• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TORITIS DAN KAJIAN TERKAIT

A. Kajian Teori

1. Katekese Naratif Sarana Evangelisasi

Pada kata “narasi” berasal dari bahasa Latin narrare (kata kerja) yaitu bercerita atau mengisahkan dan narratus (kata benda) ialah cerita. Kata “naratif”

berarti menyimak, meyampaikan atau menyampaikan kembali cerita orang-orang

9

mengenai kehidupannya. Sehingga, naratif sebagai sarana seseorang untuk berbagi pengalaman dan penghayatan dengan orang lain (Psikologi Naratif, 2007 : 34, 42). Melalui narasi seseorang menyatakan dinamika kehidupan yang dialaminya secara nyata serta menanggapinya. Konflik yang ada menawarkan mengenai ajaran iman serta moral yang menarik karena cerita tersebut melihatkan kenyataan yang ada. Dapat memberi manfaat atau makna yang mendalam bagi penerimanya.

Naratif menjadi sangat spesial bagi masyarakat Asia karena sudah menjadi tempat istimewa di hati mereka terutama negara Indonesia menggunakannya untuk menceritakan sejarah dan dimana pendekatan ini juga merupakan cara Yesus berbicara dalam melaksanakan pengutusanNya. Katekese Naratif ialah pengajaran agama yang menggunakan sarana cerita sebagai penyampaian pewartaan. St. Paulus menyampaikan demikian “ ... bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus “ (2 Kor 4:5). Dalam Catechesti Tradendae art 53 juga ditekankan pentingnya mendekatkan diri dengan kebudayaan setempat agar dapat semakin mencerminkan kebudayaan kasih. Katekese Paus Paulus VI secara tegas menyatakan dengan demikian “Tiada pewartaan Injil yang sungguhnya, kalau nama, hidup, janji-janji, Kerajaan Allah dan misteri Yesus dari Nazaret, Putra Allah tidak diproklamasikan”. Hal ini sangat jelas bahwa pewartaan perlu menyelami kehidupan umat maunusia agar pesan Injil tersampaikan dengan baik.

Anjuran Apostolik dalam Ecclesia in Asia art 20 dikatakan bahwa pola naratif berdampingan dengan tatanan yang sesuai di budaya Asia menjadi sentral.

10

Melalui kenyataan yang ada bahwa pewartaan Yesus Kristus lebih efisien dalam mengisahkan ceritaNya sesuai dengan Injil. Hal ini jugalah yang dianjurkan oleh Yesus dimana dalam pewartaan Injil untuk lebih melihat situasi para pendengarnya sehingga dapat semakin mematangkan pehamanan akan Injil yang disampaikan. Kewajiban yang harus dilakukan pewarta dalam menyampaikan iman Kristiani sekaligus menjadi kesatuan budaya bangsa. Pendekatan katekese naratif sangat mudah ditangkap oleh pendengar karena kebiasaan terus menerus disampaikan. Adanya spiritualitas ingkarnasi dimana diajak untuk melihat pengalaman hidup nyata umat sendiri.

Paus Yohanes Paulus II mengatakan perceraian antara Injil dan kebudayaan saat ini memiliki pengaruh negatif antara keduanya. Sudah jelas bahwa pewartaan perlu berkesinambungan dengan kebudayaan stempat agar iman terus semakin hidup. Suatu keharusan bagi pewarta dalam menyampaikan iman Kristiani sekaligus menjadi sebagaian budaya bangsa. Selain itu juga secara psikologis orang memiliki hubungan antara masa lampau, sekarang dan kebudayaan mereka.

Pendekatan katekese naratif dapat disampaikan baik secara tradisional sampai moderen seperti menceritakan serta pemutaran audiovisual sesuai dengan perkembangan zaman sekarang. narasi yang disampaikan akan tersampaikan dengan baik dan mudah dipahami. Melalui pendekatan katekese naratif memberikan tawaran akan pengalaman iman melalui penyampaian cerita sehingga pendengar diajak untuk aktif dalam menanggapinya. Tugas utama evangelisasi menyadarkan orang untuk lebih terbuka dan mendekatkan orang pada imannya

11

pada Yesus Kristus sebagai pusat hidupnya. Pewartaan karya Keselamatan Allah akan terlihat secara nyata dan juga dihayati.

Hal ini juga disinggung oleh Bapa Suci Paus Fransiskus dihari Komunikasi Sosisal Sedunia yang Ke 54 pada tahun 2020 “Supaya Engkau Dapat Menceritakan Kepada Anak Cucumu” (Kel 10:2) Hidup Menjadi Cerita. Cerita menjadi tema utama yang diambil oleh Bapa Suci Paus Fransiskus karena beliau meyakini bahwa pentingnya nafas kebenaran dari cerita-cerita yang baik supaya tidak salah arah. Sehingga, cerita memiliki daya ubah dalam membangun bukan menghancurkan. Dampak cerita yang membantu memperlihatkan kembali akar dan tenaga untuk berjalan maju bersama. Dalam keramaian suara dan pesan membingungkan, memiliki kebutuhan manusiawi dalam membagikan cerita baik tentang diri sendiri dan segala keindahan di sekitar. Cerita yang mampu mengajak melihat dunia dan kisah dengan penuh kelembutan. Beliau mengatakan yang bisa menceritakan, lalu mengibaratkan kita bagian dari permadani hidup dan saling terhubung. Maka, cerita mengungkapkan jalinan benang yang menghubungkan kita satu sama lain.

Tindakan untuk mewartakan Injil terhadap seluruh umat manusia zaman sekarang memiliki dukungan pada sebuah pengharapan namun adanya perasaan kecemasan pada suatu pelayanan kepada jemaat Kristiani maupun seluruh umat manusia. Sangatlah penting dukungan yang diberikan kepada para pewarta untuk mewartakan Injil agar tidak semakin memperburuk suasana zaman sekarang sehingga semangat sukacita Injil terus terpancar (Evangelii Nuntiandi, 1).

Penyampaian pesan Injil bukan sebagai sumbangan Gereja melainkan kewajiban

12

dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan Gereja melalui perintah Yesus Kristus tujuannya umat dapat percaya dan memperoleh keselamatan (Evangelii Nuntiandi, 5). Tugas perutusan yang diberikan Yesus Kristus tehadap Gereja sebagai anugrah dan undangan yang istimewa serta sebagai jati diri Gereja. Selain itu juga sebagai saluran berkat bagi seluruh umat dan ungkapan syukur.

Evangelisasi berarti pewartaan Kristus, yang diutarakan melalui kesaksian hidup dan kata-kata ... (Lumen Gentium, 35). Pentingnya interaksi yang terjalin terus menerus mengenai Injil dan kehidupan manusia yang nyata baik pribadi maupun sosial. Pesan yang ingin disampaikan terungkap secara jelas, eksplisit serasi dengan kondisi terus menerus terjadi atas hak dan kewajiban manusia hidup bermasyarakat maupun internasional situasi zaman sekarang. Pengalaman personal mengenai cinta Tuhan pada Yesus Kristus akan membawa sesorang menemukan kesadaran mengenai tugas perutusan. Injil sendiri merupakan ragi yang dapat mematangkan iman sehingga membawa kebebasan serta pembaharuan bagi masyarakat.

Iman tidak hanya untuk didapat dan dirayakan melainkan harus dibagi-bagikan sehingga semua orang akan memperoleh berkat anugrah yang diberikan Tuhan. Melihat dari kenyataan yang ada bahwa evangelisasi sangatlah penting melihat kebudayaan setempat seperti yang dikatakan dalam Gaudium et Spes juga pentingnya dalam memperhatikan pribadi manusia yang menjadi fokus dan akan kembalinya hubungan antar umat manusia dengan diri sendiri serta ikatan terhadapan Allah. Melalui seruan apostolik yang ditegaskan dalam ”Evangelii Nuntiandi” diungkapkan mengenai pewartaan Injil pada dunia modern memiliki

13

tujuan untuk memberikan Kabar Gembira kepada seluruh umat manusia, agar semua orang hidup padaNya dan menjadi sumber kekayaan.

Adanya undangan untuk membaca dan merefleksikan Sabda Allah secara bersama-sama sehingga bermanfaat untuk membuka kesadaran diri. Kesaksian menjadi sangat penting dalam evangelisasi yang dapat mempengaruhi dan lebih efektif sebagai langkah pertama untuk penginjilan maka melalui hal ini orang kristen berarti perlu menanggapi panggilannya. Gereja sebagai sabda yang menyelamatkan sebagai sarana evangelisasi. Evangelisasi dapat merangkul sebagai pewartaan yang membawa kasih persaudaraan, saling memberi dan pengampunan. Selain itu juga ditekankan bahwa upayah tindakan evangelisasi akan lebih bermanfaat bila teks yang digunakan untuk berkatekese cocok serta digunakan dengan bijaksana.