• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Wilayah St. Benediktus 3, merupakan daerah perbukitan dan lembah maka memiliki latar belakang ekonomi yang kebanyakan menengah kebawah dan begitu pula dengan pendidikannya. Kenyataannya memang hidup doa umat setempat begitu baik namun keterlibatan dalam kegiatan menggereja belum begitu terlihat. Tidak heran jika baik pengurus lingkungan, wilayah maupun paroki memiliki harapan yang senada, yaitu ingin meningkatkan kesadaran umat dalam hidup menggereja. Penulis merasakan bahwa pendalaman iman merupakan sarana

92

evangelisasi yang cocok dalam membantu umat agar gairah hidup menggereja kembali. Selain itu pendekatan katekese naratif merupakan katekese yang cocok bagi umat karena sungguh memperhatikan pengalaman hidup umat dan semakin dapat mencerna firman Tuhan serta medewasakan iman umat. Kesadaran yang mengenai kehidupan menggereja tidak hanya dari umat saja yang perlu dibangun melainkan juga paroki.

Anjuran Apostolik Evangelii Nuntiandi membahas bahwa pewartaan Injil pada dunia modern menegaskan mengenai tujuannya agar memberikan Kabar Gembira bagi seluruh umat manusia sehingga semua orang hidup padaNya dan menjadi sumber kekayaan. Mewartarkan itu penting karenan mampu menggiring umat untuk melihat pengalaman hidup mereka dengan karunia Tuhan yang selalu mereka terima serta mengajak umat untuk berefleksi mengenai hidup mereka sehari-hari dan mampu mengkomunikasikannya salah satunya dengan pendalaman iman.

Keuskupan Agung Semarang memberikan seruan berkaitan dengan Menjadi Orang Katolik yang Transformatif mengamati keadaan Indonesia dan lingkungan sosial sedang dialami agar umat mampu menanggapi dengan misioner dan visioner. Sangat penting komunikasi yang terbangun sebagai bentuk kesadaran umat yang merupakan hakikatnya umat Allah dan memiliki misi tugas perutusan Allah sehingga sudah mutlak panggilan ini diberikan. Sehingga, seluruh umat manusia tidak dapat menolaknya

Apotolik Ecclesia in Asia art 20 dikatakan pola naratif berdampingan dengan tatanan yang sesuai di budaya Asia menjadi sentral. Yesus menyatakan

93

dalam pewartaan Injil perlu lebih melihat situasi para pendengarnya sehingga dapat semakin mematangkan pemahamanan akan Injil yang disampaikan.

Pendekatan katekese naratif ini akan mudah ditangkap oleh pendengar karena kebiasaan-kebiasaan yang terus mengkomunikasikan dibandingkan pola penyampaian yang lain.

Pendekatan ini menolong umat menemukan pengalaman hidup mereka dan relasi dengan Allah sendiri. Menjadi sebuah kesadaran dalam diri penulis bahwa katekese naratif sebagai salah satu sarana evanglisasi yang mampu untuk membantu umat semakin dewasa dalam iman. Hal ini juga menjadi pesan yang diungkapkan Bapa Paus Frasiskus di Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke 54 yaitu hidup sebagai cerita yang mampu saling memperbarui dan menguduskan.

Penulis telah melihat bahwa keterlibat keluarga-keluarga dalam hidup menggereja dan masyarakat dari umat wilayah St. Benediktus 3 sudah menjalankan dengan baik. Namun, melihat dari tanggapan dan kenyataan yang ada bahwa tidak semua terlibat karena mengingat usia sebagaian umat sudah lanjut usia maka tidak sepenuhnya dapat ambil bagian. Keharusannya meninggalkan tempat tinggal untuk menimba ilmu sehingga tidak dapat memaksakan keadaan harus pulang pergi dengan tempuh waktu satu sampai satu setengah jam. Menyatakan bahwa mereka masih menjadi warga baru sehingga belum dapat mengikuti seluruhnya dan masih beradaptasi. Pentingnya melihat kondisi yang dialami umat sehingga sehingga tidak hanya meraba-raba menimbulkan kesalahpahaman.

94

Hal-hal menarik keikut sertaan umat dalam hidup menggereja dan memasyarakat yang dirasakan penulis memahami bahwa umat merasakan mereka mendapatkan kesempatan untuk melayani sesama dan sebagai bentuk ketelibatan minoritas yang mampu membaur dengan siapapun. Mampu menumbuhkan iman dan merasakan saling melayani sebagai umat manusia. Kerukunan yang membawa ketenangan batin setiap umat melalui kegiatan tersebut. Relasi yang dibangun ini membawa mereka dalam kondisi yang selalu positif dalam kepribadian umat.

Kesan dan relasi umat terhadap Romo dan seluruh pengurus paroki meperlihatkan hubungan umat lebih dalam dengan pengurus. Sesuai dengan tanggungjawabnya masing-masing sehingga mampu melayani dan membantu perkembangan gereja. Namun, juga ada perasaan yang menyedihkan terhadap Romo terdahulu yang hanya memntingkan pembangunan dan tutur kata kurang baik. Tidak dipungkiri bahwa romo yang baru dang pengurus paroki sudah ramah tetapi ada catatan kepada pengurus untuk lebih teliti. Sering terulang bahwa orang muda mendapatkan sedikit ruang sehingga pergerakan terbatas. Adanya sebuah kerinduan yang diharapkan dalam diri umat untuk mendapatkan sapaan agar kehadiran mereka dianggap dan semakin menyatu. Tidak hanya melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan saja melainkan juga pentinya melebur dalam kehidupan umat sehingga relasi yang terbangun akan mewujudkan citra Allah.

Kerinduan yang muncul membuat umat memiliki harapan dalam perkembangan Gereja kedepannya dengan bentuk perhatian terhadap seluruh

95

kapel dalam naungan Paroki St. Kristoforus Banyutemumpang terutama mereka kecil membantukan mereka membangkitkaan harapan dalam pertumbuhan iman dan ambil bagian dalam hudip menggereja. Pentingnya relasi yang terus dibangun sehingga tidak adanya sekat-sekat dan kepedulian tatalaksana perlu ditinggatkan agar membantu umat ketika mengikuti ekaristi. OMK diberikan ruang dan bimbingan yang baik agar potensi yang mereka berdayaguna untuk perkembangan gereja. Hal-hal kecil menjadi sebuah kerinduan yang mendalam dalam diri umat penting menjadi perhatian bagi seluruh lapisan baik anggotya mapun pengurus dan Romonya.

Pada bagian ini penulis tidak hanya mendengar dari tanggapan responden saja melainkan juga kenyatan yang terjadi selama proses pendalaman iman itu berlangsung. Kenyataannya pendalaman iman menggunakan Kitab Suci sebagai bahan peneguhan yang utama dan pengalaman umat. Namun, kenyataannya umat seringkali enggan terlibat terbukti hanya satu atau dua umat saja yang mau dan orang yang sama. Umat juga mempertimbangkan pendamping dalam pendalaman iman sehingga umat menjadi pilihh-pilih. Minimnya media yang mampu dimanfaatkan dan pengetahuan katekis dalam mendampingi pendalaman iman sehingga juga dirasakan menjadi sebuah kejenuhan serta merasakan bahwa isi yang dibawakan kurang mendalam. Sudah jelas pentingnya pendampingan katekis untuk dapat memannfaatkan media dan menambah pengetahuan serta membangun suasana agar umat mampu melibatkan diri.

Penulis juga melihat realitas mengenai hal yang mendukung dan menghambat umat dalam hidup menggereja. Melalui dukungan keluarga dan

96

perhatian dari sesama yang mampu membantu umat semakin menduku proses perkembangan iman umat. Jika, ini tidak menjadi sesuatu yang diperhatikan maka menimbulkan luka dan merasakan terasingkan terutama mereka yang pasif.

Komunikasi sebagai bentuk sentuhan yang memiliki daya ubah dalam diri umat agar iman mereka tidak berhenti.

Melihat dampak yang dirasakan mengikuti pendalaman iman dengan pendekatan katekese naratif. Katekis memiliki dampak yang besar dalm proses pendalaman iman. Peran umat menjadikan pendalaman iman semakin hidup dan mampu saling berefleksi. Media merupakan salah satu cara yang mampu menggugah rasa umat dan katekis tetap fokus.

Lebih mendalam lagi dirasakan terjadi saat mengikuti pendalaman iman menggunakan pendekatan katekese naratif. Pendekatan ini membawa umat merasakan dirinya memperoleh dukungan dan perhatian. Kesempatan berbicara dan saling mendengarkan sungguh dirasakan umat. Pendalaman iman ini memperoleh arahan yang tepat.

Umat disini sungguh mengalami hal perjumpaan dengan Allah sendiri melalui pengalaman mereka. Sehingga, selalu dingingat dan dapat melihat pengalaman. Penyampaian terus terarah menolong umat tidak bingung serta mudah untuk memahaminya. Melalui hal ini juga umat menjadi bertumbuh dalam iman terus mau memperbarui diri dan melek terhadap konsekuensi sebagai umat kristiani. Iman menjadi kokoh karena mengalami pemupukan dengan perhatian dan saling mendengar kisah pengalaman umat yang lain.

97

Kesadaran terus dirasakan oleh reponden sendiri dan melihat umat yang lain dengan ini bahwa jelas Allah selalu mendampuingi umatnya dimanapun berada.

Sehingga, ini dijumpai ketika partisipasi umat lebih aktif dibandingkan sebelumnya. Merasakan kedamaian dan kenyamanan dalam menyampaikan pengalamana maupun mendengarkan yang lain. Dorongan, semangat dan perhatian antara katekis serta umat menjadikan kolaborasi yang saling menguatkan iman satu dengan yang lain. Bentuk saling melayani menjadi sungguh terlihat dengan kesadaran setiap individunya.

Sebagai mahkluk sosial tentunya tidak dapat terlepas dari hubungan dengan sesama maka selain kesadaran pribadi pendalalaman iman ini membantu untuk saling mendekatkan. Selain itu berusaha untuk memperbaiki dan saling mengingatkan sehingga saling menjadi teladan. Walaupun ada hambatan kuliah ataupun pekerjaan ada niatan dalam pribadi tetap berusaha melibatkan diri.

Perhatian seperti ini membawa umat semakin mengimaniimannya dan sungguh berusaha meneladani Yesus Kristus sebagai sumber kehidupan beriman.

Melalui tanggapan para responden secara nyata bahwa katgekese naratif mampu menggabungkan antara nararsi umat dan narasi gereja. Katekese naratif berangkat dari pengalaman hidup dan iman umat sehingga mampu menjadi sebuah kesadaran, pembaruan diri dan kedewasaan iman.

Metode dalam penulisan ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian fenomenologis. Dalam prosesnya penulis terkadang memiliki kendala terutama cuaca seringkali berubah-ubah ketika akan mengambil data wawancara dengan responden. Namun, metode ini sungguh membantu

98

penulis dalam menemukan pengalaman hidup dan iman umat semakin memahami makna katekese naratif sarana evangelisasi untuk mendewasakan iman umat.

Sehingga, menjadi kesadaran penulis yang juga nantinya sebagai katekis pentingnya narasi umat dilibatkan dalam katekese.