga data yang didapat lebih memiliki kekuatan.

Pada bab IV telah terlaksana proses pengambilan data yang diperlukan penulis. Pertanyaan rujukan yaitu pertama Berapa jumlah anggota keluarga dan apakah seluruh anggota keluarga terlibat dalam hidup menggereja baik lingkungan, wilayah dan masyarakat? Kegiatan apa saja yang rutin diikuti lingkungan, wilayah, paroki maupun masyarakat dan pengalaman apa yang menarik dari kegiatan tersebut? Bagaimana kesan dan relasi anda serta relasi terhadap romo, dewan paroki, pengurus lingkungan, wilayah dan paroki? Apa yang menjadi harapan-harapan untuk perkembangan Gereja ke depan? Bagaimana proses pendalaman iman selama ini berlangsung yang selama ini anda mengikutinya? dan Hal-hal apa saja yang mendukung dan menghambat dalam menghadiri kegiatan lingkungan, wilayah, dan paroki?.

Kedua, Apa yang anda rasakan saat mengikuti pendalaman iman menggunakan pendekatan katekese naratif?, Mengapa hal itu dirasakan terjadi saat mengikuti pendalaman iman menggunakan pendekatan katekese naratif?,

28

Apakah selama pendalaman iman itu terjadi membantu anda memaknai pengalaman hidup dan menghayati kehadiran Allah?, Mengapa hal itu dapat membantu anda memaknai pengalaman hidup dan menghayati kehadiran Allah?, Apakah melalui pendalaman iman itu membantu anda untuk semakin ikut serta dalam kehidupan menggereja? Dan Usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan semangat pelayanan diantara umat?. Bertujuan untuk dapat mengetahui sudut pandang dari pengalaman subjek yang diwawancara.

A. Sejarah Paroki Santo Kristoforus di Banyutemumpang

Pada tahun 2001, Bapa Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang, Mgr. I.

Suharyo mengeluarkan Surat Keputusan tentang pendirian Paroki Santo Kristoforus di Banyutemumpang. Dalam SK Pendirian Paroki Nomor 422/B/I/b-98/01 yang ditandatangani oleh Mgr. I Suharyo di Semarang pada tanggal 30 Juli 2001. Dengan status baru ini dikatakan dalam SK bahwa Paroki Banyutemumpang meliputi 5 stasi, yakni Stasi Mungkid dengan 6 lingkungan, Stasi Wonokerso 11 lingkungan, Stasi Banyutemumpang 11 lingkungan, Stasi Gantang 8 lingkungan dan Stasi Jibulan 3 lingkungan. Pada tahun 2002, Pastor Richardus Heru Subyakto Pr dan Pastor Rosarius Sapto Nugroho Pr mendapatkan tugas dari Bapa Uskup untuk mempersiapkan paroki administratif Banyutemumpang menjadi paroki mandiri. Pada tanggal 1 Agustus 2003, Banyutemumpang berubah status menjadi Paroki.

Memiliki visi paroki St. Kristoforus Banyutemumpang menjadi paguyuban murid-murid Kristus yang bersatu dan dilandasi dengan iman yang mendalam,

29

dewasa dan tangguh mampu menghadirkan Kristus dalam hidup maupun dalam pelayanan yang tulus, ikhlas dan setia. Melalui visi ini terlihat bahwa paroki memiliki usaha untuk mau semakin mendewasakan iman umat agar sungguh terwujudnya Kerajaan Allah dan merasakan karya keselamatan Allah ditengah-tengah umat manusia.

Misi yang ingin dilaksanakan Paroki St. Kristoforus Banyutemumpang yaitu mewujudkan umat yang mempunyai iman yang mendalam, dewasa dan tangguh dalam hidup dan mampu menghadapi tantangan zaman, rukun dan bersatu padu dalam sebuah kesatuan paroki, mampu menghadirkan Kristus dalam hidup sesuai dengan panggilannya masing-masing serta mengupayakan umat supaya mau dan mampu berpartisipasi dalam karya pelayanan yang tulus, ikhlas dan setia.

Mengingat bahwa Paroki St. Kristoforus sebagai bagian dari Keuskupan Agung Semarang maka selaras Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang baik secara pribadi maupun sebagai paguyuban umat, yaitu dengan menjadi gereja yang semakin signifikan dan relevan di tengah masyarakat.

Ada beberapa usaha yang dilakukan paroki berkaitan dengan keterlibatan umat dalam hidup menggereja dan membantu umat untuk semakin mendewasakan iman umat. Pertama, dalam pembinaan iman yaitu kunjungan keluarga dilaksanakan satu tahun sekali, konsultasi pribadi tidak tentu, retret atau rekoleksi Orang Muda Katolik (OMK) setiap tahunnya, kelompok Kitab Suci atau pendalaman iman mengikuti keuskupan tiga kali dalam setahun dan kelompok Legio Maria dilaksankan setiap minggunya.

30

Bimbingan ataupun kaderisasi yang diupayahkan oleh pihak paroki ialah pertemuan OMK ada setiap bulan, pertemuan prapaskah atau Aksi Puasa Pembangunan (APP) sesuai dengan jadwal ditentuan paroki, pertemuan kordinator atau panitia misa ketika menjelang Paskah maupun Natal, pertemuan Dewan Paroki Inti setiap minggu ke dua, pertemuan Dewan pleno setiap bulan, pertemuan katekis tidak rutin setahun sekali jika ada pendampingan keuskupan, pertemuan pengurus lingkungan mengikuti panggilan dari paroki, pertemuan lektor setiap bulan September, pertemuan organis satu minggu dua kali dan pertemuan misdinar ketika menjelang Paskah maupun Natal.

B. Situasi Wilayah St. Benediktus Banyutemumpang.

Wilayah St. Benediktus Banyutemumpang adalah wilayah yang terletak di bagian timur paroki ini, utara timur laut paroki dan sekitar pusat paroki. Atas bimbingan Romo Vincentius Suparman, Pr selaku pastor paroki pada tahun 2019 sebelum pergantian pastor paroki dan menaati aturan yang sudah disampaikan Keuskupan Agung Semarang maka setiap wilayah terdiri dari empat sampai lima lingkungan. Sehingga, wilayah St. Benediktus terdiri dari empat belas lingkungan terbagi dalam tiga wilayah/pepanthan yaitu St. Benediktus 1, St. Benediktus 2 dan St. Benediktus 3.

Di bagian Timur wilayah St. Benediktus 1 ini secara administratif pemerintahan masuk ke dalam Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.

Bagian Timur daerah ini wilayah St. Benediktus I meliputi lingkungan St.Yohanes Wonolelo, lingkungan St. Yakobus Wonogiri, lingkungan St. Gabriel Kapuhan;

31

lingkungan St. Theresia Bawangan dan lingkungan St.Maria Yosep Tlatar. Daerah Utara Timur Laut ini wilayah St. Benediktus 2 meliputi lingkungan St. Antonius Karangrejo, lingkungan St. Mikael Kragan, lingkungan St. Petrus Bancak Wetan, lingkungan St Yusup Bancak Kulon dan lingkungan St Stefanus Talaman.

Bagian barat dan selatan sekitar Gereja Paroki, daerah ini letaknya di sekitar gereja paroki. Daerah ini wilayah St. Benediktus 3 meliputi lingkungan St.

Antonius Banyutemumpang, lingkungan St. Aloysius Sawangan, lingkungan St.

Fransiskus Xaverius Babadan dan lingkungan St. Paulus Posong. Wilayah St.

Benediktus III menjadi fokus penulis dalam mengambil data dalam penelitian.

Mengingat situasi yang terjadi adanya pademi karena covid 19 maka hanya 2 lingkungan yaitu St.Paulus Posong dan Fransiskus Xaverius Babadan sehingga tidak dapat mencakup 2 lingkungan yang lain tetapi memiliki kesamaan.

Beberapa usaha yang dilakukan wilayah St. Benediktus berkesinambungan visi dan misi paroki. Pertama ada penbinaan iman yaitu kunjungan keluarga dilaksanakan satu tahun sekali, kelompok doa Kerahiman Ilahi setiap kamis, kelompok PIUL setiap minggu ketiga serta misa satu tahun sekali, dan kelompok doa Cecilia seminggu sekali.

Kedua bimbingan ataupun kaderisasi yang diusahakan oleh pihak wilayah mengikuti paroki ialah pertemuan OMK ada setiap bulan, pertemuan kordinator atau panitia misa ketika menjelang paskah maupun natal, petemuan katekis tidak rutin setahun sekali jika ada pendampingan keuskupan, dan pertemuan pengurus lingkungan mengikuti panggilan dari paroki.

32

C. Hasil Penelitian

Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian fenomenologis.

Wawancara awal untuk mengenali bagian-bagian pengalaman responden melalui panduan pertanyaan. Pengumpulan merefleksikan melalui pengamatan yang dilaksanakan dan tanggapan responden sampai pada interpretasi. Proses pengambilan data berdasarkan yang diucapkan, dirasakan dan dilakukan oleh responden. Berikutnya responden dapat merefleksikan pengalaman mereka dan menambahkan kata dalam wawancara yang lebih mendalam. Penelitian melibatkan beberapa responden yang khusunya umat wilayah St. Benediktus 3.

Hasil penelitian merupakan rangkuman berdasarkan jawaban dari responden berkaitan dengan “Katekese Naratif Sarana Evangelisasi Untuk Mendewasakan Iman Umat Wilayah St. Benediktus 3, Paroki St. Kristoforus Banyutemumpang, Magelang.”

1. Profi Responden

Responden penelitian Katekese Naratif Sarana Evangelisasi Untuk Mendewasakan Iman Umat Wilayah St. Benediktus 3, Paroki St. Kristoforus Banyutemumpang, Magelang yang berjumlah tiga orang laki-laki dan lima orang perempuan. Triangulasi penulis mewawancarai satu wakil ketua lingkungan dan satu prodiakon atau pendamping dalam pendalaman iman. Penulis menuliskan profil responden dengan pengkodean untuk memudahkan dalam penyebutan.

Rincian profil sebagai berikut:

33

Responden 1 (R1) dengan insial AS dan berusia 20 tahun adalah mahasiswi Atmajaya yang merupakan umat wilayah St. Benediktus 3 di lingkungan St.

Paulus Posong .

Responden 2 (R2) dengan insial AS dan berusia 48 tahun adalah seorang bapak, bekerja sebagai buruh harian lepas yang merupakan umat wilayah St.

Benediktus 3 di lingkungan St. Paulus Posong

Responden 3 (R3) dengan insial TS dan berusia 60 tahun adalah seorang bapak, bekerja sebagai petani serta pedagang yang merupakan umat wilayah St.

Benediktus 3 di lingkungan St. Paulus Posong .

Responden 4 (R4) dengan insial VP dan berusia 55 tahun adalah seorang ibu, bekerja sebagai pedagang yang merupakan umat wilayah St. Benediktus 3 di lingkungan St. Paulus Posong.

Responden 5 (R5) dengan insial MD dan berusia 70 tahun adalah seorang nenek, bekerja sebagai ibu rumah tangga yang merupakan umat wilayah St.

Benediktus 3 dan lingkungan St. Fransiskus Xaverius Babadan.

Responden 6 (R6) dengan insial AS dan berusia 69 tahun adalah seorang nenek, bekerja sebagai ibu rumah tangga serta petani yang merupakan umat wilayah St. Benediktus 3 di lingkungan St. Frasiskus Xaverius Babadan.

Responden 7 (R7) dengan insial YM dan berusia 48 tahun adalah seorang bapak, bekerja sebagai pedagang yang merupakan umat wilayah St. Benediktus 3 di lingkungan St. Fransiskus Xaverius Babadan.

34

Responden 8 (R8) dengan insial EP dan berusia 50 tahun adalah seorang ibu bekerja sebagai guru TK yang merupakan umat wilayah St. Benediktus 3 di lingkungan St. Fransiskus Xaverius Babadan.

Responden 9 (R9) dengan insial RBSS sebagai responden triangulasi adalah wakil ketua lingkungan dan berusia 75 tahun, bekerja menjadi petani yang merupakan umat wilayah St. Benediktus 3 di lingkungan St. Fransiskus Xaverius Babadan

Responden 10 (R10) dengan insial MCIT sebagai triangulasi adalah prodiakon atau pendamping pendalaman iman dan berusia 45 tahun, bekerja menjadi karyawan swasta yang merupakan umat wilayah St. Benediktus 3 dan lingkungan St. Fransiskus Xaverius Babadan.

2. Hasil Wawancara

Pada bagian ini penulis memaparkan hasil penelitian khususnya pada umat

Pada bagian ini penulis memaparkan hasil penelitian khususnya pada umat