• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perilaku Menonton dengan Peran Iklan Televisi Layanan Masyarakat

Dalam dokumen Peran Iklan Televisi Layanan Masyarakat (Halaman 92-97)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.9 Hubungan Perilaku Menonton dengan Peran Iklan Televisi Layanan Masyarakat

informasi tentang iklan televisi layanan masyarakat, sehingga responden akan menyaksikan iklan tersebut. Dengan responden menyaksikan iklan televisi layanan masyarakat, maka secara otomatis responden akan mendapatkan pengenalan tentang perubahan tatacara memilih dalam Pemilu Legislatif 2009. Jika responden mendapatkan pengenalan dari iklan televisi layanan masyarakat, berarti iklan tersebut berperan dalam mendidik dan memperkenalkan hal-hal baru dalam Pemilu Legislatif 2009 yaitu perubahan tatacara memilih Pemilu Legislatif 2009.

5.9 Hubungan Perilaku Menonton dengan Peran Iklan Televisi Layanan Masyarakat

Hasil penelitian menyatakan bahwa secara keseluruhan hipotesis ketiga yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara perilaku menonton dengan peran

iklan televisi layanan masyarakat Pemilu Legislatif 2009,” diterima hanya pada hubungan antara frekuensi menonton televisi dengan peran komunikasi dan pendidikan iklan televisi layanan masyarakat Pemilu Legislatif 2009. Data selengkapnya tentang korelasi perilaku menonton dengan peran iklan televisi layanan masyarakat tersaji di Tabel 16.

Tabel 16. Korelasi perilaku menonton dengan peran iklan televisi layanan masyarakat

Perilaku Menonton Peran Iklan TV Layanan Masyarakat (rs) Peran Komunikasi Peran Pendidikan

Lamanya Nonton -0,021 0,165

Frekuensi Nonton 0,256* 0,201*

Waktu Luang -0,193 -0,111

Keterangan: *berhubungan nyata pada p<0,05 rs:koefisienrank Spearman 5.9.1 Hubungan Lamanya Menonton TV dengan Peran Komunikasi Iklan

Televisi Layanan Masyarakat

Pada Tabel 16 terlihat bahwa lamanya menonton televisi mempunyai hubungan negatif dan berhubungan tidak nyata (p>0,05) dengan peran komunikasi iklan televisi layanan masyarakat. Artinya semakin lama menonton televisi, maka semakin rendah peran iklan televisi masyarakat dan tidak terdapat korelasi secara langsung diantara kedua variabel tersebut, yaitu lamanya menonton tidak mempengaruhi peran komunikasi iklan televisi layanan masyarakat. Hal ini sesuai dengan penelitian Primianty (2008) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara lamanya menonton dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi.

Hal tersebut disebabkan ketika responden menonton televisi, iklan layanan masyarakat belum tentu disiarkan di televisi. Ketika iklan televisi layanan masyarakat belum tentu disiarkan di televisi, maka belum tentu pula responden menyaksikan iklan tersebut ketika mereka menyaksikan televisi. Sehingga responden pun tidak mendapat informasi dari iklan tersebut tentang perubahan tatacara memilih dalam Pemilu Legislatif 2009 jika mereka tidak menyaksikan iklan. Sehingga sangat logis dikatakan bahwa tidak ada hubungan nyata dan berhubungan negatif antara lamanya menonton televisi dengan peran komunikasi iklan televisi layanan masyarakat.

5.9.2 Hubungan Frekuensi Menonton Televisi dengan Peran Komunikasi Iklan Televisi Layanan Masyarakat

Pada Tabel 16 terlihat bahwa frekuensi menonton televisi mempunyai hubungan nyata (p<0,05) dengan peran komunikasi iklan televisi layanan masyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Primianty (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi menonton dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi.

Hal tersebut berarti semakin sering responden menyaksikan televisi, maka semakin besar peran komunikasi iklan televisi layanan masyarakat. Hal ini disebabkan ketika responden sering menyaksikan televisi, maka semakin besar kemungkinan responden untuk menyaksikan iklan televisi layanan masyarakat. Maka ketika responden menyaksikan iklan televisi layanan masyarakat, mereka akan mendapatkan informasi tentang perubahan tatacara memilih dalam Pemilu Legislatif. Ketika responden mendapatkan informasi perubahan tatacara memilih dalam Pemilu Legislatif 2009, maka iklan televisi layanan masyarakat memiliki peran dalam mengkomunikasikan informasi tersebut. Jadi, frekuensi menonton televisi memiliki hubungan dengan peran komunikasi iklan layanan masyarakat.

5.9.3 Hubungan Waktu Luang dengan Peran Komunikasi Iklan TV Layanan Masyarakat

Pada Tabel 16 terlihat bahwa waktu luang responden berhubungan negatif dan berhubungan tidak nyata (p>0,05) dengan peran komunikasi iklan televisi layanan masyarakat. Berhubungan negatif artinya semakin banyak waktu luang yang dimiliki responden, maka semakin rendah peran komunikasi iklan televisi layanan masyarakat. Berhubungan tidak nyata artinya waktu luang tidak mempengaruhi peran komunikasi iklan televisi layanan masyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Farida (2005) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jumlah waktu luang dengan motivasi informasi remaja dalam menonton acara program ajang cari bakat di televisi.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa waktu luang yang dimiliki oleh responden dalam satu hari tidak berkorelasi positif dengan peran komunikasi iklan televisi layanan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan waktu luang yang dimiliki responden belum tentu digunakan untuk menyaksikan televisi

dan kemudian menyaksikan iklan televisi layanan masyarakat Pemilu Legislatif 2009. Jadi jelas bahwa tidak ada hubungan antara waktu luang yang dimiliki responden dengan peran komunikasi iklan layanan masyarakat Pemilu Legislatif 2009.

5.9.4 Hubungan Lamanya Menonton Televisi dengan Peran Pendidikan Iklan TV Layanan Masyarakat

Pada Tabel 16 terlihat bahwa lamanya menonton televisi berhubungan tidak nyata (p>0,05) dengan peran pendidikan iklan televisi layanan masyarakat. Artinya lamanya menonton televisi tidak mempengaruhi peran pendidikan iklan televisi layanan masyarakat. Hal ini sesuai dengan penelitian Primianty (2008) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara lamanya menonton dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa lamanya atau jumlah jam menonton televisi yang dimiliki oleh responden dalam satu hari tidak berkorelasi positif dengan peran pendidikan iklan televisi layanan masyarakat. Hal ini dikarenakan ketika responden menonton televisi, iklan layanan masyarakat belum tentu disiarkan di televisi. Ketika iklan televisi layanan masyarakat belum tentu disiarkan di televisi, maka belum tentu pula responden menyaksikan iklan tersebut ketika mereka menyaksikan televisi. Sehingga responden pun tidak dapat mengenal hal-hal baru dari iklan tersebut tentang perubahan tatacara memilih dalam Pemilu Legislatif 2009 jika mereka tidak menyaksikan iklan. Sehingga sangat logis dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara lamanya menonton televisi dengan peran pendidikan iklan televisi layanan masyarakat.

5.9.5 Hubungan Frekuensi Menonton dengan Peran Pendidikan Iklan Televisi Layanan Masyarakat

Pada Tabel 16 terlihat bahwa frekuensi menonton televisi mempunyai hubungan nyata (p<0,05) dengan peran pendidikan iklan televisi layanan masyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Primianty (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi menonton dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi atau tingkat keseringan menonton televisi yang dimiliki oleh responden dalam satu hari berkorelasi positif dengan peran pendidikan iklan televisi layanan masyarakat. Hal ini berarti semakin sering responden menyaksikan televisi, maka semakin besar peran pendidikan iklan televisi layanan masyarakat. Hal ini disebabkan ketika responden sering menyaksikan televisi, maka semakin besar kemungkinan responden untuk menyaksikan iklan televisi layanan masyarakat. Maka ketika responden menyaksikan iklan televisi layanan masyarakat, mereka akan dapat mengenal hal-hal baru tentang perubahan tatacara memilih dalam Pemilu Legislatif. Karena responden dapat mengenal hal-hal baru tentang perubahan tatacara memilih dalam Pemilu Legislatif 2009, maka iklan televisi layanan masyarakat memiliki peran dalam mendidik informasi tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa frekuensi menonton televisi memiliki hubungan dengan peran pendidikan iklan layanan masyarakat.

5.9.6 Hubungan Waktu Luang dengan Peran Pendidikan Iklan Televisi Layanan Masyarakat

Pada Tabel 16 terlihat bahwa lamanya menonton televisi mempunyai hubungan negatif dan berhubungan tidak nyata (p>0,05) dengan peran pendidikan iklan televisi layanan masyarakat. Berhubungan negatif artinya semakin banyak waktu luang yang dimiliki responden, maka semakin rendah peran komunikasi iklan televisi layanan masyarakat. Berhubungan tidak nyata artinya waktu luang tidak mempengaruhi peran komunikasi iklan televisi layanan masyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Farida (2005) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jumlah waktu luang dengan motivasi informasi remaja dalam menonton acara program ajang cari bakat di televisi.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa waktu luang yang dimiliki oleh responden dalam satu hari tidak berkorelasi positif dengan peran pendidikan iklan televisi layanan masyarakat. Hal ini dikarenakan waktu luang yang dimiliki responden belum tentu digunakan untuk menyaksikan televisi dan kemudian menyaksikan iklan televisi layanan masyarakat Pemilu Legislatif 2009.

Jadi jelas bahwa tidak ada hubungan antara waktu luang yang dimiliki responden dengan peran pendidikan iklan layanan masyarakat Pemilu Legislatif 2009.

5.10 Hubungan Peran Iklan Televisi Layanan Masyarakat dengan Tingkat

Dalam dokumen Peran Iklan Televisi Layanan Masyarakat (Halaman 92-97)