• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian Sebelumnya tentang Hubungan antara Karakteristik Responden, Pola Menonton, Sikap dan Persepsi terhadap Iklan di

Dalam dokumen Peran Iklan Televisi Layanan Masyarakat (Halaman 50-56)

TINJAUAN PUSTAKA

2. Iklan Layanan Masyarakat . Iklan jenis ini adalah jenis iklan yang bersifat

2.7 Hasil Penelitian Sebelumnya tentang Hubungan antara Karakteristik Responden, Pola Menonton, Sikap dan Persepsi terhadap Iklan di

Televisi

Ridhoanova (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara usia responden yang dalam hal ini adalah pemilih pemula di pedesaan dengan keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun, lebih terdedah terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dibandingkan responden berusia 17 tahun.

Ridhoanova (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin responden dengan keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Responden laki-laki lebih terdedah terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dibandingkan responden perempuan.

Ridhoanova (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan responden dengan keterdedahan terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Hubungannya adalah semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin rendah keterdedahan mereka terhadap tayangan iklan layanan masyarakat.

Ridhoanova (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara status pekerjaan responden dengan keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu dan wakil presiden 2009 di televisi. Responden yang tidak bekerja lebih terdedah terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dibandingkan responden bekerja.

Ridhoanova (2009) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara lingkungan keluarga responden dengan keterdedahan terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Ridhoanova (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara lingkungan tempat tinggal responden dengan keterdedahan terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi.

Hubungannya adalah semakin sering responden membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, semakin tinggi pula keterdedahan responden terhadap tayangan iklan tersebut dan sebaliknya.

Dalam penelitiannya, Ridhoanova (2009) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan kognisi pemilih pemula di pedesaan. Hal ini dapat diinterpretasi bahwa keterdedahan responden terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, tidak mempengaruhi kognisi mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.

Dalam penelitiannya, Primianty (2008) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara usia dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi. Dijelaskan juga bahwa semakin tinggi usia terbukti tidak mempengaruhi persepsi remaja putri untuk menjadi semakin negatif. Hal tersebut sekaligus menjelaskan bahwa usia tidak mempengaruhi persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi.

Kemudian Primianty (2008) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara motif dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi. Hal tersebut terjadi karena adanya kecenderungan remaja putri memiliki motif untuk menonton televisi hanya untuk mencari informasi berupa acara berita yang memiliki keterdedahan dengan iklan kosmetik yang rendah. Semakin banyak motif yang digunakan remaja putri untuk menonton televisi terbukti tidak mempengaruhi persepsi remaja putri untuk menjadi semakin negatif. Hal tersebut sekaligus menjelaskan bahwa motif tidak mempengaruhi persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi.

Primianty (2008) menjelaskan dalam hasil penelitiannya bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara daerah asal dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi. Penelitian yang dilaksanakan di kota Bogor tersebut juga menyatakan bahwa sebagian besar

daerah asal pelajar remaja putri yaitu berasal dari Bogor yang merupakan daerah perkotaan yang cukup modern dan standarisasi kriteria perempuan cantik cukup marak, bila dibandingkan dengan daerah di luar perkotaan, sehingga daerah asal yang diduga mempengaruhi persepsi remaja putri yang diduga mempengaruhi persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan di televisi tidak begitu terlihat dalam hasil penelitian. Semakin dekat tempat tinggal remaja putri dengan Kota Bogor terbukti tidak membuat persepsi remaja putri menjadi semakin negatif. Hal tersebut sekaligus menjelaskan bahwa daerah asal tidak mempengaruhi persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi.

Dalam hasil penelitiannya, Primianty (2008) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara uang saku dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi. Hal tersebut terjadi karena uang saku yang pelajar remaja putri peroleh dari orang tua digunakan untuk keperluan sekolah dan mereka tidak terlalu mempedulikan alokasi uang saku mereka selain untuk keperluan sekolah, sehingga uang saku yang diduga mempengaruhi persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan di televisi tidak begitu terlihat dalam hasil penelitian. Semakin tinggi uang saku yang dimiliki remaja putri terbukti tidak mempengaruhi persepsi remaja putri untuk menjadi semakin negatif. Hal tersebut sekaligus menjelaskan bahwa uang saku tidak mempengaruhi persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi.

Primianty (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara penghasilan orang tua dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi. Dijelaskan bahwa remaja putri dengan penghasilan orang tua pada rentang satu juta sampai dengan tiga juta rupiah per bulan, memiliki persepsi yang positif. Hal tersebut dikarenakan remaja putri memiliki status ekonomi yang tinggi sehingga mereka merasa mampu untuk membeli produk-produk kecantikan untuk mendukung penampilan mereka. Semakin tinggi penghasilan orang tua terbukti mempengaruhi persepsi remaja putri untuk menjadi semakin negatif. Hal tersebut sekaligus menjelaskan bahwa

penghasilan orang tua mempengaruhi persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi.

Primianty (2008) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara

significant others dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik televisi. Hal tersebut disebabkan pengaruh remaja putri dalam hal informasi mengenai suatu produk kosmetik yang berasal dari teman sekolah ternyata cukup positif, namun hal tersebut tidak begitu mempengaruhi persepsi pelajar remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan televisi untuk menjadi semakin negatif, sehingga significant others yang diduga mempengaruhi citra perempuan cantik dalam iklan di televisi tidak begitu terlihat dalam hasil penelitian. Semakin dekat hubungan remaja putri dengan significant others terbukti tidak mempengaruhi persepsi remaja putri untuk menjadi semakin negatif. Hal tersebut sekaligus menjelaskan bahwa significant others tidak mempengaruhi persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi.

Dalam penelitiannya Primianty (2008) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara lamanya menonton dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi. Lamanya remaja putri menonton televisi selama satu hari tidak mempengaruhi persepsi mereka terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi. Semakin lama remaja putri menonton televisi terbukti tidak mempengaruhi persepsi remaja putri untuk menjadi semakin negatif. Hal tersebut sekaligus menjelaskan bahwa lamanya menonton tidak mempengaruhi persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi.

Primianty (2008) kemudian juga menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara frekuensi menonton dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi. Meskipun pelajar remaja putri hanya menonton televisi satu kali per hari, ternyata mereka menonton pada waktu malam hari yang merupakan waktu prime time, dimana tayangan iklan seringkali muncul dan mereka menunjukkan persepsi yang positif, sehingga frekuensi menonton yang diduga mempengaruhi citra perempuan cantik dalam iklan televisi terlihat dalam hasil penelitian. Sehingga dapat dikatakan bahwa, frekuensi

menonton remaja putri mempengaruhi persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi. Semakin sering remaja putri menonton televisi, terbukti mempengaruhi persepsi mereka untuk menjadi semakin negatif. Kemudian dalam penelitian Farida (2005) dalam penelitiannya tentang motivasi remaja menonton program acara ajang cari bakat di televisi dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah waktu luang dengan motivasi informasi. Pada hubungan antara jumlah waktu luang dengan motivasi identitas pribadi juga tidak terdapat hubungan yang signifikan. Begitu juga dengan jumlah waktu luang dan motivasi integrasi dan interaksi, tidak terdapat hubungan yang signifikan. Untuk jumlah waktu luang dengan waktu motivasi hiburan juga tidak terdapat hubungan yang signifikan. Keempat variabel motivasi tidak terdapat hubungan yang signifikan. Keempat variabel motivasi tidak memiliki hubungan dengan jumlah waktu luang.

Di atas telah dipaparkan bahwa dalam penelitiannya Ridhoanova (2009) menggunakan beberapa variabel penelitian yang mempunyai hubungan dengan keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Variabel-variabel tersebut adalah karakteristik individu dan karakteristik sosiologis pemilih pemula. Karakteristik individu terbagi menjadi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status pekerjaan. Sedangkan karakteristik sosiologis terbagi menjadi lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal.

Kemudian juga telah dipaparkan hasil penelitian Primianty (2008) yang menggunakan beberapa variabel penelitian yang mempunyai hubungan nyata dengan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi. Variabel-variabel tersebut adalah karakteristik internal dan eksternal remaja putri serta pola menonton televisi. Karakteristik internal dibagi menjadi usia, motif, daerah asal dan uang saku remaja putri. Karakteristik eksternal dibagi menjadi penghasilan orang tua dan significant others. Kemudian yang terakhir adalah pola menonton yang dibagi menjadi lamanya menonton dan frekuensi menonton televisi. Kemudian dari hasil penelitian Farida (2005) tentang motivasi remaja dalam menonton acara “ajang cari bakat” di televisi, dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara jumlah waktu luang dan variabel-variabel motivasi.

Dalam penelitian ini yaitu yang membahas peran iklan layanan masyarakat sebagai media penyebar informasi perubahan tata cara Pemilu 2009 terhadap pengetahuan masyarakat desa lingkar kampus IPB, juga menggunakan beberapa variabel penelitian. Variabel-variabel tersebut adalah karakteristik individu, karakteristik sosiologis, dan perilaku menonton televisi responden. Variabel-variabel tersebut diduga memiliki hubungan dengan peran iklan layanan masyarakat. Variabel karakteristik individu terbagi menjadi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status pekerjaan. Variabel karakteristik sosiologis terbagi menjadi lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal. Variabel perilaku menonton televisi terbagi menjadi lamanya menonton televisi, frekuensi menonton televisi dan waktu luang.

Melihat hal-hal tersebut di atas, dapat dikatakan peran iklan televisi layanan masyarakat sebagai penyebar perubahan tatacara pemilu legislatif dengan pengetahuan pemirsa layak untuk diteliti. Di samping itu beberapa variabel lainnya juga diduga turut mempengaruhi kedua variabel di atas. Variabel tersebut adalah karakteristik individu dan karakteristik sosiologis masyarakat desa lingkar kampus IPB.

BAB III

Dalam dokumen Peran Iklan Televisi Layanan Masyarakat (Halaman 50-56)